Cegah Penyebaran COVID-19 saat Tahun Baru, Jateng Lakukan Langkah Ekstrem Ini
Menghindari hal ini, daerah-daerah di Indonesia melakukan tindakan pencegahan. Tak terkecuali Provinsi Jawa Tengah. Dilansir dari Liputan6.com pada Selasa (29/12), delapan kabupaten dan kota di Jawa Tengah melakukan langkah ekstrem dengan menutup sejumlah tempat wisata.
Menjelang pergantian tahun, Indonesia dihadapkan pada kemungkinan merebaknya Virus Corona dengan frekuensi yang cukup besar. Apalagi pada momen itu, biasanya banyak orang turun ke jalan. Berbagai tempat wisata juga diramaikan orang-orang yang ingin meramaikan malam pergantian tahun.
Menghindari hal ini, daerah-daerah di Indonesia melakukan tindakan pencegahan. Tak terkecuali Provinsi Jawa Tengah. Dilansir dari Liputan6.com pada Selasa (29/12), delapan kabupaten dan kota di Jawa Tengah melakukan langkah ekstrem dengan menutup sejumlah tempat wisata.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Di daerah Pantura misalnya, penutupan dilakukan oleh Kabupaten Pemalang, Rembang, Kudus, Jepara, dan Demak. Sementara di selatan penutupan tempat wisata juga dilakukan Kabupaten Wonogiri, Klaten, dan Purworejo. Atas tindakan yang dilakukan ke-delapan kabupaten itu, Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng memberi apresiasi.
“Kami mengapresiasi langkah itu karena ini untuk mencegah timbulnya klaster baru penularan COVID-19,” kata Kepala Disporapar Jateng Sinoeng N. Rachmadi. Berikut selengkapnya:
Jumlah Obyek Wisata yang Ditutup
©wikipedia.com
Sinoeng menerangkan, di Demak, ada dua obyek wisata yang ditutup. Sementara itu di Jepara, ada 9 obyek wisata yang ditutup. Di Kudus, ada 17 tempat wisata yang ditutup. Penutupan obyek wisata lain adalah di Purworejo (27 obyek wisata), di Rembang (10 obyek wisata), dan Wonogiri (17 obyek wisata).
“Pemalang ditutup tiga dari 19 daya tarik wisata. Klaten juga ditutup sebagian. Jadi total ada 86 dari 690 daya tarik wisata di Jateng yang ditutup,” ungkap Sinoeng.
Hanya Milik Pemerintah
©2013 Merdeka.com
Menurut Sinoeng, jumlah obyek wisata yang ditutup itu hanya milik pemerintah. Sementara itu, destinasi lain yang tidak ditutup adalah tempat wisata yang dikelola pihak swasta.
Walau begitu, Sinoeng berharap tempat wisata yang dibuka itu tetap memperhatikan protokol kesehatan dalam operasionalnya. Kalau masih ditemukan pelanggaran, pihaknya tidak segan untuk menutup tempat tersebut.
“Semuanya harus ketat dalam penerapan protokol kesehatan. Masyarakat silahkan melapor kami jika menemukan ada destinasi wisata yang melanggar protokol kesehatan, seperti tidak dilakukan pembatasan pengunjung, sarana prasarana tidak terpenuhi, dan ketaatan protokol kesehatan yang diabaikan,” kata Sinoeng dikutip dari Liputan6.com.
Seruan Ganjar Pranowo
Channel YouTube Boy William ©2020 Merdeka.com
Sementara itu Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menegaskan kepada masyarakat untuk tidak membuat acara keramaian saat libur tahun baru. Selain itu, Ganjar juga meminta masyarakat untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dengan bertahan diri di rumah.
Tak hanya itu, dia juga memintah tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk terus memberikan sosialisasi agar tidak ada warga yang menggelar acara yang bisa mengundang kerumunan di akhir tahun.
“Kita semua sudah sepakat, bahwa tahun baru tidak boleh ada perayaan. Semuanya saya minta di rumah, dan kepolisian sudah sepakat akan melakukan tindakan tegas jika masyarakat masih melakukan aktivitas yang menimbulkan keramaian itu,” ujar Ganjar, Selasa (29/12).