Birokrasi payah, penutupan Terminal Lebak Bulus bermasalah
Tak terlihat upaya sosialisasi dari Dishub untuk berdialog terhadap sejumlah pengguna terminal Lebak Bulus.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan menilai polemik yang terjadi terkait pemindahan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan lantaran kurangnya sosialisasi yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Apalagi, secara tiba-tiba Dishub memutuskan untuk memindahkan trayek bus AKAP yang biasa beroperasi di Terminal Lebak Bulus ke tiga terminal yakni, Terminal Pulogadung, Kalideres dan Kampung Rambutan. Letak ketiga terminal itu cukup jauh dari Lebak Bulus.
"Kurangnya sosialisasi terhadap sopir, kernet, penjual tiket, warga dan lain-lain juga yang menyebabkan penundaan penutupan yang dilakukan Gubernur (Joko Widodo)," ujar Azas saat ditemui di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (8/1).
Tigor pun menilai hingga polemik ini terjadi, dirinya tak juga melihat upaya sosialisasi dari pihak Dishub untuk berdialog terhadap sejumlah pengguna terminal Lebak Bulus.
"Persoalannya, birokrasi kita jika berkaitan dengan hal sosialisasi itu sama dengan hanya memberikan informasi. Birokrasinya payah," sindir Tigor.
Tigor menilai Dishub masih bersikeras dengan pendiriannya untuk memindahkan trayek bus AKAP ke tiga terminal yang telah ditentukan tanpa melakukan pendekatan terhadap pengguna Terminal Lebak Bulus.
"Saya sudah ingatkan agar mereka berdialog dengan pendekatan-pendekatan yang baik agar ada solusi. Bukan 'pokoknya maunya saya'," tegasnya.
Baca juga:
AKAP dipindah dari Terminal Lebak Bulus, PT MRT tak profesional
4 Alasan penundaan penutupan Terminal Lebak Bulus
Jokowi fokus bereskan masalah Terminal Lebak Bulus
Terminal Lebak Bulus batal ditutup, pembangunan MRT tetap jalan
Jokowi tunda penutupan terminal Lebak Bulus
-
Mengapa Terminal Kutoarjo dibangun? "Tempat naik turun juga harus representatif. Terminal ini dibangun agar penumpang mendapat tempat yang cukup nyaman untuk naik turun dari Kutoarjo," pungkas Joko, dikutip dari Jatengprov.go.id.
-
Bagaimana struktur kota Surabaya berubah setelah adanya Tanam Paksa? Mengutip tulisan berjudul SURABAYA KOTA PELABUHAN karya Handinoto dan Samuel Hartono (Jurnalis DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, 2007), eksploitasi partikelir lewat perkebunan menimbulkan penjabaran ekonomi di dalam fungsi kota, dan berakibat langsung kepada bentuk dan struktur kota.
-
Kapan Pelabuhan Muara mulai beroperasi dan mengalami perbaikan signifikan? Pelabuhan ini sudah aktif sejak abad ke-17 diikuti dengan kedatangan penjajah Belanda yang ingin berdagang dan membeli rempah-rempah yang berharga itu.
-
Kapan Terminal Pulo Gadung mulai beroperasi? Dikutip berbagai sumber, Terminal Pulo Gadung dibangun pada awal 1970-an, dan resmi beroperasi mulai 14 Mei 1976 sebagai terminal Bus dalam kota, Bus antar kota.
-
Kapan Umbul Pelem mengalami renovasi besar-besaran? Keberadaan mata air ini sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun pada tahun 2018 dilakukan renovasi besar-besaran di sana selama setahun.
-
Bagaimana arsitek mendesain Terminal Salatiga untuk mengatasi lahan yang rendah? Kemudian arsitek yang merancangnya memiliki ide agar posisi rendah dari terminal bisa tetap memanjakan para pengunjungnya. Dari situ, terminal kemudian dibuat dengan tiga lantai dengan lantai satu merupakan area parkir bus, lengkap dengan deretan bangku berbahan kayu jati yang artistik. Kemudian lantai dua terdapat toko-toko suvenir dan di lantai tiga terdapat rumah makan Padang bernama NOES, dengan pelataran beton yang luas.