Penyebab Pecahnya Pembuluh Darah di Otak, Faktor Risiko yang Harus Diwaspadai
Dokter menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak.
Baru-baru ini, dunia kesehatan kehilangan seorang dokter dan content creator, Dr. Azmi Fadhlih, yang meninggal akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Keluarga menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah komplikasi yang disebabkan oleh kondisi ini, yang sering kali sulit dipahami oleh banyak orang awam.
Pecahnya pembuluh darah di otak, atau yang dikenal sebagai stroke hemoragik, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.Menurut Profesor Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K), pembuluh darah berfungsi seperti pipa yang mengalirkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Ketika tekanan darah dalam pembuluh meningkat terlalu tinggi, pembuluh tersebut bisa melebar dan akhirnya pecah.
-
Kenapa pembuluh darah di otak bisa pecah? Penyebab utama dari insiden ini adalah aneurisma otak, yang merupakan kondisi di mana dinding arteri mengalami kelemahan dan membentuk tonjolan yang akhirnya pecah.
-
Kenapa pembuluh darah kotor berbahaya? Ketika pembuluh darah mengalami penumpukan plak atau kotor, berbagai risiko kesehatan dapat muncul.
-
Apa penyebab utama penyempitan pembuluh darah? Salah satu penyebab utama penyempitan pembuluh darah adalah aterosklerosis. Proses ini terjadi ketika lemak, kolesterol, dan zat lainnya menumpuk di dinding arteri, membentuk plak. Seiring waktu, penumpukan plak ini mengurangi lumen (ruang dalam) arteri, sehingga aliran darah menjadi terhambat. Faktor-faktor seperti pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dapat mempercepat perkembangan aterosklerosis.
-
Kapan pembuluh darah di otak sering pecah? Aneurisma ini lebih sering terjadi pada individu dewasa yang berusia di atas 40 tahun.
-
Mengapa Stroke bisa berbahaya? Ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi dari aliran darah, sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit.
-
Apa saja jenis kelainan pembuluh darah yang menyebabkan stroke? Kelainan yang dapat menyebabkan kondisi ini sama dengan apa yang terjadi pada penyakit Takayasu Arteritis dan moyamoya. Takayasu adalah kondisi dimana pembuluh darah pada otak menyempit atau buntu. Sementara moyamoya adalah penyempitan pembuluh darah pada area leher menuju otak.
Pasien yang mengalami hipertensi jangka panjang atau lonjakan tekanan darah mendadak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi ini. Dr. Yuda menekankan pentingnya mengetahui faktor risiko utama untuk mencegah komplikasi serius seperti pecahnya pembuluh darah, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber, Rabu(18/12).
Pembuluh darah Dapat Diibaratkan Seperti Pipa
Yuda Turana menjelaskan bahwa dinding pembuluh darah yang memiliki ketebalan yang rendah atau mudah rapuh dapat berpotensi menyebabkan terjadinya pecah pada pembuluh.
"Pipa yang rapuh dan ini bisa dibawa secara genetik atau karena proses degeneratif atau penuaan. Di mana pipa jadi rapuh, sering pada orangtua tanpa tekanan darah tinggi, pipa rapuh dan gampang pecah," katanya.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan pembuluh darah, terutama seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah sangatlah krusial, baik dari segi pola makan maupun gaya hidup sehari-hari.
Keparahan pada Pembuluh Darah
Keparahan yang ditimbulkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak sangat tergantung pada seberapa banyak pendarahan yang terjadi serta lokasi terjadinya pendarahan tersebut. Menurut seorang ahli, "Volume darah makin banyak risiko kematian makin besar, tetapi juga lokasi penting.
Pendarahan biasanya tidak banyak, tapi letaknya di batang otak jelas fatal." Ia juga menjelaskan, "Jadi kematian itu bisa karena besar volumenya atau lokasinya, tidak semata-mata dari volumenya."
Dengan demikian, baik jumlah darah yang keluar maupun tempat pendarahan memiliki peran penting dalam menentukan tingkat keparahan kondisi pasien.
Periksa Tekanan Darah Secara Rutin
Yuda menggarisbawahi betapa krusialnya menerapkan gaya hidup yang sehat. Tindakan ini mencakup kebiasaan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan aktivitas fisik secara teratur, menghindari alkohol dan rokok, serta mengelola stres untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Rektor Unika Atma Jaya tersebut juga menyarankan agar orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala. Dengan cara ini, mereka dapat mendeteksi peningkatan tekanan darah sejak dini.