Mengenal Tingkeban, Upacara Adat Jawa Rayakan Kehamilan Anak Pertama
Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi slametan yang dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan. Namun, tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi si ibu. Dulunya, acara ini sering dijumpai di tengah masyarakat Hindu. Acara ini juga dikenal dengan nama Garba Wedana.
Beragam cara dilakukan masyarakat untuk merayakan suatu momen spesial. Salah satunya adalah Tingkeban. Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi slametan yang dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan. Namun, Tingkeban hanya dilakukan bila anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi si ibu.
Acara Tingkeban bermakna bahwa pendidikan bagi sang anak telah ditanamkan sejak anak masih berada dalam rahim sang ibu. Dalam acara ini, sang ibu dimandikan dengan air kembang. Tujuan acara ini adalah agar bayi dalam kandungan itu dapat lahir dengan sehat dan selamat.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Dulunya, acara ini sering dijumpai di tengah masyarakat Hindu. Acara ini juga dikenal dengan nama Garba Wedana.
Asal Usul Tingkeban
YouTube/Trans 7
Asal mula tradisi Tingkeban ini konon sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Kediri pada masa diperintah Raja Jayabaya. Dikutip dari sebuah jurnal karya Iswah Adriana berjudul Neloni, Mitoni, atau Tingkeban, waktu itu ada pasangan suami istri. Sang istri bernama Niken Satingkeb dan Suami bernama Sadiyo. Dari pasangan itu, lahirlah sembilan orang anak. Tapi semua anak mereka tak berumur panjang.
Oleh karena itu pasangan suami istri itu mengadu kepada raja atas cobaan yang dialami. Sang raja kemudian memberi petunjuk kepada Satingkeb dimana Ia harus mandi dengan air suci pada Hari Rabu dan Sabtu dengan gayung tempurung disertai doa.
Setelah mandi, Ia kemudian mengenakan kain yang bersih. Kemudian dijatuhkannya dua butir kelapa gading melalui jarak perut dan pakaian. Kemudian ketika sudah hamil, ia melilitkan daun tebu wulung pada perutnya dan kemudian daun itu dipotong dengan keris. Segala petuah itu harus dijalankan dengan teratur dan cermat. Sejak saat itulah masyarakat Jawa mulai menjalankan tradisi Tingkeban secara turun temurun.
Perlengkapan Upacara untuk Bangsawan
YouTube/Trans 7
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, perlengkapan upacara Tingkeban terbagi menjadi dua, yaitu perlengkapan untuk golongan bangsawan dan perlengkapan untuk rakyat biasa. Bagi para bangsawan, perlengkapan upacara sajennya sebagai berikut: tumpeng robyong, tumpeng gundul, sekul asrep-asrepan, ayam hidup, sebutir kelapa, lima macam bubur, dan jajanan pasar.
Sementara itu kendurinya terdiri dari berbagai jenis makanan antara lain nasi majemukan, tujuh macam nasi, pecel ayam, sayur menir, ketan kolak, apem, nasi gurih, ingkung, nasi punar, ketupat, rujak, dawet, air bunga, dan kelapa tabonan.
Perlengkapan Upacara untuk Rakyat Biasa
YouTube/Trans 7
Sedangkan untuk rakyat biasa, perlengkapan upacara sajennya sebagai berikut: sego hangan, jajanan pasar, jenang abang putih, jenang baro-baro, emping ketan, tumpeng robyong, sego golong, sego liwed, dan bunga telon.
Sedangkan untuk kendurinya antara lain: sego gurih, sego ambegan, jajanan pasar, ketan kolak, apem, psang raja, sego jajanan, tujuh buah tumeng, jenang, kembang boreh, dan kemenyan.
Tahapan Upacara
YouTube/Trans 7
Dilansir dari Jogjaprov.go.id, Upacara Tingkeban terdiri dari beberapa tahap acara seperti sungkeman, siraman, sesuci, pecah pamor, brojolan, sigaran, nyampingan, luwaran dan simparan, wiyosan, kudangan, kembulan dan unjakan, kukuban, rencakan, rujakan, dan dhawetan.
Waktu upacara Tingkeban menurut pakemnya adalah pada hari Selasa atau Sabtu, pada siang hari sampai sore (11.00-16.00). Acara ini lebih baik diadakan pada setiap tanggal ganjil sebelum bulan purnama.