7 Tanda Gangguan Pencernaan pada Bayi, Ketahui Cara Mengatasinya
Penting untuk mengetahui tanda-tanda bayi mengalami gangguan pencernaan.
Seperti diketahui, bayi memiliki sistem organ tubuh yang belum sempurna dan masih berkembang. Kondisi ini sering kali membuat bayi lebih rentan terserang berbagai macam penyakit. Tak heran jika orang tua perlu berhati-hati dalam menjaga kesehatan bayi.
Salah satu risiko kesehatan yang rentan terjadi adalah gangguan pencernaan. Dalam hal ini, orang tua mungkin kesulitan memahami gejala ketika bayi mengalami gangguan pencernaan. Namun, terdapat beberapa tanda gangguan pencernaan pada bayi yang umum terjadi dan bisa diperhatikan.
-
Apa saja tipe gangguan kecemasan pada anak? Mengutip situs Anxiety and Depression Association of America, terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan pada anak, antara lain: Gangguan Kecemasan Umum Tipe gangguan kecemasan pada anak yang pertama disebut kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD). Ketika gangguan kecemasan pada anak ini terjadi, ia akan merasakan kekhawatiran secara berlebih pada semua hal. Gangguan kecemasan pada anak tipe ini akan membuat pribadi anak menjadi terlalu perfeksionis terhadap berbagai hal. Jika terus berlanjut hingga lebih dari 6 bulan, gangguan kecemasan pada anak akan membuatnya memaksakan diri mencapai semua hal dengan sempurna dan merasa ketakutan atas kesalahan sekecil apapun. Gangguan Kepanikan Tipe gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah gangguan kepanikan atau panic disorder.Pada umumnya, dokter atau psikiater akan melakukan pemeriksaan tipe gangguan kecemasan pada anak apabila ia sudah mengalami minimal dua kali serangan panik secara tiba-tiba tanpa adanya alasan yang jelas.(Foto : istockphoto.com) Kecemasan saat Berpisah Gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah Separation Anxiety Disorder (SAD). Kondisi kecemasan ini biasanya dimulai ketika anak berusia 18 bulan hingga 3 tahun. Diperlukan penanganan yang lebih serius jika terus mengalami gangguan kecemasan pada anak karena hal ini dapat menghambat potensi anak untuk berkembang dan hidup mandiri dengan dirinya sendiri. Kecemasan Sosial Tipe gangguan kecemasan pada anak yang keempat disebut kecemasan sosial atau social anxiety atau fobia sosial. Kondisi ini mengakibatkan anak akan merasa ketakutan ketika diminta berinteraksi dengan dunia sosial. (Foto : istockphoto.com) Selective Mutism Ketika anak secara tiba-tiba menjadi diam membisu apabila ia merasa ketakutan dan panik, ini dapat dikategorikan sebagai gangguan kecemasan pada anak tipe Selective Mutism. Anak yang mengalami gangguan kecemasan ini akan diam, tidak bergerak, tidak berekspresi, menghindari kontak mata, dan menundukkan kepalanya ketika menghadapi situasi yang menegangkan baginya. Fobia Fobia merupakan kondisi ketakutan secara berlebihan terhadap suatu hal. Gangguan kecemasan pada anak yang satu ini dapat menyerang anak apabila ia dihadapkan pada suatu hal yang membuatnya gelisah, menangis, tantrum, rewel, sakit kepala, atau bahkan sakit perut.(Foto : istockphoto.com) Obsessive-compulsive Disorder (OCD) OCD juga termasuk ke dalam tipe gangguan kecemasan pada anak. Kondisi ini biasanya lebih banyak dialami oleh anak pada usia 8 hingga 12 tahun. Anak yang mengalami gangguan kecemasan satu ini akan terobsesi pada suatu hal yang tidak wajar, terutama pada keteraturan dan pengulangan.(Foto : istockphoto.com) Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) Tipe gangguan kecemasan pada anak yang terakhir adalah Post-traumatic Stress Disorder atau biasa disebut dengan trauma. Merasa takut atau sedih akan sesuatu hal yang emosional memanglah wajar. Namun, sejumlah anak mungkin akan mengalami trauma jika situasi tersebut sangat mengerikan atau mencekam. Gangguan kecemasan pada anak ini akan mengubah karakter anak secara keseluruhan dan sangat diperlukan penanganan secara khusus agar mental anak membaik.
-
Apa saja gangguan yang bisa dialami bayi kembar karena kekurangan gizi? “Pertumbuhan bayi satunya kalau kurang gizi bisa kecil, bisa meninggal, tapi di sisi lain kalau kelebihan makanan itu bahaya juga,” ucap Dr. Damar.
-
Bagaimana cara mengatasi gangguan kecemasan pada anak? Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan pada Anak 1. Berikan Perhatian PenuhApabila terdapat tanda-tanda gangguan kecemasan pada anak, berikan perhatian penuh padanya karena ia sangat membutuhkan perhatian ekstra terutama pada apa yang ia rasakan. 2. Tetap Tenang Ketika gangguan kecemasan pada anak terjadi, orang tua atau pun kerabat yang ada di sekitarnya haruslah tetap tenang.(Foto : istockphoto.com) 3. Berikan Pujian Selalu berikan apresiasi atau apapun usaha yang telah anak lakukan. Hal itu akan membantunya untuk perlahan bangkit dari gangguan kecemasan pada anak.(Foto : istockphoto.com) 4. Tidak Menghukum Sembarangan Apabila anak mengalami perkembangan yang kurang dibandingkan dengan teman-temannya yang lain, jangan menghukumnya. Orang yang ada di sekitarnya memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantunya agar tidak menjadi gangguan kecemasan pada anak. Beritahu dan peringatkan anak dengan bahasa yang baik dan lembut. 5. Ubah Ekspektasi Jangan terlalu menaruh harapan yang sangat tinggi kepada anak, bantu ia menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang sedang dialami agar tidak terjadi gangguan kecemasan pada anak.(Foto : istockphoto.com) 6. Bersiap untuk Segala Perubahan Luangkan waktu untuk anak dalam segala perubahan yang sedang ia alami agar ia tidak mengalami gangguan kecemasan pada anak dan mengetahui bagaimana penanganan terhadap situasi yang sedang dialami.(Foto : istockphoto.com)
-
Apa saja jenis gangguan pernapasan yang umum terjadi pada bayi baru lahir? Berikut ini adalah ulasan lengkap mengenai apa saja jenis gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang umum terjadi, yang penting untuk Anda pelajari.
-
Apa saja tanda-tanda bayi kekurangan zat besi? Kekurangan zat besi pada bayi dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala yang perlu diwaspadai. Namun, penting untuk diingat bahwa gejala ini tidak selalu berarti kekurangan zat besi, dan diagnosis yang akurat sebaiknya ditegakkan oleh profesional kesehatan. Berikut adalah beberapa tanda kekurangan zat besi pada bayi: 1. Anemia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang ditandai dengan jumlah sel darah merah yang rendah atau kurangnya hemoglobin dalam darah. Anemia pada bayi dapat mengakibatkan kulit pucat, bibir dan gusi kehilangan warna merahnya, serta kelelahan yang berlebihan. 2. Berat Badan Sulit Naik dan Pertumbuhan Terhambat. Bayi dengan kekurangan zat besi mungkin mengalami kesulitan untuk mendapatkan berat badan dengan cepat dan pertumbuhan yang terhambat. Ini bisa mencakup perkembangan motorik yang lambat dan keterlambatan perkembangan secara umum. 3. Kulit Pucat. Salah satu gejala bayi kekurangan zat besi adalah kulit pucat. Kulit dapat terlihat pucat karena saat tubuh kekurangan asupan zat besi, kadar hemoglobin dalam sel darah merah akan menurun. Efeknya, kulit kehilangan rona merahnya, sehingga menjadi terlihat lebih pucat. 4. Masalah Kognitif dan Perkembangan. Kekurangan zat besi dapat berdampak pada perkembangan kognitif bayi. Mereka mungkin mengalami kesulitan fokus, memiliki masalah memori, atau menunjukkan tanda-tanda perkembangan kognitif yang terhambat. 5. Pola Makan yang Aneh. Beberapa bayi dengan kekurangan zat besi mungkin menunjukkan kecenderungan untuk mengonsumsi benda-benda yang tidak biasa atau tidak lazim, seperti tanah. Hal ini dikenal sebagai pica dan dapat menjadi reaksi tubuh terhadap kekurangan zat besi. 6. Gampang Rewel. Kekurangan zat besi dapat memengaruhi tingkat energi bayi, menyebabkan iritabilitas dan kelelahan yang berlebihan, meskipun mereka tidur cukup. Bayi mungkin terlihat rewel, lemah, atau tidak bersemangat seperti biasanya.
-
Apa saja penyebab kepala bayi peyang? Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kepala bayi peyang, antara lain: 1. Persalinan yang Panjang atau Sulit Jika proses persalinan panjang atau sulit, bayi dapat mengalami tekanan yang lebih lama pada kepala, meningkatkan risiko kepala bayi menjadi peyang. 2. Posisi Bayi Jika bayi menghadap ke bawah atau posisinya tidak ideal, misalnya posisi bokong (sungsang), kepala bayi cenderung mengalami tekanan yang tidak simetris saat melewati jalan lahir, yang dapat menyebabkan kepala bayi peyang. 3. Faktor Fisik Beberapa bayi mungkin memiliki struktur tulang tengkorak yang lebih lembut atau rentan terhadap perubahan bentuk kepala, yang dapat menjadi faktor penyebab kepala bayi peyang.
Mulai dari tanda gumoh, perut kembung, buang air besar tidak lancar atau sembelit, hingga BAB berdarah. Berikut kami rangkum berbagai tanda gangguan pencernaan pada bayi yang perlu diketahui.
Tanda Gangguan Pencernaan pada Bayi
Pertama, akan dijelaskan tanda gangguan pencernaan pada bayi. Seperti disebutkan, sistem pencernaan bayi masih dalam tahap berkembang dan belum sempurna. Sehingga bayi sangat rentan mengalami gangguan pencernaan. Berikut berbagai tanda gangguan pencernaan pada bayi yang perlu diperhatikan dengan baik:
- Gumoh: Gumoh adalah kondisi di mana bayi mengeluarkan makanan atau susu dari mulut setelah makan. Hal ini bisa disebabkan oleh kelebihan susu, teknik menyusui yang kurang tepat, atau refluks. Meskipun gumoh umum terjadi, jika disertai gejala lain seperti berat badan yang tidak bertambah atau kesulitan bernapas, perlu diperiksa lebih lanjut oleh dokter.
- Perut Kembung: Perut kembung terjadi ketika terdapat akumulasi gas dalam saluran pencernaan, menyebabkan perut bayi terlihat lebih besar atau kencang. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan tangisan pada bayi. Penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari pola makan ibu (jika menyusui) hingga jenis susu formula yang diberikan.
- Refluks: Refluks adalah kondisi di mana isi lambung kembali ke kerongkongan, menyebabkan bayi mengalami muntah atau gumoh. Bayi dengan refluks sering kali menunjukkan ketidaknyamanan setelah menyusu, dan mungkin juga tampak rewel atau sulit tidur. Meskipun biasanya tidak berbahaya, jika mengganggu pertumbuhan bayi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
- Kolik: Kolik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tangisan berkepanjangan pada bayi, biasanya terjadi pada jam yang sama setiap hari. Bayi yang mengalami kolik sering terlihat tidak nyaman, menarik kaki ke perut, dan tampak sulit untuk ditenangkan. Penyebab kolik belum sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin terkait dengan gas dalam perut atau sensitivitas terhadap makanan.
- Sembelit: Sembelit pada bayi ditandai dengan frekuensi buang air besar yang jarang, serta tinja yang keras dan sulit dikeluarkan. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya asupan cairan atau serat dalam diet. Jika sembelit berlangsung lama atau disertai gejala seperti muntah atau perut kembung, perlu diperiksa oleh dokter.
- Diare: Diare adalah kondisi di mana bayi mengalami buang air besar yang cair dan lebih sering dari biasanya. Diare bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, alergi makanan, atau perubahan pola makan. Diare pada bayi bisa menyebabkan dehidrasi, sehingga penting untuk memastikan bayi tetap terhidrasi dengan baik.
- BAB Berdarah: BAB berdarah atau tinja berdarah pada bayi bisa menjadi tanda masalah serius, seperti infeksi, alergi makanan, atau kondisi pencernaan tertentu. Jika bayi mengalami BAB berdarah, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.
Setiap tanda gangguan pencernaan memerlukan perhatian khusus, dan jika Anda khawatir tentang kondisi bayi Anda, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Cara Mengatasi Gangguan Pencernaan pada Bayi
Setelah mengetahui tanda gangguan pencernaan pada bayi, selanjutnya dijelaskan cara mengatasinya. Dalam hal ini, orang tua perlu tenang dan tidak panik. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan pencernaan pada bayi, yaitu sebagai berikut:
- Perhatikan Posisi Menyusui atau Makan yang Benar: Memastikan posisi menyusui atau makan yang benar dapat membantu mencegah masalah pencernaan seperti refluks atau gumoh. Saat menyusui, pegang bayi dalam posisi tegak atau sedikit miring agar susu dapat mengalir dengan baik. Jika menggunakan botol, pastikan puting botol selalu terisi susu, sehingga bayi tidak menelan terlalu banyak udara.
- Pijat Bagian Perut Secara Lembut: Memijat perut bayi dengan lembut dapat membantu meredakan perut kembung dan kolik. Gunakan gerakan melingkar searah jarum jam dengan tekanan yang lembut. Pijat dapat dilakukan setelah menyusui atau saat bayi tenang. Ini dapat membantu mengeluarkan gas yang terperangkap dan memperlancar pencernaan.
- Penuhi Asupan Cairan dan Serat: Pastikan batita mendapatkan cukup cairan dan serat dalam dietnya. Cairan membantu mencegah dehidrasi, terutama saat diare, sementara serat membantu memperlancar buang air besar dan mencegah sembelit. Berikan makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, dan sereal yang cocok untuk usia mereka.
- Hindari Makanan Tertentu saat Mengalami Gangguan Pencernaan: Saat batita mengalami gangguan pencernaan, sebaiknya hindari makanan yang dapat memperburuk kondisi, seperti makanan berlemak, pedas, atau yang mengandung banyak gula. Makanan seperti produk susu, jus buah, atau makanan yang sulit dicerna sebaiknya dihindari hingga kondisi membaik.
- Pertimbangkan Mengganti Susu Formula: Jika batita Anda mengalami gangguan pencernaan yang berkepanjangan, seperti kolik atau alergi, pertimbangkan untuk mengganti susu formula. Diskusikan dengan dokter atau ahli gizi mengenai jenis susu formula yang sesuai, seperti susu hypoallergenic atau susu berbasis kedelai, untuk melihat apakah perubahan ini dapat membantu memperbaiki kondisi pencernaan bayi.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan gangguan pencernaan pada batita dapat dikelola dengan lebih baik. Jika masalah pencernaan berlanjut atau semakin parah, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
- Seputar Deklesia, Gangguan Belajar pada Anak hingga Remaja yang Wajib Diketahui
- 7 Tanda Hamil Anak Laki-laki, Meski Bersifat Non Medis Namun Terbukti Banyak Benarnya
- Sering Tak Disadari Orang Tua, Ini 6 Tanda Bayi Mengalami Nyeri Punggung, Kenali Cara Mengatasinya
- Gejala Bayi Tersedak dan Cara Menanganinya, Wajib Tahu