Anak diduga digergaji kerap pergoki Sharon teler saat pulang
Tak hanya trauma fisik, korban juga disebut-sebut alami trauma psikis.
GT (12), anak yang diduga sering disiksa ibu kandungnya Laesa Sharon Rose (LSR) di rumahnya kawasan Cipulir Permai, Jakarta Selatan, mengaku kalau hampir setiap hari melihat ibunya meminum minuman keras di dalam rumah. Berdasarkan pengakuan yang diutarakan psikolog yang mendampingi GT, anak itu hampir setiap hari mendapati ibunya sedang merokok di depannya.
"Bahkan ibunya sering pulang larut malam. Saya tak tau alasannya pulang larut malam," kata psikolog dari Kementerian Sosial, Euis Heni Mulyani di Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (8/8).
Selain sering meminum miras, GT juga bercerita kalau ia tidak pernah diajak pergi keluar rumah oleh orang tuanya. GT 'cemburu' karena kedua saudara kandungnya selalu diajak bepergian oleh ibunya sedangkan ia sendiri tidak pernah diajak.
"Jadi anak ini selain mengalami trauma fisik ia juga mengalami trauma psikis. Keduanya membutuhkan waktu yang lama untuk penyembuhannya," kata Euis.
Sementara itu, seorang tetangga LSR, berinisial K mengaku sering melihat sang anak dipukuli bahkan dimaki-maki oleh ibu kandungnya. LSR pun menurutnya tak malu-malu lagi melakukan kekerasan terhadap anaknya.
"Pernah GT saya ajak ke rumah untuk saya berikan makan. Namun ibunya malah mendatangi rumah saya dan mengancam akan melaporkan saya ke polisi karena dituduh 'menculik anaknya'," kata wanita yang rumahnya hanya berjarak seratus meter dari rumah GT.
Selain itu, U tetangga samping rumah korban juga mengakui kalau GT suka meminta uang untuk ongkos pergi ke rumah neneknya. Karena, anak kecil yang menempuh pendidikan Home Schooling ini sangat dekat dengan sang nenek.
"Namun kami tak berani memberinya ongkos karena ibunya ini sering melakukan ancaman," kata U seraya menutup wajahnya dengan handuk karena khawatir mendapat ancaman dari keluarga LSR.
Para tetangga sekitar rumah mengakui kalau LSR merupakan pribadi yang tertutup dan jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya. Sehingga para tetangga tak mengetahui apa yang terjadi di rumah itu.
"Tahu-tahu anak ini babak belur saja. Bahkan mulutnya pun terluka karena pukulan benda tumpul sehingga kesulitan untuk makan dan minum," ujarnya.
Oleh sebab itu, para tetangga pun sepakat melaporkan hal ini ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia kemudian diteruskan ke Polres Jakarta Selatan untuk dilanjutkan proses hukum.
Sharon diketahui aktif sebagai aktivis yang peduli soal kehidupan anak-anak jalanan. Ia pun menepis tudingan bahwa ia sering berperilaku kasar terhadap sang putranya.