Cegah Dehidrasi dengan Mengecek Urine, Jaga Kesehatan Tubuhmu!
Kondisi dehidrasi bisa dicegah sebelum terjadi dengan sering mengecek urine.
Kondisi dehidrasi bisa dicegah sebelum terjadi dengan sering mengecek urine.
-
Bagaimana cara mengatasi dehidrasi karena cuaca panas? Untuk mengatasi dehidrasi ringan akibat cuaca panas, disarankan untuk meningkatkan konsumsi air putih sesuai dengan kebutuhan individu dan intensitas aktivitasnya. 'Pada umumnya diperlukan minimal 8 gelas atau 2 liter air putih per hari. Namun jika cuaca sangat panas dan pasien mengalami dehidrasi, mungkin perlu mengonsumsi air sampai 3 liter per hari (12 gelas),'
-
Bagaimana cara menghindari dehidrasi di musim hujan? Anda disarankan untuk minum air mineral kurang lebih 2 liter per harinya. Perbanyak mengonsumsi air putih atau buah dengan kandungan air yang tinggi, sangat baik untuk mencegah dehidrasi di musim hujan.
-
Bagaimana mencegah dehidrasi? Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah Gerakan Minum Air Putih Tanpa Menunggu Haus (Gerus), yang mengajarkan pentingnya minum air secara teratur tanpa menunggu rasa haus muncul.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari dehidrasi? Pastikan penuhi kebutuhan cairan tubuh, setidaknya 8 gelas air setiap hari atau lebih, tergantung aktivitas dan kondisi masing-masing. Selalu bawa botol air kemanapun kamu pergi dan jadikan kebiasaan untuk minum air secara teratur, bahkan sebelum kamu merasa haus.
-
Mengapa penting untuk menjaga hidrasi di cuaca panas? Cuaca panas mengakibatkan tubuh terasa tidak nyaman dan mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga hidrasi dengan banyak minum air putih agar tubuh tetap terhidrasi dan mencegah dehidrasi.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan saat hujan? Jika hujan dan Anda ingin berolahraga di luar, penting untuk mengenakan mantel atau jas hujan untuk melindungi tubuh dari percikan air. Jas hujan ini juga efektif dalam mengurangi risiko demam akibat hujan.
Tak Boleh Disepelekan, Kenali Kondisi Urine untuk Sadari Terjadinya Dehidrasi
Dehidrasi merupakan kondisi serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Sardjito, Metalia Puspitasari, ada sejumlah tanda yang perlu diperhatikan untuk mendeteksi dehidrasi, di antaranya adalah frekuensi dan karakteristik urine.
Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan tema "Panas Menyengat! Banyakin Minum Biar Ginjal Tetap Sehat" di Jakarta, Metalia menekankan pentingnya memperhatikan rasa haus sebagai salah satu tanda awal dehidrasi.
"Rasa haus itu yang sebaiknya jangan disepelekan, karena kalau misalnya rasa haus itu kemudian tidak diimbangi dengan minum yang cukup, maka akan terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh yang kemudian bisa semakin parah," terangnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Salah satu indikator utama dehidrasi yang dapat diamati dengan mudah adalah frekuensi dan jumlah urine yang dikeluarkan. Menurut Metalia, secara umum, proses buang air kecil dilakukan sekitar setengah jam setelah mengonsumsi cairan.
"Mungkin secara umum kita bisa pakai patokan jumlah minum 24 jam itu sekitar 30 cc per kilogram berat badan. Jadi misalnya berat badannya sekitar 50 kilo, maka kita bisa pakai patokan sekitar 30 cc dikali 50 kilo, jadi sekitar 1.500 cc per 24 jam gitu," katanya.
Tanda kedua yang perlu diperhatikan adalah warna urine. Menurut Metalia, warna urine dapat memberikan petunjuk mengenai kondisi hidrasi tubuh seseorang.
"Kalau kekurangan cairan ya warnanya akan menjadi lebih pekat kuningnya. Sedangkan kalau misalnya dehidrasinya bagus, maka kemudian warnanya bisa bening gitu ya warnanya," jelasnya.
Perubahan warna urine menjadi lebih pekat bisa menjadi indikasi bahwa tubuh mengalami kekurangan cairan dan perlu mendapatkan asupan cairan yang cukup.
Dalam kondisi dehidrasi yang lebih parah, Metalia mengingatkan akan adanya gangguan hemodinamika yang dapat terjadi. Contohnya adalah peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah. Selain itu, dia menekankan bahwa dehidrasi juga dapat mempengaruhi fungsi kelenjar air mata, sehingga menyebabkan kesulitan dalam produksi air mata.
Pada anak-anak, dehidrasi berat dapat menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya, yang dapat diamati melalui turgor kulit yang berkurang. Metalia menjelaskan bahwa ketika kulit ditarik, sulit bagi kulit tersebut untuk kembali ke bentuk aslinya.
Risiko yang ditimbulkan oleh dehidrasi tidak bisa diabaikan. Metalia menegaskan bahwa dehidrasi dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang dapat berujung pada penurunan kadar natrium dan penurunan kesadaran.
Selain itu, dia juga menyoroti kemungkinan terjadinya pembentukan batu ginjal sebagai dampak dari dehidrasi yang tidak teratasi dengan baik.
"Ini juga ada risiko kemudian bisa muncul adanya batu ginjal," katanya.