Serunya Ngabotram, Tradisi Makan Bersama di Atas Daun Pisang ala Masyarakat Sunda
Masyarakat Sunda di Jawa Barat memiliki tradisi sosial khas bernama Ngabotram. Budaya makan bersama antara warga itu terbilang unik karena makanan akan digelar di atas daun pisang yang dipasang berjajar, dan dimakan bersama-sama.
Masyarakat Sunda di Jawa Barat memiliki tradisi sosial khas bernama Ngabotram. Budaya makan bersama antara warga itu terbilang unik karena makanan akan digelar di atas daun pisang yang dipasang berjajar, dan dimakan bersama-sama. Makanan yang tersaji pun makin nikmat karena disantap tanpa memakai sendok.
Ngabotram atau botram biasanya digelar bersama sajian makanan tradisional khas Sunda, di antaranya nasi liwet, nasi ayam bakakak atau nasi tutug oncom.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Cerita lucu apa yang dibagikan oleh merdeka.com? Untuk itu, berikut merdeka.com membagikan kumpulan beberapa cerita lucu dilansir dari berbagai sumber, Jumat (19/1/2024):
Sajian tersebut makin lengkap dengan hadirnya lauk ikan asin, berbagai jenis lalapan, sambal terasi serta tahu dan tempe goreng yang nikmat. Berikut informasi selengkapnya tradisi ngabotram asli Sunda.
Berangkat dari Tradisi Bertukar Makanan
Tradisi ngabotram ala masyarakat Sunda ©2022 YouTube Darmaraja TV/ Merdeka.com
Cara santap yang dilakukan bersama-sama membuat ngabotram begitu digemari berbagai kalangan masyarakat.
Mengutip laman bappeda.cirebonkota.go.id, ngabotram biasanya dilaksanakan di tempat terbuka sambil duduk lesehan beralaskan tikar atau rumput. Sehingga, menambah keseruan terutama jika ada yang bertukar cerita.
Hal yang unik dari tradisi botram adalah para anggota akan membawa lauk-pauk dari rumahnya masing-masing, dan mempersilahkan anggota lain untuk saling mencicipi atau bertukar makanan yang telah dibawa.
Asal Usul Botram
Sampai saat ini tidak diketahui secara pasti asal usul kebiasaan unik dari masyarakat Sunda di Jawa Barat ini. Namun dari sejumlah sumber menyebut jika tradisi Botram sudah ada sejak zaman kolonial, di mana asal katanya berasal dari bahasa Belanda yakni “Boteram” atau irisan roti yang diberi mentega dan potongan daging atau ham.
Di masa itu, orang-orang Belanda bersama keluarganya biasa membawa bekal itu dan dimakan bersama bersama ketika piknik di luar rumah. Dari sana, orang-orang Sunda memaknai Boteram sebagai makan bersama anggota keluarga di luar rumah dengan menggelar tikar.
Penyebutan Boteram perlahan bergeser, dan disesuaikan dengan lidah orang Sunda yakni Botram atau Ngabotram (istilah ‘Nga’- merujuk pada kata kerja melakukan hal secara bersama-sama)
Tradisi Botram saat Ini
Sampai saat ini, tradisi botram masih terus dilestarikan oleh masyarakat Jawa Barat, terlebih saat momen-momen tertentu oleh keluarga besar.
Bahkan di masa sekarang, ngabotram juga sering dilakukan oleh masyarakat ketika berkumpul bersama rekan-rekannya dengan mengadakan botram di berbagai tempat, seperti di kebun, area sawah, pelataran rumah, pinggir sungai maupun di tempat lainnya ketika berkumpul.
Ini membuat tradisi tersebut menjadi ajang untuk meningkatkan rasa kebersamaan sekaligus menjalin silaturahmi antar sesama lingkungan sosial.