Ketika FBR dan Forkabi saling serang
"Sama-sama Betawi jangan ada permusuhan. Kita berada di bawah Bamus Betawi," ujar Bendahara Ranting Forkabi Yusuf.
Garis polisi masih melintang di Gardu ormas Forkabi dan dua warung rumah makan Jalan Pekojan, RT 9 RW 4, Pekojan, Tambora. Puing-puing kayu yang terbakar dan serpihan genting masih berserakan di depan jalan raya.
Pengurus Bendahara Dewan Perwakilan Ranting (DPRT) Forkabi, Yusuf Amin (40) menceritakan, pada saat penyerangan, dirinya dan empat temannya sedang berada di tempat kejadian, lalu, dari arah Gedong Panjang datang puluhan anggota FBR menyerang. Gardu yang dibangun sejak setahun setengah yang lalu kemudian dihancurkan.
"Tanpa tanya apa-apa, mereka langsung menghancurkan gardu. Saya dan empat teman yang lain lalu lari ke belakang, ke arah pemukiman," kata Yusuf menjelaskan kronologi kejadian, Rabu (18/7). "Bahkan warung di sebelah sempat diambil rokoknya," tambahnya.
Yusuf juga menjelaskan dirinya tidak tahu masalah awal yang menyebabkan gardu Forkabi yang berada di daerah pertokoan itu diserang. "Saya juga enggak tahu mereka warga mana," ujarnya.
Meski tidak ada korban luka dari anggota Forkabi, namun gardu yang berada tepat di jalan Pekojan Raya hancur berantakan. "Bahkan gardu ini sempat mau dibakar. Beruntung ada petugas. Coba kalau dibakar? Yang saya takutkan, api bisa membakar rumah warga yang di belakang," ujar Yusuf.
Dari kejadian penyerangan ini Yusuf mengharapkan kedua ormas jangan sampai ada penyerangan lagi. "Sama-sama Betawi jangan ada permusuhan, karena kita berada di bawah Bamus Betawi," imbuhnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, dinihari tadi anggota ormas FBR melakukan penyerangan terhadap gardu Forkabi dan dua rumah makan di Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat. 15 Anggota FBR diamankan kepolisian Polres Metro Jakarta.
Pemicu penyerangan karena sebelumnya rumah makan milik salah satu anggota FBR di Bandengan diserang. "Awalnya terjadi pengerusakan atas warung milik anggota FBR yang berlokasi di Bandengan," ujar Kapolres Jakarta Barat Kombes Suntana.