Penyebab Lumpur Lapindo hingga Dampaknya bagi Masyarakat, Perlu Diketahui
Tak heran, jika kini penyebab lumpur Lapindo masih menjadi pertanyaan besar yang meningkatkan rasa penasaran masyarakat. Terlebih lagi, fenomena ini telah berlangsung hingga bertahun-tahun, tak seperti bencana alam lain yang berlangsung dalam beberapa waktu saja. Tentu hal ini pun menyebabkan dampak berkepanjangan bagi
Lumpur Lapindo merupakan salah satu fenomena alam unik yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini berupa semburan lumpur panas yang muncul di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sejak terjadi pertama kali pada 29 Mei 2006, semburan lumpur Sidoarjo hingga kini masih terus berlangsung.
Bahkan, hingga saat ini fenomena ini masih menarik banyak perhatian ahli geologi dalam meneliti faktor penyebabnya. Sering kali, penyebab lumpur Lapindo ini dikaitkan dengan aktivitas PT. Lapindo Brantas yang memiliki sumur pengeboran gas sekitar 200 meter dari lokasi semburan lumpur. Ada juga teori yang menyebutkan semburan lumpur Lapindo juga dipengaruhi oleh bencana gempa yang ada di Yogyakarta.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Sapa sing iso ngerti tebak-tebakan lucu Jawa? Tebak-tebakan dalam bahasa Jawa dapat menjadi sarana untuk memahami kebudayaan yang satu ini.
-
Kapan Curug Leuwi Batok ramai pengunjung? Para wisatawan yang menginap di tenda juga menantikan waktu terbaik berenang di sana, yakni pada pagi hari ataupun sore hari.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
Tak heran, jika kini penyebab lumpur Lapindo masih menjadi pertanyaan besar yang meningkatkan rasa penasaran masyarakat. Terlebih lagi, fenomena ini telah berlangsung hingga bertahun-tahun, tak seperti bencana alam lain yang berlangsung dalam beberapa waktu saja. Tentu hal ini pun menyebabkan dampak berkepanjangan bagi masyarakat sekitar.
Apalagi, lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan permukiman yang menjadi tempat tinggal masyarakat. Lalu seperti apa penyebab lumpur lapindo dan berbagai dampak yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat akibat fenomena semburan lumpur ini.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut kami berikan penjelasan informasi yang bisa Anda simak.
Mengenal Fenomena Lumpur Lapindo
©2015 REUTERS/Beawiharta
Sebelum mengetahui faktor penyebab lumpur Lapindo, perlu dipahami terlebih dahulu tentang fenomena ini secara teoritis. Berdasarkan Pusat Pengendalian Lumpur Lapindo, Kementerian PUPR, lumpur Lapindo merupakan fenomena gunung lumpur (mud vulcano), yaitu fenomena keluarnya material lumpur akibat adanya tekanan atau dorongan dari dalam.
Semburan lumpur Lapindo ini muncul dengan volume semburan mencapai 100.000 – 120.000 m3/hari dengan kepadatan kandungan sekitar 35 persen. Semburan ini memiliki suhu sekitar 100 derajat Celcius, dengan sifat fisik non newtonian material yang memiliki kandungan kimia semen di dalamnya. Dalam pemantauan, sifat semburan lumpur lapindo ini fluktuatif. Pada tahun 2017 hanya mengeluarkan volume semburan 86.270 m3/hari.
Dalam hal ini, ahli mengaitkan debit semburan yang masih besar, suhu serta kandungan gas yang keluar dari lumpur Lapindo Sidoarjo dengan aktivitas vulkanik yang berada di bagian selatan. Ini terlihat dari komposisi isotop helium cairan Lusi mud volcano yang sangat mirip dengan cairan Volkanik Welirang. Bukan hanya itu, fenomena lumpur Lapindo yang hingga kini masih berlangsung, juga menjadi perhatian tersendiri bagi hali geologi karena termasuk bencana alam yang bertahan dalam waktu lama.
Penyebab Lumpur Lapindo
Setelah memahami fenomena secara teoritis, berikutnya tak kalah penting untuk diketahui adalah faktor apa saja yang menjadi penyebab lumpur Lapindo. Dalam hal ini, secara umum ahli geologi memiliki dua teori yang dapat menjelaskan asal mula semburan. Pertama, semburan bisa terjadi akibat kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran PT. Lapindo Brantas. Teori kedua, bisa jadi semburan muncul secara bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui.
Selain itu, ahli juga mengaitkan fenomena lumpur Lapindo dengan bencana gemba bumi yang terjadi dua hari sebelumnya. Pada saat terjadi, gempa bumi di Yogyakarta ini juga memunculkan semburan. Meskipun begitu, sebagian besar ahli lebih condong pada penyebab aktivitas pengeboran.
Bahkan, fenomena lumpur Lapindo ini dibahas pada pertemuan AAPG 2008 International Conference and Exhibition di Cape Town. Dalam pertemuan ini, sebagian besar ahli geologi menyimpulkan bahwa fenomena yang terjadi pada lumpur Lapindo Sidoarjo akibat adanya kesalahan prosedur saat dilakukan pengeboran. Sementara sebagian kecil ahli setuju akibat gempa bumi di Yogyakarta, dan sisanya memercayai pengaruh dari kedua penyebab tersebut.
Dampak yang Ditimbulkan
©2015 REUTERS/Beawiharta
Setelah mengetahui teori penyebab lumpur Lapindo, terakhir terdapat beberapa dampak yang terjadi akibat fenomena alam ini. Sejak kemunculan pertama pada tahun 2006, semburan lumpur ini mengakibatkan area lokasi tergenang lumpur panas yang terus meluas.
Terdapat sekitar 16 desa di 3 kecamatan tergenang lumpur akibat semburan Lapindo. Selain itu, 30 pabrik yang terkena dampak genangan lumpur Lapindo ini terpaksa menghentikan aktivitas produksinya sehingga ribuan tenaga kerja juga harus kehilangan sumber mata pencahariannya.
Dampak lainnya dari genangan lumpur Lapindo, tidak lain adalah rumah dari permukiman warga yang mengalami kerusakan. Dalam rincian yang lebih jelas, sekitar 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170) tempat tinggal warga mengalami kerusakan, 18 bangunan sekolah (7 sekolah negeri), 2 bangunan kantor (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), 15 pabrik, serta 15 masjid dan musala juga terkena dampak dari semburan lumpur Lapindo ini.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa semburan lumpur Lapindo cukup memberikan banyak bagi warga sekitar. Bukan hanya tempat tinggal yang rusak dan lenyap akibat genangan lumpur, tetapi juga beberapa bangunan pabrik yang menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat serta fasilitas umum lainnya juga harus terdampak.