Sejarah 14 Februari 1945: Shodancho Supriyadi Memimpin Pemberontakan PETA di Blitar
Salah satu perjuangan rakyat Indonesia yang terkenal dalam melawan penjajah terjadi 77 tahun lalu, tepatnya pada 14 Februari 1945. Berlokasi di Blitar, Jawa Timur, Shodancho Supriyadi memimpin sepasukan prajurit PETA untuk melakukan pemberontakan terhadap militer Jepang.
Salah satu perjuangan rakyat Indonesia yang terkenal dalam melawan penjajah terjadi 77 tahun lalu, tepatnya pada 14 Februari 1945. Berlokasi di Blitar, Jawa Timur, Shodancho Supriyadi memimpin sepasukan prajurit PETA untuk melakukan pemberontakan terhadap militer Jepang.
PETA, atau Pembela Tanah Air, sebenarnya adalah kesatuan militer bentukan Jepang di Indonesia selama masa pendudukan Jepang. Meskipun pasukannya disebut tentara sukarela, kenyataannya pemuda-pemuda di pulau Jawa dipaksa bergabung dengan PETA.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
-
Di mana Jumhari tinggal? Selama ini kakek berusia 84 tahun tersebut tinggal seorang diri di rumahnya di Dusun Sawahan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
-
Apa yang disiarkan oleh Radio Rimba Raya? RRR bukan hanya keperluan untuk menyiarkan semangat perjuangan kemerdekaan saja, melainkan juga digunakan untuk kepentingan umum, menyiarkan pengumuman, serta instruksi bagi angkatan bersenjata.
-
Apa yang terjadi pada Waduk Jatiluhur saat ini? Terdampak Kemarau, Begini Potret Waduk Jatiluhur yang Kini Surut Waduk Jatiluhur bahkan surut hingga 10 meter. Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air.Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Kapan kata bijak katolik hari ini bisa dibaca? Kata-kata bijak Katolik hari ini juga dapat membantu kita menjaga fokus pada nilai-nilai Kristiani di tengah kesibukan dunia modern. Mereka mengingatkan kita untuk bersabar, bersyukur, dan berserah kepada kehendak Tuhan.
-
Kapan Hari Musik Nasional dirayakan di Indonesia? Hari Musik Nasional dirayakan setiap tanggal 9 Maret di Indonesia.
Latar belakang pemberontakan PETA di Blitar sendiri adalah karena adanya perlakuan diskriminatif dari prajurit Jepang terhadap anggota PETA, dan kemarahan anggota PETA terhadap militer Jepang yang telah membuat rakyat Indonesia banyak menderita.
Pertemuan Rahasia
Supriyadi, sang pemimpin pemberontakan PETA di Blitar, adalah lulusan angkatan 1 pendidikan PETA di Bogor. Dirinya dikembalikan bersama rekan-rekannya ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah Daidan (Batalyon) Blitar. Namun, pada akhirnya mereka tidak tahan melihat penderitaan rakyat Indonesia yang diperlakukan buruk oleh tentara Jepang.
Dikutip dari laman Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kondisi Romusha (pekerja paksa) saat itu sangat menyedihkan, karena banyak yang tewas akibat kelaparan dan terkena berbagai macam penyakit tanpa diobati. Para prajurit PETA juga geram melihat perlakuan tentara Jepang yang suka melecehkan wanita Indonesia.
Pertemuan rahasia sudah digelar sejak September 1944. Supriyadi menilai bahwa aksi itu akan menjadi sebuah revolusi menuju kemerdekaan. Tanggal 14 Februari 1945 pun dipilih sebagai waktu yang tepat karena akan ada pertemuan seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar, sehingga diharapkan anggota-anggota yang lain akan ikut bergabung dalam perlawanan.
Kegagalan
Tanggal 14 Februari 1945, pukul 03.00 WIB, pasukan PETA melancarkan serangan dengan menembakkan mortir ke Hotel Sakura, yang menjadi kediaman para perwira militer Jepang. Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin. Dalam aksi yang lain, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka”, dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”
Namun sayangnya, pemberontakan PETA tidak berjalan sesuai rencana. Supriyadi gagal menggerakkan satuan lain untuk ikut melakukan pemberontakan. Seruan Jepang yang memerintahkan PETA untuk mundur membuat beberapa kesatuan PETA lainnya kembali ke kesatuannya masing masing. Tetapi mereka yang kembali justru ditangkap, ditahan, dan disiksa oleh polisi Jepang.
Pasukan PETA yang melakukan pemberontakan pun berkurang setengah. Supriyadi bersama rekannya Muradi, dan pasukan yang tersisa tetap setia melawan dengan membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi dan Distrik Pare.
Tapi, Jepang yang mengirimkan pasukan militer berhasil memadamkan pemberontakan PETA dan menangkap pasukan yang tersisa. Sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA ditangkap dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili di Jakarta. Sebanyak 6 orang divonis hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan.
Nasib Supriyadi
Rekan Supriyadi dalam pemberontakan, Muradi dijatuhi hukuman mati pada 16 April 1945. Akan tetapi, nasib Supriyadi tidak diketahui. Supriyadi menghilang secara misterius, dan tidak pernah muncul lagi.
Beberapa kalangan meyakini bahwa begitu pemberontakan berhasil dipadamkan, dia langsung ditangkap dan dihukum mati di suatu tempat yang dirahasiakan. Namun, banyak versi lain yang bertebaran di kalangan masyarakat terkait keberadaan dan kebenaran Supriyadi.
Ada yang mengatakan dirinya melarikan diri ke Trenggalek, kota kelahirannya yang lokasinya cukup dekat dengan Blitar, atau sebenarnya Supriyadi telah tewas dalam pemberontakan yang ia pimpin pada 14 Februari 1945 itu, sampai sekarang tidak ada yang tahu.
(mdk/ank)