Penyebab Depresi Postpartum, Pahami Gejala dan Komplikasi yang Perlu Diwaspadai
Depresi postpartum adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat untuk mendukung kesehatan mental ibu dan kesejahteraan keluarga.
Kelahiran bayi dapat memicu berbagai emosi yang kuat, mulai dari kegembiraan, rasa haru, hingga ketakutan dan kecemasan. Namun, momen ini juga dapat mengakibatkan sesuatu yang mungkin tidak Anda duga — depresi.
Banyak wanita yang baru menjadi ibu mengalami "baby blues" pascapersalinan setelah melahirkan, yang umumnya meliputi perubahan suasana hati, sering menangis, kecemasan, dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya dimulai dalam 2 hingga 3 hari pertama setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga dua minggu.
-
Kapan depresi postpartum biasanya terjadi? Depresi Postpartum Contoh depresi selanjutnya adalah depresi postpartum. Depresi ini sering terjadi pada wanita, beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan. Gejala depresi postpartum berdamak pada kesehatan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya.
-
Bagaimana cara mengatasi depresi pasca melahirkan? Dengan dukungan dan perawatan yang tepat, depresi pasca melahirkan dapat diatasi secara efektif.
-
Bagaimana cara mengatasi Baby Blues Syndrome? Pastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup, memanfaatkan waktu tidur si kecil, dan meminta bantuan keluarga untuk bergantian merawat bayi.
-
Kenapa Baby Blues Syndrome bisa terjadi? Menurut Siloam Hospitals, penyebab Baby Blues Syndrome ada empat hal. Kesulitan beradaptasi sebagai ibu, perubahan hormon drastis, kurang tidur akibat pola tidur bayi yang tidak teratur, dan riwayat gangguan mental sebelumnya.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
Namun, beberapa ibu baru mungkin juga mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan berlangsung lama yang dikenal sebagai depresi postpartum. Kondisi ini terkadang juga disebut sebagai depresi peripartum karena dapat dimulai selama kehamilan dan berlanjut setelah melahirkan. Dalam kasus yang jarang terjadi, gangguan suasana hati ekstrem yang disebut psikosis postpartum juga dapat berkembang setelah melahirkan.
Depresi postpartum bukanlah cacat karakter atau suatu kelemahan. Terkadang, hal itu hanyalah komplikasi dari melahirkan. Jika Anda mengalami depresi postpartum, pengobatan yang tepat dapat membantu Anda mengelola gejala dan membantu Anda menjalin ikatan yang baik dengan si buah hati.
Gejala Depresi Postpartum
Gejala depresi setelah melahirkan sangat bervariasi, dan dapat berkisar dari kondisi yang ringan hingga berat. Tapi yang perlu Anda tahu bahwa depresi postpartum berbeda dengan baby blues. Gejala baby blues — yang berlangsung hanya beberapa hari hingga satu atau dua minggu setelah bayi Anda lahir — dapat meliputi:
- Perubahan suasana hati
- Kecemasan
- Kesedihan
- Rasa mudah tersinggung
- Merasa kewalahan
- Menangis
- Berkurangnya konsentrasi
- Masalah nafsu makan
- Sulit tidur
Depresi postpartum mungkin awalnya disalahartikan sebagai baby blues, padahal gejala yang dialami lebih intens dan berlangsung lebih lama. Gejala ini pada akhirnya dapat mengganggu kemampuan Anda untuk merawat bayi dan menangani tugas-tugas harian lainnya. Gejala depresi postpartum biasanya berkembang dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Namun, gejalanya juga bisa muncul lebih awal — selama kehamilan — atau lebih lambat — hingga satu tahun setelah melahirkan. Gejala depresi postpartum dapat meliputi:
- Suasana hati tertekan atau perubahan suasana hati yang parah
- Terlalu banyak menangis
- Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi Anda
- Menjauh dari keluarga dan teman-teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Ketidakmampuan untuk tidur, disebut insomnia, atau tidur terlalu banyak
- Kelelahan yang luar biasa atau kehilangan energi
- Kurangnya minat dan hobi yang biasa Anda nikmati
- Kemarahan yang intens
- Takut bahwa Anda bukan ibu yang baik
- Keputusasaan
- Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Kegelisahan
- Kecemasan parah dan serangan panik
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi Anda
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Depresi postpartum yang tidak diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bisa berlangsung lebih lama.
Psikosis pascapersalinan
Psikosis pascapersalinan merupakan kondisi langka yang biasanya berkembang dalam minggu pertama setelah melahirkan dan memiliki gejala yang parah. Gejalanya mungkin meliputi:
- Merasa bingung dan kehilangan arah
- Memiliki pikiran obsesif tentang bayi Anda
- Berhalusinasi dan mengalami delusi
- Mengalami masalah tidur
- Menjadi terlalu aktif dan merasa kesal
- Merasa paranoid
- Berusaha menyakiti diri sendiri atau bayi Anda
Psikosis pascapersalinan dapat menyebabkan pikiran atau perilaku yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan segera.
Penyebab Depresi Postpartum
Tidak ada penyebab tunggal dari depresi postpartum, tetapi faktor genetik, perubahan fisik, dan masalah emosional dianggap berperan memicu kondisi ini.
- Genetik. Penelitian menunjukkan bahwa jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan depresi postpartum — terutama jika depresi tersebut parah — maka dapat meningkatkan risiko Anda mengalami depresi postpartum.
- Perubahan fisik. Setelah melahirkan, penurunan hormon estrogen dan progesteron yang drastis dalam tubuh dapat menyebabkan depresi postpartum. Hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar tiroid Anda juga dapat menurun drastis sehingga dapat membuat Anda merasa lelah, lesu, dan tertekan.
- Masalah emosional. Saat Anda kurang tidur dan merasa kewalahan, Anda mungkin kesulitan menangani masalah kecil sekalipun. Anda mungkin cemas tentang kemampuan Anda untuk merawat bayi yang baru lahir. Anda mungkin merasa kurang cocok menjadi ibu, kesulitan dengan rasa identitas Anda, atau merasa kehilangan kendali atas hidup Anda. Semua masalah ini dapat menyebabkan depresi poatpartum.
Komplikasi Depresi Postpartum
Jika tidak diobati, depresi postpartum dapat mengganggu ikatan ibu-anak dan menyebabkan masalah keluarga.
- Untuk ibu. Depresi pascapersalinan yang tidak diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama, bahkan bisa menjadi gangguan depresi yang berkelanjutan. Kondisi ini dapat membuat ibu berhenti menyusui, memiliki masalah dalam menjalin ikatan dengan dan dalam merawat bayinya, dan berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Bahkan setelah diobati, depresi postpartum meningkatkan risiko untuk mengalami episode depresi berat di masa mendatang.
- Untuk ayah. Depresi postpartum bisa memiliki efek yang berantai, menyebabkan ketegangan emosional bagi setiap orang yang dekat dengan bayi yang baru lahir. Ketika seorang ibu baru mengalami depresi, risiko depresi pada pasangannya juga dapat meningkat. Dan pasangannya ini mungkin sudah memiliki risiko depresi yang lebih tinggi, terlepas dari apakah pasangan mereka terpengaruh atau tidak.
- Untuk anak-anak. Anak-anak dari ibu yang mengalami depresi postpartum yang tidak diobati lebih mungkin memiliki masalah emosional dan perilaku, seperti kesulitan tidur dan makan, terlalu banyak menangis, dan keterlambatan dalam perkembangan bahasa.
Cara Mencegah Depresi Postpartum
Jika Anda memiliki riwayat depresi — terutama depresi postpartum — beri tahu penyedia layanan kesehatan jika Anda berencana untuk hamil atau segera setelah Anda mengetahui bahwa Anda hamil.
- Selama kehamilan, penyedia layanan kesehatan dapat memantau Anda secara ketat untuk mengetahui gejala-gejala depresi. Anda dapat mengisi kuesioner skrining depresi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Terkadang depresi ringan dapat ditangani dengan kelompok pendukung, konseling, atau terapi lainnya. Dalam kasus lain, antidepresan mungkin direkomendasikan — bahkan selama kehamilan.
- Setelah bayi Anda lahir, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan pemeriksaan pascapersalinan dini untuk memeriksa gejala-gejala depresi postpartum. Semakin dini depresi ini terdeteksi, semakin cepat pula pengobatan dapat dimulai. Jika Anda memiliki riwayat depresi postpartum, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan pengobatan antidepresan atau terapi bicara segera setelah melahirkan. Sebagian besar antidepresan aman dikonsumsi saat menyusui.