Anak yang Bekerja di Karaoke Kayangan Berasal dari Sukabumi dan Depok
Anak korban perdagangan orang di Bar dan Karaoke Kayangan, Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara berasal dari berbagai daerah. Mereka dipaksa melayani 10 orang pria dalam semalam oleh sang mami. Jika tak penuhi batas minimal, maka didenda Rp 50 ribu per hari.
Anak korban perdagangan orang di Bar dan Karaoke Kayangan, Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara berasal dari berbagai daerah. Mereka dipaksa melayani 10 orang pria dalam semalam oleh sang mami. Jika tak penuhi batas minimal, maka didenda Rp 50 ribu per hari.
Kepala Balai di lingkungan Kemensos, Neneng Heriyani mengungkapkan, korban rata-rata berusia 14-18 tahun. Mereka didapatkan dari berbagai daerah dengan cara mengiming-imingi bekerja dengan penghasilan yang besar di Jakarta.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Mengapa orang-orang membayangkan Jakarta dipenuhi salju? Cuaca panas yang belakangan terjadi di Jakarta membuat sebagian warga berandai-andai seandainya Jakarta ada musim salju. Tak cuma itu rasa penasaran juga hinggap bagaimana penampakan Jakarta jika turun salju.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang dijual warga Baduy saat jalan kaki ke Jakarta? Warga adat Baduy di wilayah Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki tradisi menjual madu hutan ke luar daerah dengan berjalan kaki.
-
Apa yang terjadi pada pemobil wanita di Jakarta Selatan? Sebuah video memperlihatkan seorang wanita dibuntuti oleh rombongan begal. Kejadian tersebut terjadi di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.Wanita berkerudung yang baru saja keluar dari minimarket diikuti oleh pemotor yang berusaha untuk menghentikan mobilnya.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
"Macam-macam ada yang dari Sukabumi, Indramayu, Pandeglang dari Depok, dan Jakarta juga ada," ucap Neneng di kantor Kemensos, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat (24/1). Saat ini mereka tengah ditangani Kemensos.
Neneng mengatakan, Bar dan Karaoke Kayangan beroperasi setiap hari mulai pukul 20.00 WIB sampai 04.00 WIB, dan selama delapan jam itu anak-anak itu dipaksa melayani sepuluh laki-laki semalam.
"Itu merupakan kekerasan secara psikis jelas, mereka harus melayani sekian puluh orang semalam," ucap Neneng.
Dan dari kesaksian korban, mereka bisa berada di bar yang dimiliki tersangka atau yang dipanggil dengan sebutan mami, berawal dari tawaran bekerja di Jakarta yang mereka temukan di halaman media sosial Facebook.
"Ada yang sama temennya, ada yang direkrut melalui Facebook, mereka itu diiming-imingi kerja di Jakarta, mereka kan anak tidak paham seperti apa ternyata setelah sampai, mereka mengatakan tidak tahu seperti apa pekerjaannya awalnya," lanjut Neneng.
Neneng juga mengatakan, anak-anak yang menjadi korban ini memiliki keterbatasan untuk dapat berkomunikasi dengan keluarga dan dengan dapat berkomunikasi dengan dunia luar.
Sejauh ini dalam menangani korban selain diberikan terapi secara psikologis dan penyuluhan kesehatan, anak-anak juga diajarkan mengenai norma dan etika, agar bisa mengembalikan peranan korban yaitu sebagai anak-anak.
"Kita memberikan pemahaman tentang norma dan etika, karena mereka kan melihat dunia malam kita berusaha untuk mengembalikan mereka ini anak-anak, kewajiban kamu ini seperti ini, agar mengembalikan peranan dan fungsi sosialnya kembali," ucap Neneng.
Selain itu, Kemensos sekarang ini sedang mendalami penelusuran dari identitas keluarga korban. Neneng menambahkan sebelum korban dipulangkan, Kemensos akan memanggil seluruh orangtua korban untuk diberikan pengertian lebih dalam.
"Kita harus mengadakan pertemuan dengan orangtuanya, kita beri pengertian bahwa walaupun anaknya sudah seperti ini, tetapi ini adalah tetap menjadi tanggung jawab mereka, dan juga kepada orangtuanya jangan percaya begitu saja anaknya meminta izin diajak kerja dan sebagainya," tutup Neneng.
(mdk/rnd)