'Silat Lidah' di Balik Kenaikan Pendapatan Anggota DPRD DKI saat Pandemi
PSI menolak usulan tersebut lantaran tidak elok jika hak-hak anggota DPRD mengalami kenaikan di saat pandemi Covid-19 terjadi dan banyak orang sedang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan.
Pemprov dan DPRD DKI Jakarta telah menyepakati Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD Tahun 2021 sebesar Rp 82,5 triliun. Dalam KUA-PPAS tersebut, ada kenaikan signifikan pada mata anggaran Rencana Kerja Tahunan (RKT) DPRD DKI Jakarta.
Berdasarkan sumber yang diterima, RKT DPRD DKI Jakarta itu terbagi ke beberapa kategori pendapatan langsung, pendapatan tidak langsung, dan kegiatan. Dalam setahun, RKT tiap anggota DPRD DKI mencapai Rp8.383.791.000. Jika dikalikan dengan jumlah anggota berjumlah 106 orang, maka anggaran RKT keseluruhan anggota DRD DKI mencapai Rp888.681.846.000.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta menangani kasus DBD? Heru menyampaikan, Dinas Kesehatan (Dinkes) telah menangani kasus DBD yang cenderung meningkat dengan melakukan fogging atau tindakan pengasapan dengan bahan pestisida yang bertujuan membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit DBD.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI ingin mengurangi kemacetan? Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan PDRI dibentuk? Walaupun secara resmi radiogram Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut:
-
Apa itu DPK? DPK adalah singkatan dari Daftar Pemilih Khusus. DPK adalah daftar pemilih yang memiliki identitas kependudukan tetapi belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb).
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Apa syarat yang diterapkan Pemprov DKI untuk para pendatang? Syaratnya, pendatang harus punya tempat tinggal layak, pekerjaan tetap. Syarat tambahannya adalah pendatang harus mempunyai keahlian tertentu agar tidak memicu masalah sosial baru seperti kemiskinan dan stunting.
Dalam rapat paripurna yang diselenggarakan di Gedung DPRD DKI Jakarta pada Jumat (27/11) silam, PSI menyampaikan penolakan terhadap kenaikan anggaran penunjang kegiatan anggota DPRD DKI sebesar Rp 888,68 miliar dalam rancangan APBD DKI Jakarta tahun 2021. Kenaikan anggaran tersebut akan digunakan untuk tunjangan rencana kerja anggota DPRD, mulai dari reses, kunjungan kerja, sosialisasi perda dan raperda, hingga sosialisasi kebangsaan.
PSI menolak usulan tersebut lantaran tidak elok jika hak-hak anggota DPRD mengalami kenaikan di saat pandemi Covid-19 terjadi dan banyak orang sedang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan.
Mendengar pernyataan dan sikap PSI, Ketua Panitia Khusus (Pansus) RKT DPRD DKI Mohammad Taufik geram. Dia menyatakan, kecewa dengan sikap Fraksi PSI yang menolak Pansus RKT DPRD DKI tersebut. Padahal sebelumnya dalam rapat, mereka ikut tanda tangan setuju dengan kegiatan dewan tersebut.
"PSI setuju dan tanda tangan dalam rapat pimpinan gabungan (rapimgab) RKT DPRD DKI. Tetapi, kok, malah bicara aneh-aneh menolak di luar. Jangan begitulah, harus fair. Mau menerima RKT, tetapi nama ingin bagus di luar. Ini namanya merusak institusi," katanya, Selasa (2/12).
Dia sebagai Ketua Pansus RKT DPRD DKI dan Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi kecewa dengan sikap PSI. Jika ingin menolak, menurut Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI ini, seharusnya berdebat di dalam rapat dan tidak perlu pencitraan menolak RKT, namun malah menerima dan setuju semua kegiatan dewan selama setahun dengan anggaran Rp888 miliar.
"Saya kira kalau ingin menang, ya jangan menang banyaklah, kalau mau manggung ya, silakan. Tetapi, jangan rusak citra institusi," katanya.
"Jangan di luar cerita begini, begono, dan begini. Saya sebagai Ketua Pansus RKT DPRD DKI tegaskan semua fraksi telah menyepakati," tuturnya.
RKT telah dibahas dan disepakati semua fraksi di DPRD DKI. Taufik menjelaskan, angka Rp888 miliar sudah mencakup semua kegiatan secara satuan.
Mulai, kunjungan kerja (kunker), kunjungan dalam kota, peninjauan, sosialisasi pancasila, sosialisasi perda, reses dan kegiatan alat kelengkapan dewan (AKD).
"Makanya, ini saya luruskan. Saya tegaskan, teman-teman PSI setuju," jelas politikus Gerindra itu.
PSI Tantang Risalah dan Rekaman Pembahasan RKT Dibuka
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta PSI, Michael Victor Sianipar menegaskan kembali partainya tidak pernah menyetujui kenaikan RKT menjadi Rp 888 miliar untuk 106 anggota DPRD DKI di tahun 2021. Keputusan tersebut sudah bulat di internal partai.
"Sikap PSI jelas bahwa segala pembahasan kenaikan hak dewan harus mempertimbangkan asas kepantasan dan kewajaran. Di saat ratusan ribu warga Jakarta kehilangan pekerjaan karena pandemi dan 1,7 juta warga Jakarta mengalami pengurangan jam kerja, kenaikan gaji wakil rakyat itu tidak pantas," katanya kepada merdeka.com.
Taufik menegaskan jika PSI ikut setuju dengan kenaikan RKT tersebut. Bahkan sebelumnya dalam rapat, PSI ikut tanda tangan setuju dengan kegiatan dewan tersebut. Menanggapi pernyataan tersebut, Michael menantang agar rekaman saat pembahasan RKT dibuka ke publik.
"Dibuka saja risalah semua dan rekaman," tegasnya.
Dia memastikan, seluruh anggota PSI sudah memahami apa yang menjadi instruksi partai terkait RKT. Michael berharap sikap PSI menolak RKT naik juga diikuti partai lain sebagai bentuk empati pada warga yang sedang susah secara ekonomi karena pandemi.
"Seluruh anggota DPRD PSI sudah paham instruksi partai, sudah dibahas secara internal dan keputusannya adalah menolak kenaikan gaji ratusan miliar di tengah pandemi dan kesulitan ekonomi rakyat Jakarta. Wakil rakyat harus berempati dengan kondisi masyarakat yang sedang susah. Kami harap kami tidak sendirian dalam menolak kenaikan gaji di tengah pandemi ini," tutupnya.
APBD DKI Seharusnya Untuk Penanganan Covid-19
Pengamat dari Lingkar Madani Indonesia (Lima), Ray Rangkuti mengatakan, kenaikan RKT ini jelas-jelas tidak memiliki argumen yang cukup kuat. Dari aspek manapun, dia menilai, kenaikan ini sangat tidak dapat dimaklumi.
Dia mengungkapkan, ada beberapa alasan mengapa DPRD DKI Jakarta seharusnya tidak menaikan RKT tersebut. Pertama, sudah bisa diprediksi bahwa kinerja DPRD 2021 tidak sepadat 2020 atau tahun 2019 berhubung karena kita masih terhimpit masalah Covid-19. Kedua, Jakarta Sendiri lebih banyak berkutat pada aspek PSBB. Jadi ketentuan untuk melakukan dan melaksanakan aktivitas di luar ruangan juga dicegah
"Ketiga, anggaran APBD juga berkurang. Seperti kita ketahui, APBD DKI hanya mengumpulkan anggaran sekitar setengah dari APBD normal DKI Jakarta. Sehingga dengan begitu kenaikan ini sangat tidak realistis," katanya saat dihubungi, Selasa (1/12).
Keempat, Ray menambahkan, Jakarta juga termasuk salah satu daerah yang paling banyak berutang ke pemerintah pusat. Sangat tidak patut anggaran utang dipakai untuk kepentingan dan kegiatan yang tidak semestinya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meneken surat perjanjian kerjasama pinjaman pemulihan nasional dengan Kementerian Keuangan dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Persero. Pada perjanjian pinjaman ini, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan pinjaman sebesar Rp12,5 triliun.
"Kelima, hingga tahun 2021, musibah Covid-19 nampaknya belum akan berujung. Dengan begitu dan sudah semestinya persentasi anggaran APBD DKI Jakarta harus sebesar-besarnya untuk kepentingan penanggulangan Covid-19," terangnya.
Melihat kondisi tersebut, dia berharap, Anies memiliki komitmen kuat agar dana daerah sebesar-besarnya digunakan untuk kepentingan publik.
"Di era Anies belum terjadi pembangunan yang signifikan. Infrastruktur yang sekarang berkembang lebih banyak merupakan warisan dari Gubernur-gubernur sebelumnya. Saya kira apa yang jadi ketegasan Ahok pada periode sebelumnya terhadap rencana anggaran yang tidak masuk akal untuk dicoret. Kita ingat jadi satu kata yang sangat populer dari Ahok, pemahaman nenek lho! Saya berharap Anis bisa setegas Ahok dalam hal ini," tutup Ray.
(mdk/fik)