Kisah Hidup Mbah Gendhon, Sang Wali dari Pekalongan yang Ditakuti Belanda
Muhammad Arsal atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gendhon merupakan ulama sakti dari Pekalongan. Saking saktinya, Belanda takut padanya. Namun siapa sangka, saat kecil, Mbah Gendhon terkenal sangat pendiam.
Muhammad Arsal atau lebih dikenal dengan nama Mbah Gendhon merupakan ulama sakti dari Pekalongan. Saking saktinya, Belanda takut padanya. Siapa sangka, saat kecil, Mbah Gendhon terkenal sangat pendiam. Kedua orang tuanya bingung dan cemas kalau sifatnya itu tak berubah saat dewasa. Dan ternyata benar, saat dewasa, Mbah Gendhon tetaplah menjadi seorang pendiam.
Orang-orang di sekitarnya menganggap Mbah Gendhon sebagai sosok yang misterius. Meski begitu, orang tua Mbah Gendhon tidak tinggal diam. Ia didorong untuk membuka diri dan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Namun usaha kedua orang tuanya gagal.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Apa itu Muslim Daily? Kitabisa menghadirkan fitur Muslim Daily untuk membantu umat muslim beribadah dan berbuat baik setiap hari.
-
Apa keunikan dari Masjid Agung Jatisobo? Setelah dirombak total, Masjid Agung Jatisobo wujudnya mirip dengan Masjid Agung Keraton Surakarta era kepemimpinan Pakubuwono IV. Perbedaan hanya dapat diliha pada bagian tiangnya saja. Tiang masjid agung Surakarta berbentuk bulat, sedangkan masjid agung Jatisibo persegi.
-
Kenapa tasawuf penting? Belajar tasawuf adalah penting karena tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kita untuk menyucikan jiwa, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
Hingga pada suatu ketika mereka berpikir untuk menjodohkan Mbah Gendhon dengan seorang kembang desa. Siapa tahu, sikap Mbah Gendhon yang pendiam bisa berubah.
Lalu seperti apa kelanjutan cerita ulama satu ini? Berikut selengkapnya, dikutip dari kanal YouTube Sarang Demit:
Keinginan Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Mbah Gendhon menyetujui pernikahan tersebut. Prosesi pernikahan berlangsung meriah. Kedua mempelai diarak warga kampung menuju rumah mempelai putri. Saat prosesi pernikahan selesai, para warga pulang ke rumah masing-masing. Namun yang mengejutkan adalah, Mbah Gendhon ikut pulang ke rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya kecewa terhadap sikap anak laki-laki satu-satunya itu. Mereka menanyakan sebenarnya apa keinginan dari Mbah Gendhon.
Di depan kedua orang tuanya, Mbah Gendhon menyatakan keinginan yang sama sekali tidak dibayangkan. Ia ingin menuntut ilmu agama dan berguru pada para ulama besar. Harapannya ia punya ilmu yang berguna untuk masyarakat.
Mengetahui keinginan sang anak, mula-mula kedua orang tua Mbah Gendhon agak keberatan. Tetapi mereka juga tidak bisa melarang. Setelah mempertimbangkan baik buruknya, kedua orang tua Mbah Gendhon mengizinkan sang anak untuk pergi ke pondok pesantren.
Berguru di Pondok Pesantren
©YouTube/Sarang Demit
Selanjutnya Mbah Gendhon berguru di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Lima tahun ia belajar di sana. Namun pada suatu ketika, wabah gatal-gatal datang. Mbah Gendhon dan para santrinya diminta sang guru untuk berendam di kolam yang ada di pegunungan. Mereka mandi di kolam tersebut. Tetapi Mbah Gendhon tidak ikut mandi. Ia hanya melihat teman-temannya dari pinggir kolam.
Namun teman-temannya itu usil. Mereka menarik tubuh Mbah Gendhon sampai tercebur ke dalam kolam. Mereka pun bersorak gembira. Namun tubuh Mbah Gendhon tak kunjung muncul ke permukaan. Semuanya panik. Mereka sibuk mencari, namun Mbah Gendhon tak kunjung ditemukan. Air kolam dikuras. Tapi Mbah Gendhon hilang entah ke mana.
Kemunculan Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Kabar hilangnya Mbah Gendhon sampailah ke kedua orang tuanya. Mereka merasa kehilangan. Tahun demi tahun berganti, Mbah Gendhon tak kunjung ditemukan. Hingga akhirnya Mbah Gendhon muncul di depan rumah kedua orang tuanya. Keduanya menangis tersedu-sedu. Mereka tak percaya bahwa anaknya itu masih hidup.
Mbah Gendhon bercerita, saat hilang, ia dibawa oleh sosok misterius ke sebuah goa. Di goa itu, Mbah Gendhon berteman dengan hewan-hewan liar. Ia makan seadanya saja.
Mendengar cerita Mbah Gendhon, kedua orang tuanya keheranan. Bahkan setelah itu, Mbah Gendhon tidak memilih tinggal di rumah orang tuanya, melainkan tinggal di sebelah pohon kelapa.
Perjuangan Melawan Belanda
©YouTube/Sarang Demit
Pada masa kolonial, Mbah Gendhon juga terlibat dalam usaha melawan penjajah Belanda. Tempat hunian Mbah Gendhon sempat dijadikan tempat bersembunyi bagi para pejuang kemerdekaan. Mula-mula, tentara kompeni tidak pernah mengetahui tempat tersebut. Hingga pada suatu saat mereka berhasil menemukan tempat persembunyian itu.
Para tentara Belanda menembakkan tempat persembunyian Mbah Gendhon dengan peluru. Anehnya, peluru mereka tidak mempan. Padahal tempat persembunyian Mbah Gendhon hanyalah sebuah gubuk. Mereka heran kenapa peluru mereka tidak tembus. Mereka kemudian lari ketakutan. Para pejuang selamat di persembunyian itu.
Haul Mbah Gendhon
©YouTube/Sarang Demit
Mbah Gendhon merupakan salah seorang penyebar Islam di Pekalongan. Diperkirakan ia hidup pada rentan tahun 1868-1960. Di balik keanehannya, ia tetaplah seorang ulama yang disegani.
Hingga saat ini, masyarakat sekitar rutin mengadakan haul untuk memperingati hari kelahiran Mbah Gendhon. Makam Mbah Gendhon tak luput dari para peziarah yang datang dari berbagai kota.