Catat, Deretan Konsep dan Solusi Bacagub-Bacawagub Atasi Masalah DKI
Para paslon pun sudah punya jurus masing-masing untuk mengatasi banjir
Pilkada DKI Jakarta diikuti oleh tiga pasangan calon, terdiri dari Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Siswono dan pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Ketiga paslon ini sudah mulai berkeliling menyapa warga Jakarta dan berjanji untuk mengatasi berbagai masalah di Jakarta. Di antaranya banjir dan macet di Jakarta terus menjadi salah satu persoalan klasik lima tahunan yang disoroti oleh bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta 2024.
- Penjelasan Lengkap Dharma Pongrekun Soal Kolam Pipi Monyet Atasi Banjir Jakarta
- Banjir Bandang Dahsyat Terjang Spanyol, Ratusan Warga Tewas dan Hilang
- Perbaikan Jalur Demak-Kudus Pasca Banjir Sudah 95 Persen, Tiga Jalur Alternatif Juga Disiapkan
- Ini Solusi Ampuh Pj Gubernur DKI Heru Budi Atasi Banjir di Jakarta
Para paslon pun sudah punya jurus masing-masing untuk mengatasi banjir itu. Berikut ini solusi dari para bacagub dan bacawagub atas masalah Jakarta
Pramono Anung - Rano Karno
Bakal calon gubernur Jakarta Pramono Anung terus keliling Jakarta untuk belanja masalah, salah satunya nengenai persoalan banjir. Dia pun menyetujui konsep Giant Sea Wall.
Menurutnya, pembangunan Giant Sea Wall memang bukan gagasan baru. Melainkan sejak sebelum masa jabatan Mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso.
Dia mengatakan, hal ini harus diwujudkan oleh siapapun karena akan berdampak baik untuk lingkungan dan warga Jakarta.
"Dan yang paling utama adalah orang yang berani mewujudkan, siapa saja harus mewujudkan itu. Itu untuk mengurangi banjir dan juga mengurangi tekanan kepada darat yang ada di Jakarta. Dan itu memang harus dilakukan,"kata Pramono.
Dia pun mengaku pernah berkunjung ke Belanda secara khusus untuk mendalami persoalan Giant Sea Wall bersama Presiden RI, Joko Widodo.
"Jadi saya tidak mengini siapapun, tapi bahwa sekali lagi saya sampaikan saya tidak akan bekerja untuk hal yang terlalu muluk-muluk tetapi yang real di bawah, itu yang akan saya lakukan," lanjut Pramono.
Selain banjir, Pramono punya cara untuk mengatasi macet. Pramono mengaku akan menerapkan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH) hingga memperpanjang jalur TransJakarta, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT).
"Yang saya lakukan di Sekretaris Kabinet, yang benar-benar didukung oleh Gen Z adalah work from home, work from everywhere. Kalau ini bisa diterapkan untuk Jakarta, saya yakin orang semuanya nggak perlu datang ke Balai Kota ataupun ke mana," kata Pramono Anung.
"Bisa bekerja di tempat masing-masing. Kan sekarang sistemnya sudah sangat mudah dan sangat gampang untuk diawasi. Jadi work from home," sambungnya.
Selain memperpanjang jalur MRT, LRT, serta melanjutkan program JakLingko, frekuensi kendaraan umum di Jakarta ditingkatkan, dan dan prasarana harus ditata kembali. Dia pun akan membenahi JakLingko yang dibuat di era Anies Baswedan.
Cawagub Pramono, yakni Rano Karno memberikan pandangan mengenai solusi untuk mengatasi banjir yang kerap melanda Jakarta. Menurut Rano, solusi banjir Jakarta tidak bisa hanya mengandalkan infrastruktur seperti Banjir Kanal Timur (BKT) atau Banjir Kanal Barat (BKB).
Menurutnya, perlu pendekatan yang lebih komprehensif yang melibatkan sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan wilayah penyangga. Dia pun menyinggung pembangunan waduk Ciawi.
"Jakarta tidak bisa menyelesaikan masalah banjir sendirian. Itu harus bersama-sama dengan wilayah lain. Banjir Kanal Timur dan Barat memang penting, tapi tidak cukup. Pembangunan waduk di Ciawi, misalnya, itu bukan tanggung jawab Jakarta sendiri. Itu butuh kerja sama PUPR, APBD DKI, serta kabupaten-kota sekitarnya," kata Rano Karno, Selasa (17/9).
Rano juga menyoroti pentingnya koordinasi antar wilayah dalam penanganan banjir. Dia mengatakan, banjir adalah masalah kompleks. Tidak bisa dilihat hanya dari infrastruktur di dalam Jakarta.
"Pembangunan waduk di wilayah luar Jakarta seperti Ciawi menjadi bukti betapa pentingnya sinergi," tambahnya.
Rano Karno pun bicara solusi mengatasi kemacetan di Jakarta. Dia mengatakan, Jakarta sudah dilengkapi dengan transportasi umum di dalam kota, namun perlu cara untuk mencegah orang dari daerah luar membawa kendaraan pribadi saat bekerja di Jakarta.
"Jakarta ini kalau malam, (warganya) 9 juta. Siang pagi, itu bisa 14 juta, 3 atau 4 juta ini pendatang dari luar. Ini distribusinya kudu diatur. Kalau yang di dalam mah udah gampang. Makanya alhamdulillah kita naik busway, naik MRT, naik segala macam," ucapnya.
Ridwan Kamil - Suswono
Sementara, Bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil (RK) membeberkan rencananya mengatasi banjir rob di Jakarta Utara. Salah satu program yang disinggungnya adalah proyek giant sea wall (GSW) atau tanggul raksasa.
"Akan ada giant sea wall, supaya banjir dari utara, kan banjir terbagi dua ya, air dari selatan, Bogor ke sini, dan air dari utara naik. Nah, giant sea wall itu gimana menyelesaikan masalahnya kan, kira-kira begitu," ungkap RK.
RK menilai, konotasi futuristik di dunia saat ini refleksinya ke Dubai. Sehingga dalam ungkapan tersebut, pembangunan Giant Sea Wall menjadi solusi untuk masalah banjir di Utara dari Jakarta.
"Jadi bukan tidak menyederhanakan kalimatnya. Poinnya adalah tujuan pembangunan Giant Sea Wall itu adalah pro rakyat kecil, untuk supaya tidak terjadi banjir, karena bentuknya jadi kawasan futuristik itu saja," pungkasnya.
Sedangkan, pendamping RK yakni Suswono juga memiliki program untuk membeli lahan yang akan dijadikan waduk sebagai penahan air, agar bisa meminimalisir banjir di Jakarta.
"Dalam konteks mengatasi banjir ini dari mulai hulu ya kita akan bekerjasama dengan daerah Selatan ya sampai mungkin barangkali Cianjur ya, yaitu membeli lahan-lahan di sana untuk dijadikan waduk. Artinya menahan supaya gelontoran air dari selatan tidak langsung ke Jakarta, Paling tidak tertahan," kata Suswono.
Sementara itu, jika wilayah selatan akan dibangun waduk, di Jakarta akan diperbanyak biopori dan sumur resapan. Hal itu sebagai solusi menahan aliran air sebelum mencapai wilayah utara.
"Di Jakarta sendiri tentu perlu diperbanyak biopori maupun juga sumur-sumur resapan. Paling tidak supaya tertahan juga dalam perjalanan ke Utara," tuturnya.
Dia menambahkan pihaknya pun sepakat rencana pembangunan Giant Sea Wall di pesisir utara Jakarta. Langkah ini diambil sebagai solusi menghadapi tantangan naiknya permukaan air laut yang terus mengancam kawasan pesisir.
"Nah jadi artinya bendungan besar di utara itu juga untuk sekaligus menahan rob kan, artinya kan air laut kan, karena Jakarta ini kan sekarang sudah di bawah dari air laut kan," pungkasnya.
Untuk mengatasi macet, Suswono pun mempunyai rencana yakni memindahkan pusat perkantoran di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, ke selatan Jakarta misalnya kawasan Jalan TB Simatupang.
Kata Suswono, hal ini salah satu instrumen untuk menekan kemacetan di Jakarta.
"Mungkin memindahkan, seperti sekarang terpusat di jalan Thamrin misalnya kenapa tidak digeser ke arah daerah selatan misal kayak TB Simatupang dan sebagainya," kata Suswono.
Dharma Pongrekun - Kun Wardana
Sementara pasangan lainnya, Dharma-Kun memiliki sejumlah program unik terkait misi penanggulangan banjir di Jakarta. Adapun Dharma-Kun ingin memanajemen air hujan dan sungai dengan mengoptimalkan fungsi waduk, kanal, pompa serta taman dan hutan kota.Keduanya bakal mendesain tata kota sesuai kondisi dan sifat alam, relokasi dan rehabilitasi kawasan kumuh, Jakarta pipi monyet, Jakarta Dam, dan taman waduk darurat.
Sistem 'Pipi Monyet' pernah diterapkan di Bangkok, Thailand untuk mengatasi banjir. Pipi monyet merupakan sistem penampungan air hujan dengan wadah khusus yang mampu menampung air hujan berlebih hingga 30 juta kubik.
Untuk mengatasi kemacetan, Dharma-Kun juga menjanjikan inovasi perbaikan desain tata ruang Jakarta Untuk mewujudkan misi itu, mereka akan mendesain ulang tata kota Jakarta, dari semula terpusat menjadi linear.
Mereka juga berjanji mengutamakan Trans Jakarta dan sepeda, memanjakan pejalan kaki, merelokasi kawasan kumuh, serta membuat sistem transportasi yang terintegrasi mengikuti desain tata kota.