Mengenal SK Trimurti, Pejuang Pers Wanita Pertama Indonesia
SK Trimurti adalah salah satu tokoh pergerakan bangsa. Sejak muda, ia konsisten dalam menyuarakan perlawanan terhadap penjajah Belanda maupun Jepang.
SK Trimurti adalah salah satu tokoh pergerakan bangsa. Sejak muda, ia konsisten dalam menyuarakan perlawanan terhadap penjajah Belanda maupun Jepang.
Mengenal SK Trimurti, Pejuang Pers Wanita Pertama Indonesia
Surastri Karma Trimurti lahir di Desa Sawahan, Boyolali pada 11 Mei 1912. Keluarganya memiliki hubungan kekerabatan dengan Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah.
Ia terlahir dari seorang ibu bernama R.A Saparinten dan ayahnya seorang asisten wedana bernama R.Ng Salim Banjaransari Mangunkusumo.
-
Kapan Tribrata diwisuda? Upacara wisuda Prajurit Bhayangkara Taruna (Prabhatar) Akademi TNI dan Akademi Kepolisian (Akpol) digelar di Lapangan Sapta Marga, Kompleks Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah, Selasa (28/11).
-
Kapan Tri Satya Pramuka mulai diterapkan? Sejak 1961, dasa darma mengalami banyak perubahan hingga sekarang.
-
Apa isi dari janji Trisatya Pramuka? Trisatya Pramuka adalah janji dan tiga kode moral yang digunakan dalam Gerakan Pramuka Indonesia. Trisatya berasal dari kata tri (tiga) dan satya (janji). Trisatya mengandung tiga butir utama yang menjadi panutan bagi setiap anggota Pramuka.
-
Kenapa KWT Srikandi dibentuk? Mengatasi Masalah Kenaikan Harga Pangan KWT Srikandi dibentuk pada awal tahun 2023 lalu. Saat itu, peruntukannya adalah membantu mengatasi kenaikan harga pangan dan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
-
Kapan Tritura terjadi? Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 Oktober 1966, selama pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Sukarno.
-
Siapa pacar Khirani Trihatmojo? Gadis yang akrab disapa Khiran mengungkapkan bahwa dia telah satu tahun bersama Adira Santoso.
Dilansir dari berbagai sumber, Trimurti menempuh pendidikan di Normaal School dan AMS Surakarta. Kemudian melanjutkan studinya di Jurusan Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Meskipun telah meraih gelar Doktoranda dari UI, ia tetap aktif di bidang jurnalistik.
Trimurti mendapatkan minatnya tumbuh untuk terlibat dalam dunia pergerakan setelah mendengar orasi-orasi yang disampaikan Bung Karno.
Pada saat itu tahun 1930-an di mana ia aktif sebagai seorang guru sekolah dasar.
Namun pada tahun 1933, ia memutuskan berhenti mengajar dan bergabung dengan Partindo cabang Bandung. Sejak saat itulah ia mulai aktif di dunia politik.
Di Partai Partindo, Trimurti mulai mengenal Soeharto. Saat itu Soeharto membujuknya untuk menulis di koran Fikiran Ra’jat.
Dengan semangat itu ia belajar Teknik menulis, merangkai kalimat, dan menghabiskan banyak kertas.
Usahanya membuahkan hasil. Artikelnya terbut di Fikiran Ra’jat. Ia pun semakin termotivasi dalam menulis.
Pada tahun 1935, Trimurti mendirikan majalah Bedoeg. Nama itu terinspirasi dari suara bedug di masjid yang memanggil kaum muslimin untuk beribadah. Harapannya koran tersebut bisa memberi seruan pada rakyat untuk berjuang.
Trimurti sempat berseteru dengan ayahnya yang melarangnya untuk beraktivitas politik. Tanpa tunduk ia memilih untuk pergi dari rumah dan meneruskan perjuangannya.
- Peristiwa Apakah yang Mengawali Pembentukan BPUPKI? Ini Ulasannya
- Sisi Lain Jepang yang Jarang Terungkap, Kehidupan di Desanya Kalah Jauh dari Indonesia?
- Mengurungkan Niat Berangkat Ke Jepang Untuk Bekerja, Pemuda Ini Memilih Berternak Entok 'Alhamdulillah Sudah Punya Mobil dan Menikah'
- Nasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Pada tahun 1936, keterlibatan aktif Trimurti dalam pergerakan anti-kolonial membuatnya ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda.
Saat itu ia terbukti menyebarkan pamflet yang menentang penjajahan. Akibatnya ia dijatuhi hukuman sembilan bulan di Penjara Bulu, Semarang.
Setelah bebas dari penjara, ia beralih profesi sebagai wartawan. Dilansir dari Goodnewsfromindonesia, saat itu ia mulai menulis banyak artikel tentang perjuangan anti kolonial.
Dalam karyanya, ia memilih menggunakan nama samaran Karma sebagai representasi dari nama tengahnya.
Keterlibatannya dalam berbagai media massa seperti Pesat, Genderang, Bedung, dan Pikiran Rakyat membuat karier wartawan Trimurti berkembang pesat.
Namun saat Jepang menjajah Indonesia, aktivitas wartawan Trimurti memicu penangkapannya oleh pihak pendudukan.
Dipenjara dua kali tak membuat semangat perlawanannya surut. Ia sering masuk penjara karena artikel-artikelnya kerap menentang kepentingan Belanda.
Namun ia tidak pernah menunjukkan keputusasaan. Ia menyadari bahwa semua itu adalah konsekuensi dari pilihan politiknya dan tetap teguh pada keyakinannya.
Setelah kemerdekaan, Trimurti diangkat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan menjabat antara tahun 1947 hingga 1948.
Ia ikut mendirikan Gerwis, sebuah organisasi perempuan Indonesia, pada tahun 1950 yang kemudian berubah nama menjadi Gerwani.
Ia meninggalkan organisasi itu pada tahun 1965 dan kemudian melanjutkan kuliah saat usianya sudah menginjak 41 tahun. Ia menolak tawaran menjadi Menteri Sosial pada tahun 1959 karena sedang menyelesaikan gelar sarjana
Trimurti meninggal dunia pada tanggal 20 Mei 2008 pukul 06.20 di usianya yang ke 96 tahun. Untuk menghargai jasa-jasanya, diadakan upacara yang digelar di Istana Negara, Jakarta Pusat. Ia dimakamkan di TMP Kalibata.