Dari Sisi Psikologis Pelaku, Ini 5 Faktor Penyebab Klithih
Aksi klithih yang sering terjadi di Yogyakarta beberapa waktu ini telah meresahkan warga.
Aksi klithih yang sering terjadi di Yogyakarta beberapa waktu ini telah meresahkan warga. Bahkan beberapa kali kejadian tersebut telah memakan korban. Biasanya rombongan klithih beraksi di malam hari, di saat jalanan sudah lengang dan sepi.
Pada awalnya, mereka yang kebanyakan masih remaja ini menyerang pengendara lain sesama remaja yang berbeda kelompok geng atau sekolah. Namun saat ini pelaku klithih sudah berani menyerang warga sipil yang sama sekali tidak pernah terlibat dengan mereka.
-
Apa yang di bangun oleh Staatsspoorwegen (SS) di Yogyakarta untuk menghubungkan jalur kereta api Batavia-Surabaya? Di wilayah Yogyakarta, mereka perlu membangun beberapa jembatan untuk jaringan jalur kereta api itu. Salah satu jembatan kereta api terbilang unik. Selain membentang di atas sebuah sungai, jembatan ini juga membentang di atas jalur kereta api milik perusahaan kereta api Belanda lainnya bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Yogyakarta? Yogyakarta adalah destinasi yang kaya akan situs-situs budaya dan bersejarah. Salah satunya Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu yang menakjubkan.
-
Kapan Duta pindah ke Yogyakarta? Cerita Masa Kecil Fakta Menarik: Duta, Berusia 3,5 Tahun, Pindah ke Yogyakarta dan Mampu Berbicara Bahasa Jawa dan Indonesia Secara Bersamaan.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Kapan uji coba Transjakarta rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta dilakukan? Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
Hal ini tentu membuat resah masyarakat. Keinginan untuk menghapus perilaku klithih pun semakin kuat. Aparat keamanan tak tinggal diam. Polisi sebagai pengayom dan penjaga ketertiban masyarakat memberlakukan jam malam yang ketat.
Sisi Psikologis Pelaku Aksi Klitih
Dari sisi psikologis, perilaku klithih ini banyak dikaitkan dengan sifat-sifat anak remaja di mana mereka memasuki usia rentan. Pada usia remaja, biasanya mereka belum bisa mengendalikan emosi dengan baik.
Apabila tersulut mereka akan bereaksi dengan mudah. Selain hal tersebut, berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya aksi klithih dari sisi psikologis pelaku yang dikutip dari berbagai sumber.
Menunjukkan Eksistensi Diri
2020 Merdeka.com/Liputan6.com/ Yanuar H
Masa remaja adalah masa di mana mereka berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi diri. Sebenarnya perilaku ini bisa diarahkan ke hal-hal yang positif seperti berkecimpung di bidang seni, olahraga, tulis-menulis, dan sebagainya. Namun jika remaja tidak diarahkan dengan baik, maka dikhawatirkan akan terjerumus ke hal-hal negatif, salah satunya klithih.
Berdasarkan jurnal yang ditulis Laili Hanik Atum Maria yang berjudul Analyzing The Perpetrators Of Klithih Based On The Criminal Profiling In Yogyakarta Regional Police, perilaku klithih yang terjadi di kalangan remaja karena mereka ingin menunjukkan jati diri.
Cara yang mereka lakukan dengan melukai korban seakan-akan korban itu adalah musuhnya. Mereka bahkan melakukan aksinya tanpa motif mendapatkan harta. Para pelaku klitih hanya ingin unjuk diri bahwa mereka hebat dan ingin masyarakat takut dengannya.
Minim Perhatian Keluarga
Salah satu faktor penyebab seorang remaja melakukan tindakan klithih adalah minimnya perhatian keluarga. Pendidikan keluarga, dalam hal ini orang tua merupakan pintu pertama pendidikan yang didapatkan seorang anak.
Berdasarkan data dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, sebagian besar pelaku klithih berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah. Selain itu ada pula yang berasal dari keluarga broken home.
Survei yang dilakukan PSKK UGM menunjukkan bahwa kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak menjadi penyebab tertinggi munculnya kekerasan antar pelajar. Hasil survei tersebut terdapat pada jurnal yang berjudul Membangun Relasi Digital Antara Orang Tua Siswa Dengan Sekolah Dalam Penanganan Tawuran Pelajar di Yogyakarta tahun 2017 karya Muhadjir Darwin dan kawan-kawan.
Masih berdasarkan jurnal tersebut, orang tua dinilai lemah dalam memantau anak terutama dalam penggunaan gawai. Orang tua dinilai kurang bisa menjalin kedekatan emosional dengan anak karena lebih sering berkomunikasi lewat gawai dibandingkan dengan komunikasi secara personal.
Kecerdasan Emosional yang Rendah
ilustrasi/ www.huffingtonpost.com
Usia remaja adalah periode di mana kecerdasan emosi (EQ) belum terbentuk secara matang. Rata-rata orang yang suka melakukan kekerasan biasanya memiliki kecerdasan emosional pada level pertama, yaitu memahami diri sendiri.
Mereka belum mampu mencapai level dua yaitu mampu mengendalikan diri, apalagi mencapai level tiga yaitu memahami orang lain, dan level empat, yaitu mengendalikan orang lain.
Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Berdasarkan jurnal karya Zulfikar Pamungkas yang berjudul Fenomena Klithih Sebagai Bentuk Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Budaya Hukum di Yogyakarta, fenomena klithih disebabkan karena munculnya rasa ingin tahu atau coba-coba.
Hal ini sebenarnya wajar karena mereka tengah memasuki masa pubertas. Mereka biasanya memiliki rasa ingin tahu apakah hal yang orang lakukan juga bisa Ia lakukan.
Aksi klithih ini menggambarkan bahwa remaja tidak mau kalah saing dengan remaja lainnya. Sayangnya, rasa ingin tahu itu justru menciptakan kondisi yang meresahkan masyarakat.
2020 Merdeka.com
Rendahnya Motivasi Belajar
Dalam jurnal yang berjudul Klithih, Faktor, Risiko dan Developmental Pathway karya Arum Febriani juga disebutkan bahwa salah satu faktor penyebab klithih adalah karena mereka malas belajar.
Salah satu faktor ini ditandai dengan seringnya membolos sekolah, cenderung memiliki konflik terhadap guru. Mereka juga memandang diri sebagai anak yang kurang baik dibanding dengan teman-teman sebayanya. Mereka juga malas mengikuti pelajaran di sekolah karena dinilai membosankan.
Sebenaranya faktor rendahnya motivasi belajar ini dipengaruhi cara didik orang tua. Bila di sekolah guru memberikan materi pelajaran, di rumah orang tualah yang memotivasi anak-anak mereka untuk terus belajar.
Selain hal-hal di atas, tentunya masih banyak lagi faktor penyebab pelaku melancarkan aski klithih. Kita sebagai masyarakat harus tetap waspada selama klithih masih berkeliaran di sekitar kita.
(mdk/alz)