Sering Terpapar Polusi Udara Ternyata Bikin Depresi, Begini Penjelasan Psikolog
Ternyata paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental
-
Mengapa polusi udara menyebabkan depresi? Hasil penelitian menunjukkan tingkat polusi yang tinggi dapat mengurangi kebahagiaan dan meningkatkan gejala depresi.
-
Apa dampak polusi udara terhadap kesehatan mental? Penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan seperti kecemasan, gangguan bipolar, dan skizofrenia.
-
Apa saja dampak polusi udara pada kesehatan mental? Ternyata, dampak polusi udara tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi memberikan tekanan besar pada kesehatan mental masyarakat.
-
Apa dampak buruk polusi udara bagi kesehatan? Sebelumnya, Henie mengatakan bahwa polusi udara erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Sakit batuk kini sering dijumpai di sekitar kita. ISPA sendiri tidak hanya batuk, tapi penyakit ISPA juga dimulai dari tenggorokan hingga paru bagian bawah.
-
Bagaimana polusi udara memengaruhi otak? Namun secara biologis, polusi udara dapat menyebabkan peradangan otak, defisit serotonin, dan mengganggu respons stres.
-
Apa saja penyakit akibat polusi udara? Dampak buruk dari polusi udara terhadap kesehatan manusia semakin menjadi perhatian, karena munculnya berbagai penyakit serius yang berkaitan dengan paparan terus-menerus terhadap polutan tersebut.
Sering Terpapar Polusi Udara Ternyata Bikin Depresi, Begini Penjelasan Psikolog
Jakarta akhir-akhir ini diselimuti polusi Udara yang cukup mengkhawatirkan. Selain berdampak pada Kesehatan fisik, ternyata polusi Udara bisa menyebabkan seseorang menjadi depresi.
Psikolog Patricia Elfira Vinny mengatakan paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, psikosis dan demensia.
Kata Patricia, terdapat juga indikasi bahwa anak-anak dan remaja yang terpapar polusi udara secara terus-menerus pada tahap kritis perkembangan mental mereka, akan lebih berisiko mendapat masalah kesehatan mental di masa depan.
Risiko ini akan menjadi jauh lebih mungkin dialami oleh masyarakat yang tinggal di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek.
"Hal ini karena penduduk di kota metropolitan cenderung memiliki kondisi psikososial yang lebih kompleks," katanya, dikutip dari Antara.
Merujuk pada studi yang dipublikasikan dalam PubMed Central, polusi udara berdampak pada berkurangnya tingkat kebahagiaan seseorang dan juga meningkatkan tingkat gejala depresi.
Sedangkan studi yang diterbitkan pada jurnal Environmental Pollution juga mengungkapkan bahwa terdapat relevansi antara peningkatan risiko depresi dengan paparan jangka panjang terhadap PM2.5.
Data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan sebanyak 1 dari 10 orang di Indonesia telah mengalami gangguan kesehatan mental.
Beberapa gejala awal dari gangguan kesehatan mental, terutama gangguan depresi, yang dapat dialami masyarakat, antara lain menurunnya kemampuan berkonsentrasi, rasa tidak tenang, ketidakmampuan membuat keputusan, hingga gangguan tidur.
Dalam jangka panjang, gangguan kesehatan mental akibat polusi udara yang tidak tertangani dengan baik juga berpotensi dapat menyebabkan bunuh diri.
Studi National Bureau of Economic Research Cambridge mengungkapkan polusi udara meningkatkan jumlah kematian bunuh diri hingga 0,49 persen pada kasus bunuh diri harian setiap peningkatan 1 gram per meter kubik PM 2.5 harian.
PM 2.5 merupakan partikel polusi udara terkecil yang berbahaya bagi manusia karena partikel tersebut tidak dapat disaring oleh tubuh.
Patricia menambahkan bahwa masyarakat perlu berkonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater ketika merasa mengalami gejala-gejala awal dari gangguan kesehatan mental.
"Untuk menjaga kesehatan mental di tengah kualitas udara yang buruk dan berbagai stressor lainnya, masyarakat diimbau tidak self-diagnose dan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater supaya mendapatkan penanganan yang tepat," kata dia.