Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II
Pada suatu hari di bulan Desember 1947, tentara Belanda sedang berlatih di Pos Jaga Salatiga. Mereka tergabung dalam kesatuan Resimen 5-5 RI. Selain berlatih, mereka juga patroli ke pelosok Salatiga.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I terjadi? Mengutip dari beberapa sumber, berlangsungnya Agresi Militer Belanda I ini tepat di hari ketiga puasa. Di Sumatera Selatan, aksi tersebut dimulai setelah umat Islam menyantap makan sahur.
-
Apa tujuan utama Belanda dalam Agresi Militer I di Indonesia? Tujuan utama serangan ini untuk menguasai sumber daya alam Indonesia yang berada di Jawa dan Sumatera. Di Sumatera, Belanda ingin menguasai pertambangan dan perkebunan. Sementara di Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, dengan tujuan menguasai pabrik, pelabuhan, dan perkebunan.
-
Kapan Agresi Militer Belanda I dimulai? Tepat hari ini, 21 Juli pada tahun 1947 silam, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia.
-
Siapa yang berperang melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I? Mereka pun juga bertarung dengan laskar-laskar rakyat yang tak terkecuali beranggotakan umat Islam dari pesantren.
-
Bagaimana cara Kopassus mengalahkan Marinir Belanda dalam operasi merebut Irian Barat? Namun strategi gerilya yang dilakukan Kapten Benny dan pasukannya sangat menyulitkan Belanda yang memburu mereka.
-
Siapa yang memimpin pasukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas? Dilansir dari kanal YouTube Hendri Teja, Agresi Militer Belanda I di Karesidenan Banyumas, dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Jantje Mayer.
Bagi mereka, Salatiga merupakan kota yang strategis. Selain menjadi titik pertemuan jalur antara Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta, kota itu juga memiliki lahan yang subur dengan hasil pertanian yang melimpah.
Ketika Operasi Pelikan, yaitu operasi penyerbuan tentara ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Resimen 5-5 RI bukanlah termasuk bala tentara yang diterbangkan dari Lapangan Udara Kalibanteng, Semarang, ke Yogyakarta.
Mengutip YouTube Hendri Teja, mereka bergerak menuju Yogyakarta melalui jalur darat. Konvoi mereka menuju Yogyakarta dibantu oleh Resimen Infanteri 1 Brigade V KNIL yang dipimpin oleh Letkol KNIL F.O.B Musch.
Pada 19 Desember 1948 pagi, kesatuan itu menembus garis demarkasi antara Ampel, Boyolali, dan Salatiga yang dijaga oleh Divisi II TNI.
Mengutip YouTube Hendri Teja, pasukan KNIL itu kemudian bergerak menuju Surakarta, sementara Koloni Tempur I bergerak menuju Kartasura, Klaten, dan selanjutnya Yogyakarta.
Dalam perjalanan itu, pasukan Belanda tersebut merekam sebuah pasar yang tampak ramai. Tampak masyarakat setempat bersikap wajar atas konvoi tersebut.
Mereka sepertinya belum paham bahwa ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta baru saja diserang hebat beberapa hari sebelumnya.
- Masyarakat Diajak Meriahkan Kirab Bendera Pusaka Besok 10 Agustus
- Intip Benteng Peninggalan Belanda di Atas Gunung Palasari Sumedang, Dulunya Penjara dan Gudang Senjata
- Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
- Mengenang Momen Kedatangan Pasukan Agresi Militer Belanda II di Jatim, Situasi Mencekam Warga Terpaksa Mengungsi
Mengutip YouTube Hendri Teja, perjalanan konvoi itu tidaklah lancar. Mereka harus menembus garis demarkasi yang dipertahankan oleh Divisi II TNI.
Mereka juga harus melewati jalan yang telah dipasang rintangan berat atau mencari akal untuk melintasi jembatan yang dihancurkan pihak TNI.
Walhasil, mereka baru bisa bergabung dengan tentara lainnya pada 21 Desember malam di Yogyakarta.