Dari Balik Tembok Rumah Mewah Terbengkalai:Ayah Minggat, Anak Rawat Ibu Belasan Tahun
Hari-hari yang mereka lalui 12 tahun terakhir tak seindah dahulu. Bahkan Tiko kecil dahulu, tumbuh dengan perjuangan hebat merawat ang ibu yang kemudian jatuh sakit. Ayahnya malah pergi.
Kisah Ibu Eny Sukaesih dan anaknya Tiko (23) viral di media sosial. Keduanya menghuni sebuah rumah mewah tapi tak terawat. Terlihat dari lingkungannya yang semak, cat kusam, tanpa penerangan dan aliran air.
Sudah belasan tahun mereka tinggal hanya berdua. Dahulu, hidup Ibu Eny dan Tiko begitu terpandang. Tapi takdir tak bisa ditebak.
-
Kapan HUT Kopassus diperingati? Kopassus didirikan pada tanggal 16 April 1952. Selamat ulang tahun ke-72, Kopassus!
-
Di mana Khayru Kuliah? Saat ini, Khayru sedang menempuh pendidikan di Monash University Australia.
-
Kapan sebuah Hadis dianggap sah? Menurut Ta'rif Muhadditsin, suatu hadis bisa dikatakan shahih apabila telah memenuhi lima syarat penting berikut: Sanadnya Bersambung Periwayat Bersifat Adil Perawi Bersifat Dhabit Tidak Tanggal atau Syadz Terhindar dari 'Illat
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu? Tentunya dengan menggunakan pola yang berirama dan penuh humor, patun dapat menghadirkan keceriaan di tengah-tengah kegiatan sehari-hari.
-
Siapa Kaisar Wu? Kaisar Wu adalah seorang penguasa dari dinasti Zhou Utara di Tiongkok kuno.
-
Apa saja ciri-ciri husnul khatimah? Terdapat ciri-ciri tertentu, di mana seseorang dikatakan meninggal dalam keadaan husnul khatimah, yaitu sebagai berikut:1. Mengucapkan syahadat: Salah satu ciri-ciri husnul khatimah adalah seseorang yang meninggal dunia dengan mengucapkan kalimat syahadat, yaitu dua kalimat kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Dengan mengucapkan syahadat saat merenggang nyawa, ini menandakan bahwa orang tersebut memiliki iman yang kuat dan ikhlas dalam menjalankan ajaran Islam.
Hari-hari yang mereka lalui 12 tahun terakhir tak seindah dahulu. Bahkan Tiko kecil dahulu, tumbuh dengan perjuangan hebat merawat ang ibu yang kemudian jatuh sakit. Ayahnya malah pergi.
Ketua RT 06/RW 02 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Noves Haristedja menceritakan, Tiko sudah menetap di rumah itu sejak usianya dua tahun. Kira-kira saat itu tahun 2002. Ibu dan ayahnya pun masih bersama.
Keluarganya bisa dikatakan cukup mampu. Tak hanya terlihat dari rumahnya yang sangat besar dibandingkan warga lainnya. Suami ibu Eny juga berpenampilan sangat necis.
"Kalau dilihat rumahnya, pasti ya orang mampu. Apalagi kalau lihat penampilan Bapaknya waktu masih ada, memang berbeda dengan kita. Terlihat dari rumahnya juga paling bagus di sini dahulu," kata Noves kepada merdeka.com, Kamis (5/1).
Entah apa yang terjadi kala itu, pada 2010 silam, suami ibu Eny pergi pergi dari rumah itu. Meninggalkan sang istri serta buah hatinya. Informasi beredar kala itu, tuan rumah kembali ke kampung halamannya.
"Jadi tinggal Tiko dan ibunya. Entah itu bercerai, entah itu apa, saya kurang tahu pasti," tambah Noves.
Sejak tinggal berdua, ekonomi keluarga tersebut mulai merosot. Eny sempat membuat kue dan gorengan untuk dijual. Tiko bagian menjajakan pada tetangga. Tapi usaha itu tak berlangsung lama.
Makin hari, ekonomi mereka kian terpuruk. Tak punya duit bayar listrik dan air. Hingga akhirnya diputus. Tiko pun ikut terdampak putus sekolah saat kelas 1 SMP atau sekitar 2012.
Tak ada lagi pemasukan, Tiko terpaksa menjual barang-barang yang ada di rumahnya. Seperti piring, sendok, microwave, ikat pinggang, loyang kue, dan lain sebagainya. Tiko juga berkeliling kepada tetangga untuk meminta bantuan.
"Banyak tuh warga yang nyumbang. Warga sebelah juga kasih air ke sini. Lilin juga ada dikasih," ujar Noves.
Di 2015, saat Noves menjabat, Noves mengajak Tiko untuk menjadi tugas pengamanan di kompleks tersebut. Namun, Tiko menolak karena ibunya tak memberi izin.
"Sepanjang waktu, mungkin karena kebutuhan ekonomi, sekitar 2016 ibunya Tiko kirim surat ke saya. 'Pak Noves, saya pinjam uang. Jaminannya Tiko jadi keamanan' ya Alhamdulilah jadi keamanan sampai saat ini," kata Noves.
Saat Tiko berusia 17 tahun, Noves membantu dengan membuatkannya KTP begitu juga Eny. Kemudian, Tiko juga dibuatkan juga SIM.
"Saya tawarkan Tiko saat ada pembuatan SIM kolektif. Supaya dia aman ke mana-mana. Kalau mungkin ada pekerjaan di tempat lain jadi sopir kan bisa," ujar Noves.
Setelah mendapatkan SIM, banyak warga yang meminta bantuan Tiko untuk mengantar mereka. Tidak berhenti di situ, Noves juga membantu Tiko melanjutkan pendidikannya. Kini, Noves sudah kelas 3 SMP.
"Ada penawaran sekolah paket C dari pemerintah ya. Alhamdulillah Tiko dan ada dua keamanan lain yang ikut sekolah," kata Noves.
Soal kondisi Eny, Noves merasa warganya tersebut tak tepat disebut mengalami gangguan jiwa. Karena, masih bisa berinteraksi dengan warga.
"Kalau dibilang gangguan jiwa, nggak seperti anggapan lainnya karena ibunya Tiko interaktif juga. Kadang sama saya juga kalau ketemu saya tegur dia nyapa juga. Dia juga masih suka keluar beli makanan, ambil air," kata Noves.
Terpisah, Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin dipastikan Tiko dan ibunya selalu menjadi penerima bantuan. Namun, mereka kerap menolaknya.
"Kalau dikasih bantuan sosial enggak mau," ujar Slamet.
Oleh warga setempat warga selalu memikirkan cara agar tetap menyalurkan bantuan itu.
"Tapi kita namanya lingkungan supaya bantuan bisa nyampe ke Ibu Eny gimana, yaitu si Tiko kan diberdayakan sebagai petugas keamanan lingkungan," tambah Slamet.
Ibu Tiko menolak karena ia masih merasa orang yang berkecukupan.
"Iya begitu (tidak menerima bansos). Karena kan dia itu kan awalnya orang berada. jadi enggak mau dibantu," tambah Slamet.
(mdk/lia)