Kisah Para Petani di Yogyakarta yang Terjebak Kemiskinan Ekstrem, Kini Sudah Bisa Kelola Lahan dan Beli Sapi Sendiri
Perekonomian mereka terangkat berkat Bantuan Keistimewaan Khusus (BKK) yang dianggarkan dari Dana Keistimewaan
Perekonomian mereka terangkat berkat Bantuan Keistimewaan Khusus (BKK) yang dianggarkan dari Dana Keistimewaan
Kisah Para Petani di Yogyakarta yang Terjebak Kemiskinan Ekstrem, Kini Sudah Bisa Kelola Lahan dan Beli Sapi Sendiri
Pada tahun 2020 Indonesia dilanda wabah pandemi COVID-19. Kondisi ini berdampak besar pada perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Kapan puncak musim kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Bagaimana BPBD DIY akan mengatasi kekeringan di DIY? “Rencana kami kalau itu memang darurat kekeringan betul akan dibuat modifikasi cuaca atau hujan. Nanti kalau modifikasi kurang, bisa dilanjutkan dengan dropping air ke kabupaten,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY, Edhy Hartanta pada Rabu (31/7) lalu.
-
Apa yang dilakukan BPBD DIY untuk mengantisipasi kekeringan di DIY? Mereka menyiapkan operasi modifikasi cuaca untuk mengantisipasi dampak kekeringan pada musim kemarau di wilayah tersebut.
Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
Nurohmad, petani asal Kalurahan Pondokrejo, Tempel, Sleman, merasakan betul sulitnya hidup sebagai buruh tani. Sehari-hari ia harus berjalan kaki sejauh 2-3 km untuk sampai ke sawah yang ia garap. Terkadang ia juga harus berjalan kaki sejauh 5 km untuk mencapai sawah garapannya yang lain.
“Menyewa lahan itu mahal. Modalnya tidak sedikit. Kalau gagal panen itu harus ditanggung sendiri,” kata Nurohmad.
Ia mengatakan sebagai buruh tani, penghasilannya sekitar Rp25-50 ribu per hari. Ia mengakui sebenarnya penghasilan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sulitnya hidup juga dirasakan oleh Adi Sukam, buruh tani asal Kalurahan Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul. Sehari-hari ia makan singkong sebagai pengganti sayur. Sementara daunnya dimasak jadi sayur.
“Setelah subuh saya berangkat, pulang baru maghrib. Biasanya makan jam 12, tapi kalau nanggung bisa baru jam 2-3 sore baru makan,” kata Adi Sukam dikutip dari kanal YouTube Paniradya Kaistimewan.
Pada tahun 2024 ini, Pemda DIY menggelontorkan Rp131,4 miliar Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang diambil dari Dana Keistimewaan.
Dana sebesar itu digunakan salah satunya untuk penanggulangan kemiskinan untuk para buruh tani.
- Sultan HB X Buka Suara Soal Gugatan Keraton Yogyakarta ke PT KAI Terkait Sengketa Tanah
- Kisah Hidup KRT Wiroguno, Seniman Besar Keraton Yogyakarta Pencipta Ratusan Gending
- KPK Tetapkan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Jadi Tersangka TPPU
- Kemiskinan di Jatim Turun Drastis, Ini Sederet Bantuan yang Diterima Masyarakat dari Pemerintah
Baik Nurohmad dan Adi Sukam benar-benar merasakan adanya program ini. Nurohmad misalnya, ia diterima untuk menggarap pemanfaatan lahan pertanian cabai milik BKK.
“Setelah merasakan manfaat BKK, Alhamdulillah dari dulu pergi ke sawah jalan kaki, sekarang bisa naik motor. Terus sekarang saya bisa menyekolahkan anak. Lalu kalau makan dulu cuma pakai sayuran sekarang bisa pakai lauk pauk,” kata Nurohmad.
Sama halnya dengan Nurohmad, dengan adanya bantuan BKK, Adi Sukam bisa pergi ke sawah naik motor. Ia pun sekarang juga sudah bisa beli sapi yang ia pelihara di rumah sendiri.
Foto: YouTube Panirada Kaistimewan