Dulunya Memisahkan Daratan Kudus dengan Demak, Ini Jejak Keberadaan Selat Muria yang Masih Dijumpai Kini
Telah lama hilang, namun jejak-jejak yang menjadi bukti keberadaan Selat Muria di masa lampau masih dapat dijumpai kini.
Telah lama hilang, namun jejak-jejak yang menjadi bukti keberadaan Selat Muria di masa lampau masih dapat dijumpai kini.
Dulunya Memisahkan Daratan Kudus dengan Demak, Ini Jejak Keberadaan Selat Muria yang Masih Dijumpai Kini
Banjir besar yang melanda daerah Demak, Kudus, dan Grobogan akhir-akhir ini sering dikaitkan dengan keberadaan Selat Muria di masa lalu.
Pada saat itu, Selat Muria memisahkan daratan Demak dan Kudus, sehingga wilayah Kudus, Jepara, dan Pati berada di pulau sendiri, memisahkan diri dari Pulau Jawa.
-
Mengapa Selat Muria diperkirakan semakin dangkal? Selat Muria diperkirakan semakin dangkal akibat frekuensi banjir yang sering terjadi akibat meluapnya Sungai Juwana dan Sungai Serang.
-
Di mana Selat Muria terbagi menjadi dua bagian? Dalam hasil penelitian Sunarto, yang diterbitkan dalam Indonesian Journal Of Geograpy pada tahun 2008, Selat Muria terbagi menjadi dua bagian, yaitu barat dan selatan.
-
Apa yang terjadi di Selat Muria selama 6.000-1.700 tahun yang lalu? Pada periode 6.000-1.700 tahun yang lalu Selat Muria bagian selatan mulai berubah menjadi hutan mangrove dan rawa-rawa yang memiliki banyak anak sungai.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Bagaimana Selat Muria bagian barat berubah menjadi daratan alluvial? Pada 1.700 tahun yang lalu hingga sekarang sedimentasi dari Sungai Serang membentuk delta di bagian barat Gunung Muria.
Namun seiring dengan berbagai kejadian geologi, laut Selat Muria berangsur-angsur menyusut. Salah satu periode penyusutan terjadi pada awal abad ke-13.
Pendangkalan Selat Muria disebabkan oleh sedimentasi dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana yang membawa material tanah dan batuan sehingga selat berubah menjadi daratan.
Telah lama hilang, namun jejak-jejak yang menjadi bukti keberadaan Selat Muria di masa lampau masih dapat dijumpai kini. Apa saja?
Selat Muria Era Majapahit
Dilansir dari kanal YouTube Keluarga Arif Com ID, pada abad ke-15 Selat Muria merupakan wilayah pasang surut.
Dalam sebuah teks bahasa Jawa Kuno tahun 1358 Masehi, terdapat surat perintah dari Raja Majapahit terhadap para prajuritnya untuk menyambangi sungai atau pantai di penjuru Pulau Jawa.
Dalam teks tersebut tercantum nama Demak dan Godong yang berada di pinggir pantai. Sekarang daerah Demak sudah menjadi wilayah daratan, begitu pula dengan wilayah Godong yang berada di sebelah tenggara Demak.
Bledug Kuwu yang Mengandung Garam
Di Desa Banjarejo, Kabupaten Grobogan, terdapat fosil-fosil purbakala berupa kerang. Penemuan itu membuktikan kalau dulu daerah Desa Banjarejo berada di pinggir laut.
Lalu di Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, terdapat fenomena alam yang dikenal dengan nama Bledug Kuwu. Dilansir dari kanal YouTube Keluarga Arif Com ID, Bledug Kuwu dulunya berada di dasar laut.
Setelah menyemburkan material vulkanik, lumpur dari Bledug Kuwu menyebar ke mana-mana dan berangsur-angsur menjadi sebuah daratan yang luas.
Kesimpulannya, Bledug Kuwu juga berperan membentuk daratan yang menyebabkan hilangnya Selat Muria.
Fakta uniknya lagi, lumpur yang menyembur di Bledug Kuwu ternyata mengandung garam walaupun lokasinya jauh dari laut.
Lumpur Pati
Pada tanggal 1 November 2014, di Dukuh Sari Mulyo, Desa Wotan, Pati, warga mengalami kesulitan air. Oleh karena itu warga kemudian membuat sumur bor.
Pada awalnya warga hanya mendapat lumpur dan air asin. Namun pada pengeboran ketiga di rumah Pak Sabar, keluar semburan lumpur dari dalam tanah. Semburan itu tingginya mencapai 20-25 meter.
Semburan itu keluar hingga dua hari lamanya. Warga pun panik. Tapi setelah dua hari berlalu, semburan lumpur berangsur-angsur reda dan menjadi air bening.
Dari penelitian yang dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM, lumpur itu menyembur disebabkan oleh dorongan gas metana atau gas rawa. Gas ini tercipta dari tumbuh-tumbuhan di rawa yang tertumuk oleh lapisan sedimen yang tebal. Karena tertimbun di bawah tanah, tumbuhan itu membusuk dan mengeluarkan gas metana.
Penelitian ini juga membuktikan kalau dulunya Desa Wotan merupakan kawasan rawa yang berada di pesisir utara Selat Muria. Namun material yang keluar berbeda dari material yang keluar dari Bledug Kuwu.
Fosil Laut di Situs Patiayam
Situs Patiayam yang berada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dulunya merupakan situs purba yang dulunya berada di bagian pulau yang terpisah dari Pulau Jawa. Di kawasan situs itu, terdapat sebuah bukit yang di sana ditemukan fosil-fosil purbakala.
Banyak fosil di sana yang ditemukan dalam kondisi utuh sampai 70 persen. Pada zaman dulu, Patiayam merupakan sebuah pulau kecil yang memisah dari Pulau Jawa maupun Pulau Muria. Di sana pula terdapat fosil moluska yang merupakan biota laut.