Penolakan Djarot dianggap sebagai politisasi masjid
Bendahara PBNU Falah Amru menilai pengusiran Djarot dari masjid merupakan bentuk politisasi masjid. Menurutnya jika warga tidak setuju lebih baik tidak mencoblos pasangan Ahok-Djarot di tanggal 19 April, tidak dengan mengusir dari masjid.
Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Falah Amru mengecam pengusiran terhadap Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat di Masjid Al-Atiq, Kebun Baru, Tebet. Falah mengatakan jemaah yang melakukan pengusiran sama saja telah menghina agama Islam.
"Dan itu (pengusiran) adalah bentuk politisasi masjid. Yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan agama. Islam tidak seperti itu," kata Falah saat dikonfirmasi, Jumat (14/4).
"Itu bentuk penghinaan terhadap agama kita, agama Islam yang rahmatan lil alamin. Pengusiran itu adalah bentuk radikalisme agama," sambungnya.
Falah yang juga Sekjen Baitul Muslimin ini menyebut Djarot adalah seorang nahdliyin. Menurutnya jika para jemaah itu tidak suka lebih baik tidak memilih pada tanggal 19 April nanti, bukan mengusir dari masjid.
"Itu tindakan tidak baik dan cenderung kasar. Kalau tidak suka ya tidak usah memilih. Jangan kemudian bersikap malah menghina agama, Islam tidak seperti itu," pungkasnya.
Sebelumnya, saat Djarot Salat Jumat di Masjid Al Atiq, Jalan Mesjid 1, Kampung Melayu Besar, Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, warga setempat memberikan penolakan. Hal itu terlihat dengan adanya spanduk bertuliskan 'Tolak Penista Agama di Kampung Melayu Tercinta'. Kedatangan Djarot tak begitu menimbulkan keributan. Sebagian warga bersalaman dengan Djarot.
Namun ceramah yang disampaikan khatib mulai menyisipkan soal masalah Pilkada DKI putaran kedua. Penceramah mengajak para jemaah yang hadir untuk memilih pemimpin muslim karena dinilai dapat memberikan keberkahan bagi Jakarta.
Seusai salat, keadaan menjadi gaduh. Djarot keluar dari dalam Masjid diiringi dengan teriakan takbir dan penolakan. Sebagian jemaah pun terlihat memberikan tanda 'OK OCE' dengan menggunakan tangan mereka.
"Takbir, Allahu akbar," serta teriakan "usir, usir, usir," teriak sebagian jemaah.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Siapa saja kandidat di Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Siapa yang ditunjuk sebagai ketua tim pemenangan pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
Baca juga:
Salat Jumat di Tebet, Djarot dapat penolakan jemaah
Sandiaga tuding Djarot ditolak saat Jumatan bagian strategi kampanye
Saat Djarot ditolak Salat Jumat di detik-detik akhir kampanye
Djarot menghadiri Jakarta bersholawat di Ciracas
Kampanye hari terakhir, Djarot hadiri pengajian di Cipinang
Diusir usai Salat Jumat, Djarot imbau takmir masjid tak provokasi
Sindiran keras Sandiaga soal Djarot ditolak Salat Jumat