2017, Bajaj merah kadaluarsa di DKI, harus ganti jadi Bajaj Biru BBG
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah menyatakan saat ini masih banyak bajaj tradisional (bajaj merah) yang berkeliaran di Ibu Kota.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah mengeluarkan anjuran agar semua bajaj yang beroperasi di Ibu Kota beralih menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bajaj Biru.
Meski akhirnya banyak sopir bajaj yang mentranformasi bajaj-nya menjadi BBG, nyatanya masih banyak juga bajaj yang tidak melakukan modernisasi tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah menyatakan saat ini masih banyak bajaj tradisional (bajaj merah) yang berkeliaran di Ibu Kota.
"Memang secara kuota bajaj di DKI 14.924. Tetapi sampai saat ini yang beroperasi 13 ribuan. Dengan kebijakan bahwa bajaj harus gas atau yang biru. Akhirnya kita memberikan kebijakan sampai akhir Desember 2016, bajaj merah harus ganti dengan bajaj biru," kata Andri, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (28/12).
Andri berharap, mulai tahun depan semua bajaj sudah melakukan modernisasi, yang artinya semua bajaj beralih menggunakan BBG yang dinilai lebih ramah lingkungan serta berganti warna menjadi biru.
"Sekarang masih ada tiga ratus bajaj merah yang akan beralih jadi bajaj biru. Kita berproses betul-betul tahun 2017 seluruh bajaj yang ada di Jakarta harus menggunakan gas. Setelah itu baru kita buka kuota sampai dengan 14 ribu. Jadi ini kita tahan di angka 13 ribuan sampai itu berubah semua jadi bajaj biru," paparnya.
Sementara itu, Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono menyebut bajaj sebagai salah satu ciri khas kota Jakarta, sehingga tidak boleh sampai ditiadakan. Namun, dalam segi operasionalnya, memang sudah selayaknya dilakukan modernisasi dan penataan yang lebih baik lagi.
"Jakarta tidak lepas dari bajaj. Sebenarnya bajaj sebagai transportasi ini semacam cagar budaya. Ciri khas Jakarta ada bajaj. Kalau itu dihilangkan nilai budayanya juga hilang. Akan tetap ada, tapi kita modernisasi dengan fasilitas yang lebih baik," kata Sumarsono, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (28/12).
Pria yang juga menjabat sebagai Dirjen Otda ini berharap agar kebijakan modernisasi bajaj bisa membantu para sopir bajaj, bukan malah membebani mereka.
"Tidak akan menggulungtikarkan semua, menghapus bajaj jadi tidak ada. Yang ada adalah penyesuaian atas desakan pembangunan yang lebih ramah lingkungan, itu intinya. Sekaligus tuntutan memberi pelayanan terbaik pada customer. Bajaj merah itu sudah lama dan kadaluarsa, jadi modernisasi dengan bajaj biru yang gas harapannya bisa memberi pelayanan terbaik," ujarnya.
Menurutnya, bajaj BBG merupakan salah satu realisasi program pembangunan yang ramah lingkungan. Selain itu, modernisasi armada bajaj ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan penumpang agar warga semakin tertarik untuk naik kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi.
"Sebenarnya secara prinsip umum kebijakan transportasi itu tidak boleh menggilas terutama orang-orang kecil. Tetap harus diberikan kesempatan dengan cara yang terbaik. Jadi modernisasi tidak boleh meyingkirkan mereka yang kecil. Pembangunan juga harus melindungi yang kecil dan mendorong yang besar. Harus ada keseimbangan," tandasnya.