Jejak Kiai Sadrach di Gereja Karangjoso, Bentuk Akulturasi Budaya Kristen dan Jawa
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Karangjoso terletak di Desa Langenrejo, Kecamatan Butuh, Purworejo. Gereja itu didirikan pada tahun 1871. Pendirinya, Kiai Sadrach Soeropranoto, merupakan seorang guru spiritual yang disegani pada masanya.
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Karangjoso terletak di Desa Langenrejo, Kecamatan Butuh, Purworejo. Gereja itu didirikan pada tahun 1871. Pendirinya, Kiai Sadrach Soeropranoto, merupakan seorang guru spiritual yang disegani pada masanya. Tak hanya oleh masyarakat pribumi yang tinggal di desa-desa, Kiai Sadrach juga disegani oleh tokoh-tokoh zending Belanda yang bertugas di Pulau Jawa pada saat itu.
Gereja Karangjoso memang tampak berbeda dibandingkan dengan gereja-gereja kebanyakan. Tak hanya struktur bangunannya yang bernuansa Jawa, namun bentuk-bentuk kesenian Jawa juga dimainkan baik pada saat peribadatan maupun upacara peringatan hari besar.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Keberadaan gereja itu merupakan bentuk akulturasi budaya Jawa dan ajaran Kristen yang masih tersisa hingga saat ini. Berikut selengkapnya:
Masjidnya Orang Kristen
©YouTube/Bina Budaya
Sugeng Sugiarto, Pengelola Padepokan Kiai Sadrach mengatakan bahwa Kiai Sadrach pada awalnya berasal dari latar belakang rakyat biasa. Bahkan riwayat orang tuanya tidak diketahui.
Namun saat besar, Sadrach menjadi seorang pengkabar Injil secara Jawa dengan metodenya sendiri. Untuk memperlancar misinya, ia membangun sebuah Gereja di Karangjoso.
“Karena sebagian besar pengikut Kiai Sadrach itu dari golongan orang-orang kebatinan, para santri, orang-orang berilmu, jadi kalau mau ibadah di gereja, dia menyebutnya, ’ayo ibadah ke masjidnya orang Kristen. Jadi dia menyebutnya saat itu masjid gereja,” kata Sugeng, mengutip dari film dokumenter Wewarah Sadrach yang diunggah akun YouTube Bina Budaya.
Peninggalan di Pendopo Kiai Sadrach
©YouTube/Bina Budaya
Tepat di depan Gereja Karangjoso, terdapat sebuah pendopo yang dulunya menjadi tempat tinggal Kiai Sadrach. Di sana tersimpan peninggalan-peninggalan Sadrach dalam misinya menyebarkan ajaran Kristen. Beberapa peninggalannya antara lain, kumpulan tembang-tembang, keris, serta sisa-sisa bagian bangunan yang masih terjaga keasliannya hingga kini.
“Melihat kondisi Kiai Sadrach dengan peninggalan-peninggalannya, pasti berpikir ini agamanya apa? Karena unsur Jawanya ada, Hindu-Budhanya ada, dan Islamnya juga ada,” kata Petrus Sumardiyanto, Pendeta GKJ Pituruh.
Kristen yang Merdeka
©YouTube/Bina Budaya
Sugeng mengatakan bahwa dalam menyebarkan ajarannya, Kiai Sadrach mengajarkan pada para pengikutnya tentang Kristen yang merdeka, yaitu umat Kristen yang terbebas dari aturan-aturan yang diberikan oleh zending dari Belanda.
“Jadi cara-cara yang dipakai oleh Sadrach itu sedikit banyak masih menggunakan tata cara kejawen. Itu yang menurut kacamata orang Belanda sangat asing. Jadi mereka beranggapan bahwa seorang Jawa yang menggunakan Bahasa Jawa, adalah klenik. Jadi mereka menganggapnya Kristen yang sesat,” kata Sugeng.
Berdiri Sejajar dengan Orang Belanda
©YouTube/Bina Budaya
Di Gereja Karangjoso, ada sebuah tanda salib yang bentuknya unik. Sugeng mengatakan, tanda salib itu merupakan persilangan antara panah pasopati dengan senjata cakra. Keduanya merupakan senjata pamungkas yang digunakan dua tokoh pewayangan, Kresna dan Arjuna.
Sementara di dalam pendoponya, ada foto Sadrach bersama sesama rekan-rekan pendeta yang menyebarkan ajaran Kristen di Jawa. Hampir semuanya berasal dari Belanda, kecuali Sadrach dan seorang rekannya lagi yang bernama Yotam yang merupakan orang Jawa.
“Sebenarnya ada foto Sadrach dengan Jacob Wilhem duduk satu meja. Tapi itu dibredel di Belanda karena dianggap melecehkan, kok bisa orang Jawa duduk bareng dengan para pembesar Belanda,” kata Sugeng, mengutip dari film dokumenter Wewarah Sadrach.