TNI AU sebut penerbangan komersil di Halim tak ganggu aktivitasnya
Penggunaan Bandara Halim sebagai bandara komersil awalnya bertujuan mengurangi beban di Bandara Soetta
Panglima Komando Operasi TNI AU 1, Marsda Yuyu Sutisna mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya soal pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma, Lion Grup. Apakah penerbangan komersil dari Bandara Halim Perdanakusuma akan dikembalikan ke Bandara Soekarno-Hatta atau tidak.
Sejauh ini, kata dia, penerbangan komersil di Bandara Halim Perdanakusuma tidak mengganggu aktivitas TNI AU.
"Ya kita terus saja dengan mereka (Lion). Ya kalau mereka tidak menggunakan lagi, ya haknya mereka. Sebetulnya selama mereka di sini, kita tetap bisa atur dan tetap mengutamakan kepentingan operasi, TNI AU dan sipil juga tidak dikesampingkan," kata Yuyu, Jakarta, Selasa (12/4).
Yuyu menekankan, penggunaan Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara komersil awalnya bertujuan untuk mengurangi beban di Bandara Soekarno-Hatta. Di mana penampungan keberangkatan dan pendaratan pesawat komersil di Bandara Soekarno-Hatta dianggap melebihi kapasitas.
"Ingat bahwa dulu, dipindahkan ke sini itu, untuk mengurangi beban di Soetta. Nah sehingga dengan di pindah ke sini, Soetta jangan ditambah lagi, itu tidak menyelesaikan masalah kan demikian," ucapnya.
Dia berharap penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta sebaiknya tidak ditambah lagi. Hal itu sebagai upaya untuk mengutamakan keselamatan penumpang.
"Waktu itu kita mengutamakan keselamatan, karena dengan bertambahnya di sana (Soetta), safetynya kurang terjamin. Kita tentunya tidak menginginkan lah terjadi pengesampingan keamanan. Sehingga kita menerima. Harapan saya tidak menambah lagi di sana, kemudian di sini ditambah terus," tuturnya.
Menurut Yuyu, sejak Bandara Halim Perdanakusuma digunakan sebagai penerbangan komersil, hanya dapat menampung 76 penerbangan per hari. Tetapi, dia menegaskan, itu di luar dari jam pemakaian TNI AU. "Tapi ingat, jamnya bukan saat dipakai AU," tandasnya,
Terjadi tabrakan antara Pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 dengan nomor registrasi PK-LBS dan pesawat TransNusa dengan jenis ATR 42 seri 600 di Bandara Halim Perdanakusuma. Komisi V DPR minta kajian ulang terkait slot penerbangan di bandara tersebut. Selain itu perlu dicek pula kapasitas serta ruang gerak di bandara yang berada di dekat Lanud TNI AU itu.
"Misalnya slot penerbangan perjamnya. Jangan sampai slot di Halim terlalu padat. Lalu kapasitas dan ruang gerak pesawat bagaimana," ujar Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Fary Djemy Francis, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/4).