Erupsi Gunung Merapi Diprediksi Lebih Dahsyat dari Letusan 2006, Ini 3 Faktanya
Sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga pada 5 November 2020, Gunung Merapi belum juga mengeluarkan tanda-tanda bahwa ia akan segera erupsi. Namun pada Sabtu (12/12) BPTTKG memprediksi erupsi Gunung Merapi kali ini akan melampaui kekuatan erupsi di tahun 2006.
Sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga pada 5 November 2020, Gunung Merapi belum juga mengeluarkan tanda-tanda bahwa ia akan segera erupsi. Oleh karena itu, warga lereng Merapi menghadapi sebuah ketidakpastian di pengungsian. Selain itu, BPPTKG belum bisa memprediksi kapan aktivitas tinggi di gunung api itu akan berakhir.
Sabtu (12/12), BPTTKG memprediksi erupsi Gunung Merapi dalam waktu dekat ini akan melampaui kekuatan erupsi di tahun 2006. Hal itu berarti, radius aman kemungkinan akan melebihi 5 kilometer dari puncak. Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman telah menyiapkan skenario penanganan pengungsi yang tinggal hingga 9 km dari puncak.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Lalu bagaimana sejarah letusan Gunung Merapi di tahun 2006 dan tahun-tahun sebelumnya untuk mengukur seberapa besar kekuatan erupsi Merapi kali ini? Berikut selengkapnya:
Sejarah Letusan Merapi
©2020 Sosial Media/@VAN_MOSLEY via REUTERS
Gunung Merapi memiliki sejarah letusan yang panjang dan termasuk gunung berapi aktif di Indonesia yang sering sekali meletus. Di antara letusan-letusan itu, Gunung Merapi tercatat pernah meletus besar, di antaranya pada tahun 1006, 1786, 1822, 18 72, 1930, dan 2010.
Selain letusan besar itu, sebenarnya Merapi memiliki periode letusan yang cukup pendek antara lain setiap 2-3 tahun sekali untuk letusan-letusan kecil dan 10-15 tahun sekali untuk letusan yang lebih besar.
Pada tahun 1994 misalnya, letusan Merapi menyebabkan luncuran awan panas yang menelan 60 korban meninggal. Empat tahun berselang, Merapi meletus lagi dengan intensitas cukup besar, namun tidak menyebabkan korban jiwa. Sementara itu, pada periode 2001-2003, tercatat aktivitas tinggi Merapi yang terjadi secara terus menerus.
Letusan Merapi Tahun 2006
©SYAFA ART/via REUTERS
Pada tahun 2006, letusan Merapi ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi yang sudah terjadi pada Bulan April-Mei. Pada 1 Juni 2006, terjadi hujan abu yang terjadi di Kota Magelang dan Muntilan yang jaraknya sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi. Pada 4 Juni 2006, Gunung Merapi dinaikkan statusnya dari Siaga menjadi Awas.
Letusan pertama Merapi terjadi pada tanggal 8 Juni 2006 pukul 09.03 WIB yang menyebabkan banyak warga panik dan melarikan diri ke tempat yang aman. Sementara itu letusan kedua terjadi pada pukul 09.40 WIB berupa luncuran awan panas sejauh 5 km ke arah hulu Sungai Gendol. Luncuran awan panas inilah yang menyebabkan sebagian kawasan hutan di utara Kabupaten Sleman hangus terbakar.
Dalam peristiwa ini, dua orang sukarelawan yang berlindung di Bunker Kaliadem tewas diterjang awan panas.
Persiapan Barak Pengungsian
©2020 Liputan6.com/Johan Tallo
Untuk mengantisipasi letusan besar itu, sebanyak 12 barak pengungsian disiapkan oleh BPBD Kabupaten Sleman. Barak pengungsian itu antara lain Barak Girikerto, Gayam, Koripan, Pandanpuro, Randusari, Umbulmartani, Brayut, Kiyaran, Wukirsari, Plosokerep, Pondokrejo, dan Purwobinangun.
Dilansir dari Liputan6.com, kesemua barak itu telah dilengkapi fasilitas penunjang seperti air, alas tidur, dan perlengkapan dapur umum. Pada kondisi normal, barak itu dapat menampung 300 pengungsi. Namun karena COVID-19, kapasitasnya dikurangi menjadi sebagian.
Untuk mengatasi kekurangan daya tampung itu, barak pengungsian lain disiapkan di antaranya barak milik pemerintah desa sebanyak 22 unit dan sarana milik beberapa instansi seperti UII dan P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta.