Potret Jangkar Raksasa di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Tingginya 5 Meter dan Diduga Peninggalan Bangsa Portugis
Perkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.
Jangkar ini memiliki berat hingga 3 ton.
Potret Jangkar Raksasa di Vihara Dewi Welas Asih Cirebon, Tingginya 5 Meter dan Diduga Peninggalan Bangsa Portugis
Dikenal sebagai daerah pelabuhan, menjadikan Kota Cirebon sebagai daerah yang strategis didatangi oleh penjajah.
Mereka melakukan berbagai politik kekuasaan mulai dari militer sampai perekonomian di wilayah pesisir.
-
Siapa yang menulis tentang banyaknya kapal besar yang berlabuh di Cirebon? Ini diperkuat lewat catatan penjelajah asal Portugis, Tome Pires, yang menyatakan bahwa banyak kapal besar yang berlabuh di sana, termasuk Jung dan Lancana yang disegani karena berukuran sangat besar.
-
Kapan Masjid Cheng Ho di Palembang diresmikan? Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
-
Apa yang dilakukan Sunan Kalijaga di Cirebon? Ketika itu dirinya menjadikan Cirebon sebagai pusat ajaran Islam dan dijalankan bersama Sunan Gunung Jati. Di sini, ia bersama Sunan Gunung Jati mengenalkan cara berdakwah melalui kesenian yang ketika itu digandrungi masyarakat.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari rotan Cirebon? Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna.
-
Mengapa buaya di Cirebon dievakuasi? Proses evakuasi buaya itu berlangsung menegangkan lantaran hewan buas itu sempat mengamuk saat hendak diamankan.
Jejak-jejak masa silam itu salah satunya bisa dilihat di Vihara Dewi Welas Asih yang berlokasi di Jalan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, berupa sebuah jangkar raksasa setinggi 5 meter.
Kisah jangkar ini masih belum terpecahkan secara utuh, namun diduga perkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16. Berikut selengkapnya.
Terbuat dari baja
Seperti terlihat di unggahan Instagram Cirebon History yang dikutip Merdeka, Kamis (14/9), jangkar besar itu terbuat dari bahan baja.
Warnanya cenderung kehitaman, dengan kondisi yang mulai lapuk di beberapa sisinya. Walau begitu, bentuknya masih tetap utuh.
Jangkar ini diketahui berada di salah satu ruang dari Vihara Dewi Welas Asih dan bisa disaksikan oleh masyarakat.
Ditemukan terkubur di dalam tanah
Berdasarkan informasi dari pengelola vihara, jangkar ini ditemukan bukan dari dasar laut melainkan terkubur di dalam tanah.
Saat ditemukan, tengah dilakukan perluasan di sekitar vihara. Namun ternyata ketika masuk tahap penggalian ditemukan bongkahan baja berbentuk jangkar tersebut.
Agar kondisinya tetap terjaga, pengelolan vihara kemudian menempatkannya di Kelenteng Dewi Welas Asih.
Dilakukan perawatan dengan minyak goreng
Agar kondisinya tetap terjaga, pihak pengelola terus melakukan perawatan terhadap benda bernilai sejarah tinggi itu.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan melumuri jangkar menggunakan minyak goreng agar tidak terjadi pelapukan.
Ditemukan jangkar ini juga masih misterius, namun diperkirakan jangkar ini sudah ditemukan sejak abad ke-15.
- 10 Potret Jeje Govinda di Pemakaman Sang Ibunda, Tak Kuasa Bendung Air Mata
- 5 Perwira TNI Sukses Pecah Bintang, ini Sosoknya Kini Pangkat Brigjen
- Potret Lawas Letkol Untung Komandan Tjakrabirawa Pemimpin G30S PKI Ditangkap di Tegal, Nyamar Jadi Warga Biasa
- Potret Evakuasi Buaya 3 Meter dari Permukiman Warga di Cirebon, Sempat Mangsa Kucing Peliharaan
Asal muasalnya masih misterius
Merujuk kanal YouTube Fahmina Institute, asal muasal jangkar ini disebut masih misterius. Terdapat perdebatan di kalangan peneliti karena jangkar ini mengarah ke kapal besar yang digunakan Laksamana Cheng Ho saat melakukan ekspedisi di Pulau Jawa.
Namun peneliti lainnya sepakat bahwa jangkar ini memiliki bentuk khas dari kapal-kapal bangsa Eropa di masa silam. Ini semakin meyakinkan bahwa jangkar raksasa tersebut merupakan peninggalan bangsa Portugis saat berlabuh di Cirebon abad ke-15.
“Konon katanya jangkar ini punya Laksamana Cheng Ho, tapi pernah ada yang meneliti bahwa jangkar ini lebih mirip punya bangsa Eropa,” kata pengelola.
Punya filosofi khusus
Ditambahkan pengelola bahwa ditempatkannya jangkar tersebut di Vihara Dewi Welas Asih agar sebagai pengingat kepada manusia.
Menurutnya, dalam menjalani kehidupan, manusia harus memiliki jangkar karena sejatinya kehidupan itu seperti kondisi lautan lepas.
“Ketika ada jangkar, sebuah perahu bisa tenang ketika diterjang ombak, dan ketika kita punya jangkar, kita tidak terombang ambing,” tambahnya.