Ini Penyebab Pembuluh Darah di Otak Bisa Pecah, Diibaratkan Pipa
Dokter menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan pembuluh darah di otak pecah.
![Ini Penyebab Pembuluh Darah di Otak Bisa Pecah, Diibaratkan Pipa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2024/12/18/131050.843-apa-penyebab-pembuluh-darah-di-otak-bisa-pecah-1.jpg)
Baru-baru ini, dunia kesehatan berduka atas meninggalnya dokter dan content creator, Azmi Fadhlih. Keluarga menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah karena pecahnya pembuluh darah di otak.
Banyak orang yang tidak mengerti mengenai kondisi ini, termasuk faktor-faktor penyebabnya. Secara umum, pecahnya pembuluh darah dapat disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang membuat pembuluh tidak mampu menahan beban tersebut, atau adanya kelainan pada pembuluh darah.
-
Kenapa pembuluh darah di otak bisa pecah? Penyebab utama dari insiden ini adalah aneurisma otak, yang merupakan kondisi di mana dinding arteri mengalami kelemahan dan membentuk tonjolan yang akhirnya pecah.
-
Mengapa pembuluh darah bisa pecah? Ketika tekanan darah dalam pembuluh meningkat terlalu tinggi, pembuluh tersebut bisa melebar dan akhirnya pecah.
-
Kapan pembuluh darah di otak sering pecah? Aneurisma ini lebih sering terjadi pada individu dewasa yang berusia di atas 40 tahun.
-
Apa yang terjadi saat pembuluh darah di otak pecah? Pecahnya pembuluh darah di otak merupakan kondisi medis yang sangat serius. Hal ini terjadi ketika dinding arteri di otak menjadi lemah dan akhirnya mengalami kebocoran, yang mengakibatkan terjadinya perdarahan di dalam otak.
-
Dimana letak pembuluh darah yang pecah? Pecahnya pembuluh darah di dalam hidung adalah penyebab paling umum dari mimisan sebelah kanan.
-
Siapa yang berisiko mengalami pecahnya pembuluh darah di otak? Pasien yang mengalami hipertensi jangka panjang atau lonjakan tekanan darah mendadak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi ini.
"Jadi kasus pecahnya pembuluh darah itu paling utama, kita harus tahu faktor risiko utamanya," kata Profesor Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K) seperti dikutip dari Antara.
Dokter Yuda, yang berpraktik di Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta, mengibaratkan pembuluh darah sebagai pipa yang berfungsi untuk mengalirkan cairan yang mengandung oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Pipa ini dapat mengembang dan berisiko pecah jika tekanan di dalamnya terlalu tinggi, melampaui batas yang dapat ditahan oleh pipa tersebut.
Pada pasien dengan hipertensi, baik yang sudah berlangsung lama maupun yang mengalami lonjakan tekanan darah secara tiba-tiba, pembuluh darah dapat mengalami pembengkakan dan akhirnya pecah.
Pembuluh Darah Dapat Diibaratkan Sebagai Pipa
Menurut Yuda Turana, dinding pembuluh darah yang memiliki ketebalan yang kurang atau rapuh dapat berpotensi menyebabkan terjadinya pecah pada pembuluh tersebut.
"Pipa yang rapuh dan ini bisa dibawa secara genetik atau karena proses degeneratif atau penuaan," katanya.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pembuluh darah yang lemah sering kali terjadi pada orang tua, bahkan pada mereka yang tidak mengalami tekanan darah tinggi.
"Di mana pipa jadi rapuh, sering pada orangtua tanpa tekanan darah tinggi, pipa rapuh dan gampang pecah," katanya.
Kondisi ini perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.
Tingkat Keparahan pada Pembuluh Darah
Keparahan yang ditimbulkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak sangat dipengaruhi oleh volume pendarahan serta lokasi terjadinya.
"Volume darah makin banyak risiko kematian makin besar, tetapi juga lokasi penting. Pendarahan biasanya tidak banyak, tapi letaknya di batang otak jelas fatal," katanya.
Hal ini menunjukkan bahwa kematian dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu jumlah darah yang mengalir serta tempat terjadinya pendarahan.
"Jadi kematian itu bisa karena besar volumenya atau lokasinya, tidak semata-mata dari volumenya," katanya menambahkan.
Dengan demikian, pemahaman mengenai kedua aspek ini sangat penting dalam penanganan kasus pecahnya pembuluh darah otak.
Periksa Tekanan Darah Secara Rutin
Yuda menegaskan bahwa menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah hipertensi. Beberapa cara yang dapat dilakukan termasuk mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, menjauhi alkohol dan rokok, serta menghindari stres.
Rektor Unika Atma Jaya ini juga menyarankan agar individu yang berusia di atas 40 tahun secara rutin memeriksa tekanan darah mereka. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi peningkatan tekanan darah sejak dini.