7 Gempa Besar yang Pernah Terjadi di Pulau Jawa, Ada yang Sebabkan Tsunami
Pulau Jawa sebagai pulau yang dihuni 60% penduduk di Indonesia tak luput dari bahaya gempa. Tercatat, beberapa gali gempa besar pernah mengguncang pulau itu dan beberapa di antaranya menyebabkan Tsunami. Berikut ini adalah 7 gempa besar yang pernah mengguncang Pulau Jawa.
Indonesia terletak di antara tiga pertemuan lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Australia, dan Lempeng Pasifik. Oleh karena itulah kawasan Indonesia rawan terjadi gempa. Pulau Jawa sebagai pulau yang dihuni 60% penduduk di Indonesia tak luput dari bahaya gempa.
Tercatat, beberapa gali gempa besar pernah mengguncang pulau itu dan beberapa di antaranya menyebabkan Tsunami. Berikut ini adalah 7 gempa besar yang pernah mengguncang Pulau Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Gempa Jakarta 1699
aussieclogs.com.au
Aktivitas kegempaan di Pulau Jawa telah tercatat dari zaman dahulu kala. Bahkan ibu kota Jakarta yang saat ini dihuni 9 jutaan warga dulunya tak luput dari gempa.
Gempa Jakarta terjadi pada 5 Januari 1699. Dilansir dari Liputan6.com, gempa yang merenggut setidaknya 28 nyawa itu berlangsung selama 45 menit hingga satu jam.
Tak hanya itu, dalam bukunya yang berjudul History Of Java, Sir Thomas Raffles menuliskan bahwa gempa itu menyebabkan pencemaran lingkungan yang amat parah.
Pencemaran itu disebabkan oleh luapan lumpur dari perut bumi. Namun, penyebab dari gempa bumi itu tidak diketahui secara pasti.
Gempa Jogja 2006
©2013 Merdeka.com
Gempa Jogja yang terjadi pada 27 Mei 2006 adalah salah satu gempa yang menelan banyak korban jiwa di Indonesia. Karena bencana itu tercatat 6.234 orang meninggal dunia.
Dilansir dari Liputan6.com, gempa itu berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) atau 6,3 SR menurut perhitungan Balai Survei Geologi Amerika Serikat (USGR) dan memiliki kedalaman 7,5 km.
Tak hanya korban meninggal, gempa itu mengakibatkan banyak rumah yang rata dengan tanah. Bahkan para korban dilarikan ke rumah sakit menggunakan bus, mobil atau berjalan kaki.
Namun jumlah rumah sakit yang menampung dan jumlah dokter tidak sebanding dengan banyaknya korban yang harus menjalani perawatan. Akibat gempa ini, jaringan komunikasi terputus dan warga yang mengungsi mencapai 200.000 orang.
Gempa Jogja 1867
Sebelum tahun 2006, gempa juga pernah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya pada 10 Juni 1867. Kala itu, korban jiwa mencapai 300 orang.
Tak hanya di Jogja, kerusakan akibat gempa juga terjadi daerah-daerah lain seperti Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Semarang, dan Surakarta. Bahkan gempa juga dirasakan sampai di ibukota Batavia.
Atas kejadian ini, perkebunan dan pabrik gula mengalami kerusakan parah di Yogyakarta. Tak hanya itu, sejumlah bangunan milik Kraton seperti Tamansari juga hancur karena gempa ini.
Gempa Jawa 1943
Pada 23 Juli 1943, gempa besar kembali terjadi di Jawa. Gempa yang berpusat di selatan Pulau Jawa itu memiliki kekuatan 7,0 SR dan kedalaman 60 km.
Atas peristiwa ini, sebanyak 213 orang meninggal dunia, 3.900 orang luka-luka, dan lebih dari 12.600 rumah roboh.
Wilayah yang paling terdampak atas peristiwa ini adalah Bantul. Di sana, tercatat ada 31 orang yang meninggal dan 2.682 rumah yang roboh.
Kendati demikian gempa juga menyebabkan sejumlah kerusakan di Surakarta, Garut, dan banyak wilayah di Jawa Tengah.
Gempa Tasikmalaya 2009
©2017 Merdeka.com/istimewa
Gempa di Tasikmalaya terjadi pada 2 September 2009 pada pukul 14.55. Kekuatan gempa yang terjadi saat itu lumayan besar yaitu 7,3 SR. Dilansir dari Liputan6.com, gempa itu terjadi akibat terjadi tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia.
Salah satu daerah yang paling parah terdampak gempa itu adalah wilayah Cianjur di mana gempa itu mengakibatkan longsor yang menewaskan 40 orang. Selain itu sejumlah bangunan di wilayah Sukabumi dan Tasikmalaya hancur dan rata dengan tanah.
Gempa itupun dirasakan hingga Jakarta yang berjarak 200 km dari pusat gempa. Karena gempa itu, ribuan orang berlarian keluar dari gedung-gedung tinggi dan juga pusat perbelanjaan.
Secara total, gempa itu mengakibatkan 80 orang meninggal dunia, 47 orang hilang, dan 1.250 warga luka-luka.
Gempa Pangandaran 2006
©2013 Merdeka.com
Gempa Pangandaran terjadi tak beberapa lama berselang setelah Gempa Jogja, tepatnya pada 17 Juli 2006 pukul 15.19 WIB. Gempa di Pangandaran berkekuatan 7,7 SR dan disertai tsunami.
Tsunami di Pangandaran itu terjadi 15 menit setelah gempa. Luapan air menyebabkan banyak rumah warga yang berada di sepanjang pantai barat Pangandaran hancur.
Tsunami yang terjadi di Pangandaran menjangkau daratan sejauh 500 meter. Sebanyak lebih dari 600 orang meninggal dalam bencana itu.
Gempa Bumi dan Tsunami Jawa Timur 1994
Gempa di Jawa Timur terjadi waktu dini hari pada tanggal 3 Juni 1994. Kekuatannya yang mencapai 7,8 SR menyebabkan gelombang Tsunami di sepanjang pantai selatan Jawa Timur. Atas peristiwa ini, daerah-daerah pesisir di Banyuwangi seperti Pantai Plengkung, Pantai Pancer, dan Pantai Rajagwesi rata dengan tanah.
Korban meninggal dalam peristiwa ini mencapai 215 orang. Karena peristiwa ini, pemerintah Banyuwangi saat itu mengeluarkan kebijakan untuk tidak mendirikan pemukiman dalam jarak 1 km dari garis pantai.