Pernah Disinggahi Pendiri Muhammadiyah hingga Tokoh Komunis, Ini Fakta Menarik Ndalem Sopingen Kotagede
Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1800.

Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1800.

Pernah Disinggahi Pendiri Muhammadiyah hingga Tokoh Komunis, Ini Fakta Menarik Ndalem Sopingen Kotagede

Kawasan Kotagede di Kota Yogyakarta memiliki banyak peninggalan rumah tua yang masih berdiri kokoh hingga kini. Salah satu rumah tua itu adalah Ndalem Sopingen.
Seperti dikutip dari kanal YouTube tombo kangen Chanel, Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh Raden Hamat Dalem Sopingi sekitar tahun 1800. Raden Sopingi merupakan abdi dalem Keraton Yogyakarta yang menjadi juru kunci di Makam Raja-Raja Kotagede.
Dalem Sopingen berdiri di atas tanah seluar 4 hektare. Di depan rumah tua itu terdapat sebuah pendopo yang digunakan sebagai ruang publik.
Sebagai seorang abdi dalem saat itu, Raden Hamat Sopingi mempersembahkan rumahnya menjadi tempat peristirahatan dan tempat pertemuan bagi para pejabat Kerajaan Mataram yang akan berziarah ke Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.

Pada masa Kebangkitan Nasional pada tahun 1908, bangunan rumah itu menjadi tempat rapat organisasi pergerakan nasional. Rapat itu dihadiri oleh tokoh-tokoh besar Indonesia seperti HOS Cokroaminoto sebagai Ketua Sarekat Islam, Samanhudi sebagai Pendiri Sarekat Islam, KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah, dan Ki Hajar Dewantara sebagai pimpinan Perguruan Taman Siswa.
Selain itu, para pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti Semaun, Muso, dan Alimin pernah hadir dan berpidato di Ndalem Sopingin.
Pada tahun 1984, rumah itu diwariskan oleh anak-anak keturunan Raden Sopingi. Pada tahun 1990-an, joglo tersebut menjadi ruang publik. Bagian joglo yang berada di bagian depan rumah telah dijual pada tahun tersebut.

Saat Yogyakarta dilanda gempa besar tahun 2006, banyak bagian dari Ndalem Sopingen yang mengalami kerusakan sehingga harus dilakukan renovasi. Renovasi setelah gempa dilakukan antara lain dengan mengganti kayu pada usuk-usuk, mengganti genteng kripik dengan genteng sokka, dan lantainya diganti dengan keramik.
Kini Ndalem Sopingen menjadi tempat makan brongkos yang dikelola keluarga. Pada waktu-waktu tertentu bangunan ini juga digunakan sebagai sanggar melukis untuk anak-anak. Saat ini kepemilikan masing-masing bagian rumah sudah dibagikan pada keluarga. Bagian pendopo hingga ke utara menjadi milik Bapak Suprapto, bagian timur rumah milik Ibu Sujadi Pranoto, dan bagian barat rumah milik Bapak Bowo.