Tanda-tanda Dehidrasi pada Anak, Gejala dan Cara Efektif Mengatasinya
Ketahui tanda-tanda dehidrasi pada anak serta cara penanganannya.
Dehidrasi pada anak adalah kondisi yang serius dan perlu mendapat perhatian khusus. Anak-anak lebih rentan terhadap dehidrasi karena tubuh mereka mengandung lebih banyak air dibandingkan orang dewasa, namun mereka juga kehilangan cairan lebih cepat. Dehidrasi bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti diare, muntah, demam, atau tidak cukup mengonsumsi cairan. Meskipun dehidrasi dapat dihindari, banyak orangtua yang tidak menyadari tanda-tanda awalnya, yang akhirnya dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut jika tidak ditangani dengan benar.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala-gejala dehidrasi pada anak agar dapat segera mengambil tindakan yang tepat.Beberapa tanda dehidrasi pada anak yang perlu diperhatikan termasuk mulut kering, jarang buang air kecil, dan urine berwarna gelap. Anak yang dehidrasi juga mungkin terlihat lesu, menangis tanpa air mata, atau menunjukkan tanda-tanda kebingungan.
-
Apa tanda anak mengalami dehidrasi? Seringkali, orang tua tidak menyadari tanda-tanda dehidrasi pada anak, padahal penting untuk mengenali gejala awal guna mencegah komplikasi yang lebih parah.
-
Bagaimana cara mengetahui jika anak dehidrasi? Kamu bisa melakukan tes sederhana dengan mencubit lembut kulit di punggung tangan anak. Jika kulit tidak segera kembali ke keadaan semula, ini bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami dehidrasi.
-
Bagaimana mengatasi dehidrasi pada anak yang diare? Jika anak Anda mengalami dehidrasi saat diare, terdapat beberapa cara yang perlu dilakukan untuk membantu masalah ini, seperti: Tawarkan minuman larutan glukosa-elektrolit. Cairan ini memiliki keseimbangan air, gula, dan garam yang tepat.
-
Apa saja tanda-tanda dehidrasi? Untuk mengatasi gejala seperti kelelahan dan keringat berlebih, masyarakat diperbolehkan mengonsumsi oralit sesuai dengan saran dokter atau tenaga medis yang merawat.
-
Kenapa anak dehidrasi bisa berbahaya? Ketika anak kehilangan cairan dalam tubuhnya, berbagai fungsi vital dapat terpengaruh, yang pada gilirannya berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.
-
Apa saja tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan? Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Sardjito, Metalia Puspitasari, ada sejumlah tanda yang perlu diperhatikan untuk mendeteksi dehidrasi, di antaranya adalah frekuensi dan karakteristik urine.
Penanganan dehidrasi yang efektif meliputi pemberian cairan yang tepat, seperti air putih atau larutan elektrolit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Dalam kasus dehidrasi parah, segera konsultasikan dengan tenaga medis. Dengan mengenali gejala dehidrasi sejak dini, orangtua dapat memastikan anak mendapatkan perawatan yang diperlukan untuk mencegah kondisi yang lebih serius, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber, Selasa(3/12).
Memahami Dehidrasi pada Anak
Dehidrasi merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan dibandingkan dengan yang diterimanya. Pada anak-anak, risiko dehidrasi meningkat dengan cepat karena mereka memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Sekitar 70-80% dari komposisi tubuh bayi terdiri dari air, sedangkan pada orang dewasa angka ini hanya mencapai sekitar 60%. Cairan dalam tubuh sangat penting untuk menjalankan berbagai fungsi, seperti:
- Mengatur suhu tubuh
- Membantu proses pencernaan
- Mengangkut nutrisi ke seluruh tubuh
- Membuang racun dan sisa metabolisme
- Melumasi sendi dan jaringan
Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan, berbagai fungsi tersebut dapat terganggu. Dalam situasi yang parah, dehidrasi dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti gangguan ginjal, kejang, dan bahkan syok hipovolemik yang bisa mengancam nyawa.
Penyebab Dehidrasi pada Anak
Beberapa faktor dapat menyebabkan anak mengalami dehidrasi. Salah satu yang paling umum adalah diare dan muntah. Ketika anak mengalami diare atau muntah, tubuh mereka kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat. Hal ini sering kali disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit yang menyerang saluran pencernaan.
Selain itu, demam tinggi juga dapat berkontribusi terhadap dehidrasi. Saat anak demam, tubuh mereka akan mengeluarkan lebih banyak keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Jika asupan cairan tidak cukup untuk menggantikan kehilangan tersebut, dehidrasi dapat terjadi.
1. Diare dan Muntah
Diare dan muntah merupakan penyebab utama dehidrasi pada anak. Kondisi ini menyebabkan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar dengan cepat. Infeksi virus, bakteri, atau parasit pada saluran pencernaan sering kali menjadi pemicunya.
2. Demam Tinggi
Saat demam, tubuh anak mengeluarkan lebih banyak keringat untuk menurunkan suhu. Jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup, hal ini dapat memicu dehidrasi.
3. Paparan Panas Berlebih
Aktivitas fisik yang intens atau berada di lingkungan yang panas dalam waktu lama dapat menyebabkan anak berkeringat berlebihan. Jika tidak segera diganti, kehilangan cairan ini berpotensi mengakibatkan dehidrasi.
4. Kurang Minum
Anak-anak terkadang lupa atau enggan minum, terutama saat sedang asyik bermain. Asupan cairan yang tidak memadai dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan dehidrasi.
5. Penyakit Tertentu
Beberapa kondisi medis seperti diabetes, penyakit ginjal, atau gangguan metabolisme dapat meningkatkan risiko dehidrasi pada anak.
Tanda-tanda Dehidrasi pada Anak yang Harus Diperhatikan
Mengenali tanda-tanda dehidrasi pada anak sangat penting untuk penanganan yang cepat dan tepat. Berikut beberapa ciri-ciri yang perlu diwaspadai:
1. Mulut dan Bibir Kering
Salah satu indikasi awal dehidrasi adalah kondisi mulut dan bibir yang kering. Produksi air liur yang berkurang menyebabkan rongga mulut terasa lengket. Pada bayi, bagian dalam pipi dapat terasa kering saat disentuh.
2. Mata Cekung
Perhatikan area sekitar mata anak; jika tampak lebih cekung dari biasanya, ini bisa menjadi tanda dehidrasi. Untuk bayi, ubun-ubun (fontanel) juga dapat terlihat lebih cekung.
3. Kulit Kering dan Tidak Elastis
Lakukan tes dengan mencubit lembut kulit di punggung tangan atau perut anak. Dalam kondisi normal, kulit akan segera kembali ke posisi semula. Namun, jika kulit tetap tercubit lebih dari dua detik, ini menandakan adanya dehidrasi.
4. Urine Pekat dan Jarang
Perhatikan warna dan frekuensi buang air kecil anak. Urine yang berwarna gelap kekuningan serta berbau tajam menunjukkan dehidrasi. Jika frekuensi buang air kecil berkurang, ini juga perlu diwaspadai. Khusus untuk bayi, popok yang tetap kering selama lebih dari enam jam adalah tanda bahaya.
5. Letargi dan Mudah Lelah
Anak yang mengalami dehidrasi cenderung terlihat lesu, mudah mengantuk, dan kurang aktif dari biasanya. Mereka mungkin menolak untuk bermain atau melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan.
6. Menangis Tanpa Air Mata
Pada bayi dan anak kecil, menangis tanpa mengeluarkan air mata bisa menjadi indikasi dehidrasi. Hal ini terjadi karena tubuh berusaha menghemat cairan yang tersisa.
7. Rasa Haus Berlebihan
Anak mungkin terus-menerus mengeluh haus atau terlihat sangat ingin minum. Namun, pada kasus dehidrasi yang parah, anak bisa kehilangan rasa haus dan menolak untuk minum.
8. Perubahan Perilaku
Dehidrasi dapat memengaruhi suasana hati dan perilaku anak. Mereka mungkin menjadi lebih rewel, mudah marah, atau sulit ditenangkan.
9. Denyut Jantung dan Napas Cepat
Pada kasus dehidrasi sedang hingga berat, denyut jantung anak menjadi lebih cepat. Napas juga dapat terlihat lebih cepat dan dalam dari biasanya.
10. Pusing dan Sakit Kepala
Anak yang lebih besar mungkin mengeluhkan pusing atau sakit kepala. Hal ini disebabkan oleh penurunan volume darah akibat dehidrasi.
Beberapa Cara untuk Mengatasi Dehidrasi pada Anak
Jika anak menunjukkan gejala dehidrasi, berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya:
1. Berikan Cairan Secara Bertahap
Langkah pertama adalah memberikan cairan dalam jumlah kecil namun sering. Metode ini efektif dalam mencegah muntah dan memastikan bahwa tubuh dapat menyerap cairan dengan baik. Untuk bayi yang masih menyusui, tingkatkan frekuensi pemberian ASI agar kebutuhan cairan mereka terpenuhi.
2. Gunakan Larutan Oralit
Larutan oralit sangat berguna untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh. Pastikan untuk mengikuti petunjuk penyajian dengan seksama. Apabila oralit tidak tersedia, Anda dapat membuat larutan rumahan dengan mencampurkan 1 liter air, 6 sendok teh gula, dan 1/2 sendok teh garam.
3. Hindari Minuman Tertentu
Hindari memberikan minuman yang mengandung kafein atau memiliki kadar gula tinggi, seperti soda dan jus kemasan, karena dapat memperburuk kondisi dehidrasi. Sebaiknya, berikan air putih atau larutan elektrolit yang lebih aman untuk dikonsumsi.
4. Berikan Makanan Lembut
Jika anak sudah bisa makan, berikan makanan yang lembut dan mudah dicerna, seperti bubur, pisang, atau roti panggang. Sebaiknya hindari makanan yang berlemak atau terlalu manis, karena dapat memperburuk pencernaan.
5. Istirahatkan Anak
Pastikan anak mendapatkan cukup istirahat di tempat yang sejuk. Hindari aktivitas fisik yang berlebihan yang dapat memicu keluarnya keringat lebih banyak, sehingga mengurangi risiko dehidrasi yang lebih parah.
6. Pantau Kondisi
Amati tanda-tanda perbaikan, seperti urine yang mulai jernih atau frekuensi buang air kecil yang normal. Jika kondisi tidak menunjukkan perbaikan dalam waktu 24 jam atau malah semakin memburuk, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Upaya untuk Mencegah Dehidrasi pada Anak Sangat Penting
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mencegah dehidrasi pada anak:
1. Pastikan Asupan Cairan Cukup
Selalu dorong anak untuk minum air secara rutin, terutama ketika cuaca panas atau saat mereka sedang sakit. Untuk bayi, penting untuk memastikan bahwa pemberian ASI atau susu formula dilakukan sesuai dengan kebutuhan mereka.
2. Kenali Tanda Awal
Pelajari tanda-tanda awal dehidrasi pada anak. Semakin cepat kita mengenali gejala tersebut, semakin mudah kita dapat mengambil tindakan untuk mengatasinya.
3. Sediakan Minuman yang Menarik
Jadikan waktu minum lebih menyenangkan dengan menggunakan gelas atau botol yang berwarna-warni. Untuk anak yang lebih besar, Anda bisa menambahkan potongan buah segar ke dalam air untuk menarik perhatian mereka.
4. Berikan Makanan Kaya Air
Makanan seperti buah-buahan, contohnya semangka, melon, atau jeruk, dapat membantu memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh anak. Ini juga merupakan cara yang lezat untuk menjaga mereka tetap terhidrasi.
5. Batasi Aktivitas di Cuaca Panas
Hindari melakukan aktivitas fisik yang berat saat cuaca sangat panas. Jika anak harus beraktivitas di luar, pastikan mereka mengenakan pakaian yang sesuai dan mengingatkan mereka untuk minum air secara teratur.
6. Tingkatkan Kewaspadaan Saat Sakit
Ketika anak mengalami diare, muntah, atau demam, sangat penting untuk meningkatkan asupan cairan guna menggantikan cairan yang hilang. Pastikan mereka mendapatkan cukup cairan untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
Kapan Sebaiknya Anda Pergi ke Dokter?
Meskipun sebagian besar kasus dehidrasi ringan dapat ditangani di rumah, terdapat beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis segera. Beberapa kondisi tersebut antara lain:
- Diare yang berlangsung lebih dari 24 jam
- Muntah yang tidak berhenti selama lebih dari 4-6 jam
- Demam tinggi (di atas 39°C) yang tidak kunjung reda
- Anak tampak sangat lemas atau tidak responsif
- Tidak ada produksi urine selama 6-8 jam (pada bayi)
- Tanda-tanda dehidrasi berat seperti bibir yang sangat kering, mata yang sangat cekung, atau kulit yang sangat tidak elastis
- Anak menolak untuk minum atau tidak mampu menahan cairan
Jika menghadapi kondisi-kondisi tersebut, sangat penting untuk segera mendapatkan penanganan medis guna mencegah komplikasi yang lebih serius. Dalam situasi ini, dokter mungkin akan memberikan cairan intravena untuk segera mengatasi dehidrasi yang terjadi.