Ini alasan BPK berikan WDP era Ahok dan WTP era Foke
BPK pastikan proses audit sudah dilakukan sesuai prosedur dan tak dibedakan dengan era Foke.
Badan Pemeriksaan Keuangan memberikan predikat 'wajar dengan pengecualian' (WDP) dalam laporan keuangan Pemprov DKI tahun anggaran 2014 kemarin. Kepala Biro Humas dan Kerjasama Internasional Yudi Ramdan Budiman mengatakan bahwa tak ada perbedaan dalam melakukan audit keuangan Pemprov DKI era Fauzi Bowo dengan Ahok.
"Pemeriksaan ada dua sifat akumulatif dan karendien (berjalan atau aset bawaan) saat ini opini terjadi tidak ada bawaan yang terjadi tahun 2014 aset bawaan tahun 2013 karendien. Tahun 2011 permasalahan utama aset bawaan sedikit yang ditemukan lingkungan transaksi berbeda 2011-2014," kata Yudi di Kantornya, Jakarta, Rabu (8/7).
Menurut dia, kriteria penilaian predikat Wajar Dengan Pengecualian untuk Gubernur DKI Jakarta Ahok sudah sesuai prosedur. Bahkan pihaknya sudah memberikan laporan audit BPK yang diterima oleh Sekda DKI Jakarta Saefullah.
"Kriteria memberikan 4 opini yaitu standar akuntansi pemerintah, sistem pengendalian intern, kecukupan informasi dan , kepatuhan undang-undang. Masalah tanah bagian opini," kata dia.
Untuk diketahui, Ahok) tak terima atas predikat 'wajar dengan pengecualian' (WDP) yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, pada laporan keuangan Pemprov DKI tahun anggaran 2014 kemarin.
Salah satu hasil pemeriksaan BPK yang dinilai janggal oleh Ahok, adalah pembelian lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan Rumah Sakit Sumber Waras di Jakarta Barat.
BPK menilai pembelian lahan senilai RP 191 miliar itu kemahalan. Padahal, Pemprov DKI sudah membeli lahan itu dengan harga yang murah, sesuai nilai jual objek pajak. Namun menurut BPK, pembelian lahan itu seharusnya dilakukan dengan model taksiran harga (appraisal). Prosedur pembelian itulah yang dianggap sebagai 'temuan' oleh pihak BPK.
Ditambah lagi, BPK menyebut jika temuan itu diutarakan saat Ahok memimpin DKI. Padahal, program pembelian lahan seluas 3 hektare itu sudah dimulai, ketika Fauzi Bowo menjadi Gubernur DKI pada 2007-2012 silam.
"Masak era Foke mau kampanye, BPK beri predikat 'wajar tanpa pengecualian' (WTP). Sementara saya yang diwarisi program itu malah dapat predikat 'wajar dengan pengecualian' (WDP), kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (7/7)
Saking kesalnya, Ahok berujar bahwa apa yang BPK temukan di laporan keuangan Pemprov DKI itu, tak akan mempengaruhi popularitasnya di mata warga DKI Jakarta. Sebab, masyarakat lebih merasakan manfaat dan laju pembangunan saat DKI dipimpinnya, daripada saat dipimpin Gubernur lain sebelumnya.
"Buktinya, Foke yang dapat WTP kalah sama saya yang dapat WDP. Pokoknya yang membuat saya bisa menjadi Gubernur itu bukan BPK, tapi warga DKI, tegas Ahok.
Baca juga:
Ahok marah-marah, BPK jelaskan kenapa proyek Sumber Waras bermasalah
Ahok yakin kadis Tata Air tak terkait korupsi Kali Pesanggrahan
Cerita Kadishub hampir dipukuli tukang bajaj saat razia
Arus balik PRT hijrah Jakarta, Ahok bilang 'boleh, kita kekurangan'
BPK soal kemarahan Ahok: Orang yang dapat nilai jelek pasti marah!
Ahok gempur BPK gara-gara uang makan dan beli sayur disorot
Ahok ingatkan PNS, tak ada yang susah kalau ingin dapat duit
-
Siapa yang membiayai kehidupan Ahok ketika ia tinggal di Jakarta? Keluarga Misribu-lah yang membiayai hidup Ahok selama di Jakarta.
-
Bagaimana Ahok terlihat dalam fotonya saat kuliah? Tampak pada foto, Ahok tengah bergaya bersama teman-temannya saat awal masa kuliah di Trisakti.
-
Bagaimana Ahok memulai karier politiknya? Ia memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta setelah terpilih pada tahun 2004.
-
Apa yang dirayakan oleh Ahok dan Puput? Ahok dan Puput merayakan ulang tahun putri mereka dengan acara yang sederhana, namun dekorasi berwarna pink berhasil menciptakan atmosfer yang penuh semangat.
-
Di mana Ahok menghabiskan masa kecilnya? Masa kecil Ahok sendiri dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
-
Kenapa Ahok merasa prihatin dengan nasib generasi muda? Ahok pun merasa prihatin dengan nasib generasi muda di masa mendatang.