Cerita Konservasi Owa Jawa di Hutan Petungkriyono Pekalongan, Ubah Mindset Warga dari Pemburu Jadi Pelindung
Pada tahun 2012, terdapat kurang lebih 1.000-an populasi Owa Jawa di Jawa Tengah. Namun keberadaan mereka terancam.
Owa Jawa merupakan keluarga kera yang termasuk dalam satwa yang dilindungi karena keberadaannya hampir punah. Hewan ini dapat dijumpai di Hutan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Di sana Lembaga Swara Owa, sebuah lembaga nirlaba yang berfokus pada konservasi Owa, menjalani aktivitas menjadi pengamat Owa dan mencoba menyadarkan warga di sekitar hutan alam itu untuk menjaga habitat Owa.
Berkat kegigihan mereka, warga sekitar yang sebelumnya berprofesi sebagai pemburu Owa berubah mindset sebagai pelindung Owa. Selain itu, mereka juga berhasil mengubah wajah Petungkriyono menjadi hutan wisata dengan berbagai kekayaan alamnya.
-
Apa makna dari pepatah Jawa "Kacang ora ninggal lanjaran"? Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya.
-
Apa yang dimaksud dengan weton Jawa? Weton Jawa adalah sistem kalender pada suku Jawa yang berasal dari zaman Hindia-Buddha, yang disebut Sapta Ratri, yang memiliki arti tujuh malam.
-
Apa yang dimaksud dengan Topeng Jawa? Topeng Jawa tradisional merupakan bagian penting dari seni pertunjukan tradisional di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
-
Apa yang dimaksud dengan pepatah Jawa "Mikul dhuwur mendhem jero"? "Mikul dhuwur mendhem jero" berarti seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua, atau anak yang selalu menghormati orang tua. Makna dari pepatah ini adalah bahwa seorang anak harus selalu menghargai jasa orang tua dan berusaha untuk selalu membanggakan mereka.
-
Apa yang dimaksud dengan hitungan Jawa weton? Pengertian Weton dalam budaya Jawa mengacu pada perhitungan dan interpretasi kombinasi antara hari umum (dalam kalender Jawa) dan hari pasaran saat seseorang lahir.
-
Di mana elang Jawa itu dilepas? Pelepasan burung elang Jawa tersebut dilakukan di tempat latihan Kostrad tepatnya di Gunung Sangga Buana, Jawa Barat.
Berikut selengkapnya:
Berawal dari Penelitian
Arif Setiawan, salah satu anggota Lembaga Swara Owa, mengatakan bahwa konservasi Owa Jawa khususnya di Provinsi Jawa Tengah sudah dimulai tahun 2006. Pada awalnya, kegiatan yang dijalani hanya penelitian.
Namun kemudian ia sadar, bahwa, kalau hanya untuk penelitian, maka masalah terkait konservasi Owa tidak akan terselesaikan. Karena itulah ia kemudian membentuk lembaga bernama Swara Owa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2012, mereka mengidentifikasi populasi Owa di Jawa Tengah mencapai 1.000 individu. Populasinya tersebar di Dataran Tinggi Dieng dengan populasi 800-an individu dan di Gunung Slamet dengan populasi 100-an individu.
Terancam Punah
Keberadaan ribuan populasi Owa itu terancam berbagai hal, mulai dari perambahan hutan, perburuan satwa liar, dan penebangan hutan. Saat datang ke perkampungan warga di dekat Hutan Petungkriyono, Arif menemui ada warga yang memelihara bayi Owa. Menurutnya, memperoleh satu bayi Owa berarti harus membunuh induk Owa, karena biasanya bayi itu selalu berada dalam gendongan induknya.
- Cerita Turis Jerman Kagum Lihat Langsung IKN
- Larangan Bulan Hari Ini dalam Tradisi Jawa, Berikut Penjelasannya
- Melihat Jejak Etnis Tionghoa di Tanah Minang, Berawal dari Berdagang hingga Hidup Berbudaya dengan Masyarakat Lokal
- Menjaga Tradisi, Begini Suasana Perkampungan Suku Jawa Kuno Kejawen Adat Istiadatnya Masih Kental
“Itu belum termasuk ancaman dari predator Owa seperti macan tutul dan ular sanca. Dua hewan itu bisa manjat. Bahkan kami pernah menemukan seekor ular yang makan lutung di sini,” kata Arif dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Nilai Tambah Bagi Masyarakat
Dalam melakukan konservasi, lembaga Swara Owa melibatkan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Terkait hal ini, Arif mengembangkan kegiatan ekonomi kepada warga untuk melengkapi kegiatan konservasi. Menurutnya, keberadaan Owa di desa mereka harus bisa memberikan nilai tambah yang bisa dimanfaatkan untuk perekonomian. Apalagi adanya habitat Owa ini merupakan keistimewaan yang tidak banyak dijumpai di daerah lain.
“Jadi kita mengenalkan Owa ke masyarakat luas secara umum melalui produk kopi. Jadi semua orang tahu, oh di sini ada Owa, ada binatang yang dilindungi, sehingga orang dari luar daerah datang untuk berkunjung,” kata Arif.