Ulama asal Papua Dirikan Pesantren di Bekasi, Santrinya Banyak dari Indonesia Timur
Fadzlan memang memiliki mimpi untuk mensyiarkan agama Islam di tanah kelahirannya dengan cara yang berbeda. Ia lantas memboyong santri-santrinya dari tanah kelahirannya untuk disekolahkan di Bekasi dan menuntut ilmu agama di Ponpes Nuu Waar.
Di Desa Taman Sari, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berdiri sebuah pondok pesantren bernama Nuu Waar. Tempat belajar agama ini banyak menampung santri asal Indonesia Timur. Pendirinya pun seorang ulama asal Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua bernama K.H. Muhammad Zaaf Fadzlan Robbani Garamatan.
Fadzlan memang memiliki mimpi untuk mensyiarkan agama Islam di tanah kelahirannya dengan cara yang berbeda. Ia lantas memboyong santri-santrinya dari tanah kelahirannya untuk disekolahkan di Bekasi dan menuntut ilmu agama di Ponpes Nuu Waar.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
kegiatan keagamaan di ponpes ini begitu padat, terutama saat Ramadan seperti sekarang. Mereka begitu antusias mengaji, mempelajari seluk beluk Islam, dan mendalami keilmuan sehari-hari.
Selain ingin mensyiarkan Islam untuk santri-santri asal kampung halamannya, Fadzlan diketahui memiliki keinginan untuk memajukan daerahnya melalui pendidikan. Berikut kisah selengkapnya.
Berangkat dari Banyaknya Kesenjangan di Papua
Pondok Pesantren Nuu Waar Bekasi ©2023 YouTube AFKN Nuu Waar/Merdeka.com
Dikutip dari ANTARA, Kamis (30/3), sejarah berdirinya Ponpes Nuu Waar berangkat dari keinginan Fadzlan untuk memutus rantai kesenjangan sosial di wilayah Papua.
Sejumlah kesenjangan itu di antaranya soal kemiskinan, minimnya kesempatan bersekolah, sedikitnya fasilitas kesehatan, hingga persoalan sosial lainnya yang dimungkinkan bisa diantisipasi dengan dasar pendidikan yang kuat.
Sebelumnya, ia mendapati kondisi demikian karena aktif berdakwah hingga ke pedalaman di sana.
"Lulusan pesantren kami pulangkan ke daerah masing-masing untuk membangun daerah sendiri dengan bekal ilmu yang mereka pelajari di sini," Kata Kepala Divisi Umum Pesantren Nuu Waar, Ustaz Muhammad Jufri yang juga berasal dari Fakfak.
Membentuk Karakter yang Mandiri dan Bermanfaat
Mimpi Fadzlan yang berkeinginan mengajak anak muda di Papua untuk membangun daerahnya ini, pertama ia wujudkan dengan membuat rumah belajar. Ia menyewa tanah di kawasan Pondok Hijau, Bekasi Utara, Kota Bekasi pada 2002 silam.
Ketika itu, ia sengaja memilih anak-anak dari wilayah Indonesia Timur. Lambat laun rumah belajar itu tidak kuasa menampung jumlah siswa hingga tercetus pendirian yayasan bernama Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN).
Anak-anak ini lantas dikuliahkan olehnya di kampus-kampus pinggiran ibu kota hingga ke daerah Jawa sampai Medan. Setelahnya, mereka akan pulang ke kampung halaman dengan bekal ilmu agama dan juga bisa mengisi kekosongan posisi seperti tenaga medis, guru, polisi, tentara, dan profesi lainnya yang banyak dibutuhkan.
Papua sendiri memiliki segudang potensi yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh kaum muda. Ini yang kemudian mendorongnya mendirikan Ponpes Nuu Waar.
Alasan Didirikan di Bekasi
Perlahan, yayasan tersebut menjadi sebuah tempat pendidikan berbasis pondok pesantren sejak tahun 2015 lalu. Terdapat ribuan santri dari Indonesia Timur yang dididik menjadi penghafal Al Quran.
Terungkap alasan Fadzlan mendirikan tempat belajar di Bekasi, Jawa Barat. Menurut Ustaz Jufri, mendirikan tempat belajar di penyangga ibu kota bisa membentuk pola pikir anak-anak dari Indonesia Timur sebagai generasi penggerak bangsa.
Mereka diharapkan memiliki pemikiran yang terbuka, kemampuan berteknologi dan berkeilmuan yang maksimal dan bisa memajukan daerahnya. Kemudian, ia juga ingin santri-santrinya belajar secara langsung kepada ulama-ulama di Pulau Jawa.
“Kenapa dibuat pesantren di Jawa Barat? Bukan di Papua saja? Malahan kami rekrut mereka dari Nuu Waar (Papua), kami bawa ke sini. Pertama karena lebih dekat dengan ibu kota. Kedua agar membuka pola pikir mereka, kalau di sana pola pikir anak-anak akan begitu saja. Kalau di sini ada banyak hal baru yang bisa mereka lihat,” katanya lagi.
Mencetak 7.000 Santri Berkeilmuan
Hingga saat ini, sebanyak 7.000 lulusan pondok berhasil dicetak oleh Pondok Pesantren Nuu Waar yang juga ahli sebagai penghapal Al Quran.
Setelah masa belajar selesai, mereka disiapkan untuk pengabdian selama satu tahun. Selama itu, mereka akan dibekali kemampuan teknis sesuai bidang yang dibutuhkan di tanah kelahiran. Setelah bekal keilmuan sosial dan agama terbentuk santri-santrinya juga diminta untuk mengembangkannya di Papua.
Ponpes Nuu Waar di tangan Fazlan berkeinginan untuk melakukan dedikasi semaksimal mungkin demi pemenuhan akses pendidikan dan menghasilkan lulusan terbaik yang mampu berkontribusi bagi agama, bangsa dan keluarga.
Adapun arti Nuu Waar berasal dari bahasa Papua, Nuu merupakan bahasa lain dari cahaya, Waar artinya menyimpan rahasia alam. Ini juga merupakan nama yang disematkan sebelum menjadi Irian dan Papua.