Terinspirasi Penggembala, Guru SD di Sumedang Sukses Jual Tas Berbahan Daun Lontar
Seorang guru Sekolah Dasar (SD), di Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membuat tas berbahan utama daun lontar. Dari kreasi uniknya itu, sejumlah produknya berhasil terjual hingga ke luar Pulau Jawa.
Seorang guru Sekolah Dasar (SD), di Desa Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membuat tas berbahan utama daun lontar. Dari kreasi uniknya itu, sejumlah produknya berhasil terjual hingga ke luar Pulau Jawa.
Menurut pria bernama Dayat (56) itu, tas berbahan alam buatannya bernama Kapek dan terinspirasi dari budak angon alias penggembala hewan ternak.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
“Pertama memakai itu hasil membeli dari budak angon (Bahasa Sunda Penggembala), dan kemudian kami tertarik,” katanya, dikutip dari YouTube SMTV Digital Sumedang, Rabu (8/6).
Talinya Dibuat Dari Akar
Abah Gurday (sapaannya) mengatakan jika hasil kerajinan yang sudah Ia tekuni sejak 2005 itu memang sepenuhnya berbahan alam.
Daun lontar, Abah Gurday pakai untuk bahan utama di body tas. Kemudian untuk pelapisnya, digunakan daun danas sabrang atau cangkuang. Dan, untuk talinya digunakan akar kulit waru atau pisang.
“Tas ini awalnya kami lihat sangat antik, karena tidak dipakai oleh masyarakat luas dan hanya dipakai khusus oleh penggembala,” lanjut pria yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sindang, Surian tersebut.
Mampu Membuat 10 Tas dalam Sehari
Tas daun lontar Sumedang
©2022 YouTube SMTV Digital Sumedang/ Merdeka.com
Disebutkan Abah Gurday, dalam sehari ia mampu mengerjakan tas tiga hingga sepuluh unit saja karena hanya dikerjakan seorang diri. Walau begitu, ragam bentuk tas dengan berbagai ukuran bisa Ia ciptakan.
Untuk proses penyempurnaannya Abah Gurday biasa menyelesaikannya selama kurang lebih tiga hari, dengan per tasnya bisa Ia selesaikan selama 30 menit.
Asal usul nama Tas Kapek sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya silahkan dipakai. Nama itu Ia dapatkan saat pertama kali membelinya ke seorang penggembala.
Dijual Mulai dari Rp70 Ribu
Untuk satu tasnya sendiri, Abah mematok harga sebesar Rp75 ribu hingga Rp350 ribu sesuai jenis dan kerumitan tas yang dibuat. Tas berukuran paling besar dengan model gendong sendiri, disebut Abah Gurday, bisa membawa beban seperti laptop.
Untuk pemesanan, Abah mengaku tidak menjualnya di mana-mana. Dana hanya fokus di rumahnya yang bisa dihubungi melalui kontak di akun Whatsapp. Para pemesannya datang dari Sumedang, Cianjur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera hingga Bali.
“Tas dari budak angon ini kemudian kami coba pertahankan hingga sekarang, dan alhamdulillah berjalan lancar walaupun masih terkendala,” lanjutnya.