Penampakan Lokasi Proyek ITF Sunter yang Mandek hingga Disentil Jokowi
Proyek ITF yang dikerjakan PT JSL sebagai anak usaha PT Jakpro sebetulnya sudah memasuki tahap groundbreaking pada 2018 lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyorot pembangunan proyek intermediate treatment facility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara. Jokowi heran proyek tersebut tak kunjung rampung.
Merdeka.com mengunjungi lokasi ITF Sunter untuk melihat dari dekat progres pembangunan proyek tersebut pada Kamis (22/12) sekitar pukul 13.20 WIB. Lokasi pengelolaan sampah tersebut berada di Jl. Sunter Permai Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
-
Kapan Rumah Singgah Sultan Siak Sri Indrapura dibangun? Dikabarkan bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1895, bisa diperkirakan bangunan ini sudah lebih dari ratusan tahun.
-
Kapan Kota Tua Jakarta dibangun? Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Kemudian di tahun 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen, Jayakarta pun dihancurkan. Setahun kemudian, kota baru bernama Batavia dibangun oleh VOC untuk menghormati Batavieren, yaitu leluhur bangsa Belanda.
-
Kapan Istana Siak Sri Indrapura dibangun? Mengutip dari beberapa sumber, tempat kediaman resmi Sultan Siak itu dulunya dibangun pada tahun 1889 saat pemerintahan dipegang oleh Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang menjadi Sultan ke-11.
-
Bagaimana peran PT Semen Indonesia dalam pembangunan Stadion GBK? Bangunan pada Stadion GBK menggunakam Semen Gresik yang mana PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berkontribusi dalam menyukseskan program pembangunan yang dicanankan oleh pemerintah solusi produk yang berkualitas dan ramah lingkungan.
-
Apa yang ditemukan oleh pekerja proyek tersebut? Tulang manusia yang ditemukan pekerja proyek di sekitar lokasi pembangunan memorial Living Park Rumoh Geudong di Gampong Bilie Aron, Glumpang Tiga, Pidie, beberapa waktu lalu.
-
Kapan Gapura Sekar Putih dibangun? Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911.
Tepatnya, ITF Sunter berada di belakang Jakarta International Stadium (JIS) atau bersebrangan dengan Stasiun Pompa Sunter Sentiong Taman BMW.
Jika menggunakan transportasi umum, posisi ITF Sunter tepat di belakang Halte Transjakarta JIS. Ketika sampai di sana, ITF Sunter tampak kosong, hanya berupa tanah seluas 3 hektare yang lapang.
Terlihat pagar yang tak terlalu tinggi di depan pintu masuk. Pandangan akan langsung terlihat megahnya Jakarta International Stadium. Rumput-rumput ilalang dibiarkan tumbuh tinggi di area tersebut. Dari kejauhan juga terlihat gundukan tanah diduga bekas proyek.
©2022 Merdeka.com/Lydia Fransisca
Di lokasi, tidak terlihat pekerja-pekerja sedang menggarap proyek. Hanya tampak beberapa kendaraan terparkir dekat pintu masuk. Kami terkendala masuk ke dalam karena urusan perizinan.
Bagian depan terdapat sejumlah papan pemberitahuan. Salah satunya papan yang menunjukkan peruntukan tanah tersebut adalah ITF Sunter atau pembangkit listrik tenaga sampah.
Tertulis juga investor dari proyek ITF itu adalah PT Jakarta Solusi Lestari. Belakangan diketahui bila PT JSL merupakan anak perusahaan dari JakPro. Di papan itu juga tercantum waktu pengerjaan ITF terhitung dari 2019-2022.
©2022 Merdeka.com/Lydia Fransisca
Untuk diketahui, proyek ITF yang dikerjakan PT JSL sebagai anak usaha PT Jakpro sebetulnya sudah memasuki tahap groundbreaking pada 2018 lalu. Di era Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Tetapi, pihak investor sebagai pendana utama mundur. Sehingga kelanjutan pembangunan terhenti.
PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola menjelaskan alasan proyek ITF Sunter tak kunjung rampung.
"Tahun 2018 itu sudah ada mitra sebenarnya, makanya kita groundbreaking bersama mitra. Lalu mitra mengundurkan diri, makanya pembangunannya terhenti," kata VP Corporate Secretary PT JakPro, Syachrial Syarif, kepada merdeka.com, Kamis (22/12).
Namun demikian, Jakpro telah membuka kembali kesempatan pada pihak investor untuk bergabung. Sejak dibuka, ada sepuluh investor yang mendaftar dan menyisihkan tiga konsersium yang nantinya akan dipilih satu untuk mengerjakan proyek pengolahan sampah ini.
"Semoga segera dapat mitra," katanya.
Namun demikian, Jakpro telah membuka kembali kesempatan pada pihak investor untuk bergabung. Proses mencari mitra memang butuh waktu, karena selain membutuhkan dana, perusahaan mitra harus memiliki komptensi baik teknis maupun teknologi. Sejak dibuka, ada sepuluh investor yang mendaftar dan menyisihkan tiga konsersium yang nantinya akan dipilih satu untuk mengerjakan proyek pengolahan sampah ini.
"Semoga segera dapat mitra," katanya.
Syachrial menambahkan, Jakpro sendiri ditugaskan mengelola dua ITF selain di Sunter, Jakut. Lainnya adalah wilayah Jakarta Barat. Untuk kedua proyek itu memang belum ada yang berjalan.
Dari perhitungan yang dilakukan, Jakpro memperkirakan butuh dana Rp250 miliar lebih untuk membangun satu titik ITF.
Menanggapi sikap Presiden Jokowi, Jakpro, kata Syachrial memahami. Jokowi sebagai penggagas pasti ingin ada perkembangan pada proyek tersebut. Itu sebabnya, Jakpro sangat berharap proses pencarian mitra segera rampung sehingga kelanjutan pembangunan bisa segera dimulai kembali.
"Harapan beliau valid, karena beliau sudah mengawali sejak menjadi gubernur. Kita juga mendukung dan sesegera mungkin kita realisasikan. Mudah-mudahan dibangun kembali tahun 2023, minimal di kuartal kedua atau ketiga bisa dikerjakan," ujar Syachrial.
(mdk/ray)