Pemkot Pekalongan Beri Izin Tradisi Syawalan Potong Lopis Raksasa, Catat Tanggalnya
Kabar baik, Pemkot Pekalongan izinkan tradisi potong lopis raksasa digelar kembali pada lebaran tahun ini. Tradisi tersebut rencananya akan digelar pada 29 April 2023, tepat sepekan setelah perayaan Idulfitri 1444 H. Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Syawalan menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia sebagai wadah untuk menyambung tali silaturahmi. Tak terkecuali bagi masyarakat daerah Pekalongan, mereka juga memiliki tradisi unik yang diselenggarakan tiap sepekan setelah Idulfitri, tepatnya saat telah memasuki bulan Syawal yakni tradisi potong lopis raksasa.
Kabar baik, Pemkot Pekalongan telah mengizinkan tradisi potong lopis raksasa untuk digelar kembali pada lebaran tahun ini. Tradisi Syawalan tersebut rencananya akan digelar pada 29 April 2023, tepat sepekan setelah perayaan Idulfitri 1444 H. Simak informasi lengkapnya berikut ini.
-
Kapan tradisi mudik Lebaran menjadi momen unik? Salah satunya dilakukan oleh pemudik yang membonceng boneka besar, alih-alih pasangan. Ada-ada saja ya!
-
Apa makna ketupat dalam tradisi Lebaran? Ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri, di mana dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan, saling memaafkan, dan melupakan kesalahan.
-
Apa tradisi unik Lebaran yang dilakukan di Lombok, NTB? Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi sambut lebaran yang unik bernama Perang Topat atau perang ketupat.
-
Apa tujuan utama dari tradisi Lebaran? Pada dasarnya, hakikat Lebaran adalah waktu terbaik untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan.
-
Bagaimana kata-kata mudik lucu bisa memperkuat tradisi Lebaran? Kata-kata mudik lucu yang berkaitan dengan mudik juga memiliki kekuatan untuk memperkuat tradisi dan budaya Lebaran yang kental dengan nuansa kebersamaan dan keceriaan.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
Catat Tanggalnya, Pemkot Pekalongan Izinkan Tradisi Potong Lopis Raksasa
Bagi masyarakat Pekalongan, tentu tradisi potong lopis raksasa menjadi hal yang paling ditunggu di bulan Syawal. Selain mampu mempererat tali silaturahmi, sepotong lopis raksasa dipercaya mendatangkan keberkahan.
©2023 Merdeka.com/Instagram @pemkotpekalongan
Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah mengizinkan diselenggarakannya tradisi Syawalan potong lopis raksasa yang telah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Pekalongan. Afzan Arslan Djunaid, Wali Kota Pekalongan mengungkapkan bahwa tradisi lopis raksasa mampu mempersatukan kerukunan warga.
"Festival lopis raksasa ini perlu dijaga dan dipelihara bersama sebagai tradisi dan budaya turun temurun yang dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antara warga Krapyak dan dengan masyarakat daerah sekitarnya," ujarnya dikutip dari ANTARA pada (2/4/2023).
Lebih lanjut, Iwan Kurniawan selaku Humas Panitia Penyelenggara Lopis Raksasa Krapyak Kota Pekalongan mengatakan jika Idulfitri jatuh pada 22 April 2022, maka penyelenggaraan tradisi Syawalan potong lopis raksasa akan digelar seminggu setelahnya, yakni Sabtu (29/4/2023).
“Lopis raksasa tahun ini diperkirakan memiliki ukuran yang sama dengan tahun lalu yakni setinggi sekitar 2 meter dan di wilayah Sembawan akan diletakkan di Taman Lopis dekat sungai,” imbuh Iwan dikutip pada akun intagram @pemkotpekalongan.
Koordinasi lebih lanjut masih terus dilakukan mengingat akan ada acara besar di hari yang sama, yakni Festival Ballon di Stadion Hoegeng, Pekalongan.
Sejarah Potong Lopis Raksasa, Tradisi Pererat Kerukunan Masyarakat Pekalongan
©Pekalongankota.go.id
Syawalan menjadi kearifan lokal hasil kreatifitas budaya Jawa dengan Islam yang bersinggungan. Dikutip dari Jurnal Tradisi Lopis Raksasa dalam Perspektif Kerukunan Umat Beragama di Kota Pekalongan karya Rosidin, sejarah asal muasal Tradisi Lopis Raksasa memiliki dua perbedaan pendapat.
Pertama, Tradisi Lopis Raksasa dipelopori oleh KH. Abdullah Sirodj, tokoh ulama asal Krapyak, Putra Martoloyo II. Ia merupakan keturunan Tumenggung Bahurekso, salah satu senopati kerajaan Mataram di Pekalongan yang merupakan tokoh legendaris babad Pekalongan.
KH. Abdullah menjalankan puasa syawal, yakni sehari setelah lebaran pada tanggal 2 hingga 7 Syawal. Tradisi puasa tersebut kemudian diikuti oleh masyarakat Krapyak dan sekitarnya, sehingga mereka tidak berkunjung atau melakukan silaturahmi.
Masyarakat setempat baru melakukan silaturahmi setelah selesai berpuasa Syawal selama tujuh hari. Mereka kemudian melakukan tradisi potong lopis di daerah tersebut. Konon, lopis dipilih untuk menjamu para tamu karena tahan lama dan tidak mudah basi.
Sementara itu, pendapat kedua dikemukakan Dirhamsyah, tokoh pemerhati sejarah budaya Pekalongan. Menurutnya, tradisi potong lopis muncul pada tahun 1950 yang terinspirasi dari pidato Soekarno yang kala itu menjabat sebagai presiden Indonesia.
Bung Karno mendatangi rapat akbar di Lapangan Kebon Rodjo pada 1950 dan berpesan agar rakyat Pekalongan bersatu seperti lopis. Alasan itu yang membuat masyarakat Pekalongan selalu memotong lopis setiap syawalan.