Kebutuhan Obat Terapi Covid-19 Melonjak, Pemerintah Tingkatkan Produksi
Untuk memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19 yang melonjak, Menkes Budi meminta kapasitas produksi obat ditingkatkan. Pemerintah sudah melakukan komunikasi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi guna menjaga ketersediaan stok obat terapi Covid-19.
Seiring melonjaknya kasus Covid-19 belakangan ini, kebutuhan obat terapi Covid-19 juga naik tinggi sejak 1 Juni 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, lonjakan tersebut mencapai sekitar 12 kali lipat.
Untuk memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19 tersebut, Menkes Budi meminta kapasitas produksi obat ditingkatkan. Pemerintah sudah melakukan komunikasi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi guna menjaga ketersediaan stok obat terapi Covid-19.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran Flu Singapura? Untuk mencegah penyebaran Flu Singapura, penting untuk menjaga kebersihan tangan dan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
“Kami sudah melakukan komunikasi dengan teman-teman di Gabungan Pengusaha Farmasi dan sudah mempersiapkan dengan mengimpor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi, serta mempersiapkan juga distribusinya,” katanya dalam konfrensi pers virtual, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan.
Dibutuhkan waktu setidaknya 4 sampai 6 minggu agar kapasitas obat dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan peningkatan obat-obatan sebanyak 12 kali lipat. Menkes pun menargetkan pada awal Agustus mendatang, obat-obatan seperti Azithromycin, Oseltamivir, maupun Favipiravir bisa masuk ke pasar secara lebih signifikan.
Saat ini, ada sekitar 11,4 juta stok secara nasional untuk Azithromycin. Sekitar 20 pabrik pun bakal memproduksi obat tersebut. Meski kapasitas produksi dikatakan mencukupi, namun terdapat hambatan pada distribusinya. Menkes pun telah melakukan koordinasi dengan Gabungan Pengusaha Farmasi untuk memastikan obat satu ini segera tersedia di apotek.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengejar agar obat-obat terapi lainnya, seperti Oseltamivir dan Favipiravir yang diproduksi dalam negeri juga ditingkatkan produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan obat terapi, pemerintah menargetkan kapasitas produksi bisa mencapai 2 sampai 4 juta tablet perhari.
“Kita akan impor juga 9,2 juta dari beberapa negara mulai bulan Agustus, dan ada pabrik baru rencananya yang mulai Agustus juga akan produksi 1 juta Favipiravir setiap hari, dan diharapkan nanti di bulan Agustus kita sudah punya kapasitas produksi dalam negeri antara 2 sampai 4 juta tablet per hari yang bisa memenuhi kebutuhan,” kata Menkes.
Sementara itu, ada tiga jenis obat lainnya yang belum bisa diproduksi dalam negeri karena masih bergantung kepada ekspor. Ketiga obat tersebut adalah Remdesivir, Actemra, dan Gamaras. Menurut Menkes, ketiga obat tersebut juga sedang susah didapatkan karena semua orang membutuhkan obat-obat ini.
Actemra sendiri dikenal sebagai obat-obatan yang terkenal karena kisaran harganya mencapai Rp 50-an sampai ratusan juta. Padahal harga sebenarnya di bawah Rp 10 juta. Tak bisa didapatkan sembarangan, obat-obat tersebut harus diberikan dengan resep dokter.
"Untuk 3 obat seperti Gamaras, Actemra, dan Remdesivir itu harus disuntikkan dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Jadi tolong biarkan obat-obatan ini digunakan sesuai dengan prosedur,” tegas Menkes.
Menkes juga menyinggung jika masih banyak didapati masyarakat yang membeli obat-obatan tersebut untuk dijadikan di stok rumah. Padahal, untuk mendapatkan obat-obat tersebut hrus sesuai dengan resep dokter. Resep dokternya pun hanya bisa diberikan pada mereka yang sakit.
“Jadi kami minta tolong agar biarkan obat ini benar-benar dibeli oleh orang yang membutuhkan bukan dibeli untuk kita sebagai stok. Kasihan teman-teman kita yang membutuhkan,” pungkas Menkes.
Reporter: Azizta Laksa Mahardikengrat
(mdk/snw)