Melihat Keunikan Tukad Badung, Wisata Baru di Tengah Kota Denpasar dengan Suasana Seperti di Korea
Dulunya, kawasan bantaran sungai itu terkenal karena kondisinya yang kumuh akibat tumpukan sampah dan kotoran lainnya.
Dulunya, kawasan bantaran sungai itu terkenal karena kondisinya yang kumuh akibat tumpukan sampah dan kotoran lainnya.
Melihat Keunikan Tukad Badung, Wisata Baru di Tengah Kota Denpasar dengan Suasana Seperti di Korea
Sebagai pusatnya Pulau Bali, Kota Denpasar juga menjadi magnet wisatawan. Kawasan wisata di Kota Denpasar berada di kawasan Jalan Gadjah Mada.
Sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat dan wisatawan makin sering mengunjungi kawasan wisata itu.
-
Di mana Tukad Cepung berada? Mengutif situs Indonesia.go.id, lokasi air terjun ini berada di lingkungan Pura Dalam Penida Kelod.
-
Apa itu Badia Batuang? Anak-anak di Minangkabau punya mainan buat ngabuburit bernama badia batuang. Kata 'badia' artinya bedil atau meriam, sedangkan 'batuang' berarti bambu besar. Biasanya anak-anak akan berkumpul untuk membuat meriam dari bambu dengan ukuran besar.
-
Di mana Kaum Tsamud tinggal? Kaum Tsamud adalah sebuah kaum yang diutus Nabi Saleh dan mengalami azab dari Allah SWT. Mereka merupakan keturunan dari Kaum Nuh dan hidup di daerah Hijjāz, di Arab Saudi sekarang ini.
-
Kapan Tuk Budoyo ramai dikunjungi? Biasanya mata air Tuk Budoyo akan ramai pengunjung pada malam satu suro.
-
Mengapa kain tenun Baduy dianggap sakral? Kain tenun Baduy dianggap sakral dan memiliki nilai yang kuat.
-
Kenapa aturan di Baduy Dalam sangat ketat? Tujuannya agar manusia tidak terjerumus keserakahan duniawi dan melupakan tatanan hidup nenek moyang.
Selain ingin mencari oleh-oleh atau menikmati aneka bangunan tua era kolonial, pengunjung juga bisa mendatangi bantaran Tukad Badung, tepatnya di Seberang Pasar Kumbasari dan Pasar Badung.
Dulunya, kawasan bantaran sungai itu terkenal karena kondisinya yang kumuh akibat tumpukan sampah dan kotoran lainnya. Saat itu, aliran Tukad Badung di sekitar kawasan Gajah Mada bagaikan tempat sampah raksasa dengan air yang sudah tercemar oleh limbah.
Bahkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Teknis Pengembangan Sumber Daya Genetika (PSDG) Universitas Udayana (Unud), para peneliti mulai kesulitan menemukan populasi ikan seluang (Rasbora sp.) atau nyalian di tepian sungai.
Namun kini semua itu sudah menghilang. Sebagai gantinya, beragam ukiran khas Bali menghiasi dinding pembatas sungai. Lantai bantaran juga sudah diberi paving dengan tambahan batu sikat.
Sekilas, suasana bantaran sungai itu mirip dengan Sungai Cheonggyecheon yang membelah Kota Seoul dan menjadi kunjungan favorit wisatawan mancanegara. Karena hal inilah Tukad Badung juga dikenal dengan julukan “Tukad Korea”.
Dilansir dari Indonesia.go.id, revitalisasi Tukad Badung dilakukan sejak tahun 2017 hingga awal tahun 2019. Hasil revitalisasi itu membuat bantaran sungai makin terlihat cantik. Terdapat tempat duduk berundak di beberapa sisi bantaran.
- Melihat Jejak Peninggalan Jepang di Pinggir Danau Setu Patok Cirebon, Siap Jadi Destinasi Wisata Sejarah
- Sejumlah Wilayah Denpasar dan Badung Dilanda Banjir
- Berwisata ke Pantai Krui Lampung, Merasakan Sensani Deburan Ombak Kuat Cocok bagi Peselancar
- Serunya Berkunjung ke Pantai Kodok Pandeglang, Ada Kolam Renang dengan Pemandangan Laut
Ada pula air mancur dan lampu aneka warna yang bersinar indah di malam hari. Pihak pemerintah Kota Denpasar mengucurkan dana hingga Rp7,6 miliar untuk pembenahan aspek estetika bantaran Tukad Badung sepanjang 420 meter.
Kepala Dinas PUPR Denpasar, AA Nugraha Bagus Airawata, mengatakan bahwa penataan itu dilakukan untuk memperlancar aliran air dan membersihkannya dari sampah sehingga dapat menampilkan sisi lain sungai yang bersih.
“Kami juga membenahi aliran air yang melewati Tukad Badung agar tidak membawa sampah ke tengah kota. Di sini kami ingin mengembalikan fungsi sungai yang sebenarnya,” ungkap Nugraha.