Peristiwa 24 September: Tragedi Semanggi II, Demo yang Menewaskan Seorang Mahasiswa
Tepat hari ini, 24 September pada 1999 lalu, terjadi peristiwa demonstrasi besar di beberapa wilayah di Indonesia, tak terkecuali di Jakarta. Ratusan mahasiswa dan warga turun ke kawasan Semanggi, Jakarta Selatan.
Tepat hari ini, 24 September pada 1999 lalu, terjadi peristiwa demonstrasi besar di beberapa wilayah di Indonesia, tak terkecuali di Jakarta. Ratusan mahasiswa dan warga turun ke kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. Para aktivis ini melakukan unjuk rasa menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang saat itu dibahas pemerintah dan DPR.
Demonstrasi menolak RUU PKB ini menyebabkan satu mahasiswa tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Ironisnya, meski dianggap pelanggaran HAM berat, tetapi pengungkapan kasus ini masih suram sampai sekarang. Hal ini yang kemudian membuat pihak keluarga korban dan para aktivis menuntut kasus ini agar segera ungkap tuntas.
-
Apa yang menjadi tuntutan utama mahasiswa dalam demonstrasi tersebut? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya2. Rombak Kabinet Dwikora3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang menjadi tuntutan utama mahasiswa saat melakukan demonstrasi di Trisakti? Mereka menuntut segera dilakukannya reformasi.
-
Kapan mahasiswa melakukan demonstrasi menuntut PKI dibubarkan? Tahun 1965-1966, Para Mahasiswa dan Pelajar Turun ke Jalan Saat itu situasi politik tengah panas. Baru saja terjadi G30S/PKI. Harga barang dan BBM naik terus. Perekonomian sangat sulit.Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA.
-
Kenapa mahasiswa saat itu turun ke jalan untuk berdemonstrasi? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Kapan aksi demo terjadi? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Bagaimana cara militer melindungi mahasiswa dalam demonstrasi tersebut? Karena itu mahasiswa bergerak, TNI AD melindungi mereka di belakang.
Tragedi Semanggi II menjadi salah satu bentuk perlawanan aktivis kepada aparat yang acap kali represif dalam mengatasi aksi-aksi demonstrasi. RUU PKB juga dianggap dapat mengekang konsep-konsep damai yang muncul dari rakyat. Sayangnya, aksi unjuk rasa ini diwarnai dengan bentrokan hingga akhirnya membuat mahasiswa UI bernama Yap Yun Hap meninggal dunia.
Lantas, apa sebenarnya latar belakang Tragedi Semanggi II dan bagaimana kronologinya? Simak ulasannya yang dilansir dari Liputan6.com dan sumber lainnya:
Latar Bekang Tragedi Semanggi II
©2019 Liputan6.com/Faizal Fanani
Demonstrasi yang terjadi pada 24 September 1999 silam bermula dari keputusan DPR mengesahkan UU PKB pada 23 September. Unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa ini bukan yang pertama kali. Hari sebelumnya, sudah terjadi rentetan aksi demonstrasi mahasiswa dan warga yang menentang UU kontroversial ini.
RUU PKB dianggap akan semakin menegaskan dominasi militer di Indonesia. Selain itu, RUU ini juga dinilai juga dijadikan alat untuk membungkam suara-suara kritis dari masyarakat dan mahasiswa.
Aksi unjuk rasa tidak hanya terjadi di Jakarta saja, tetapi juga beberapa daerah di Indonesia. Pada saat itu, hampir setiap ada demonstrasi selalu berujung bentrokan antara aparat dan mahasiswa. Hal ini seperti yang terjadi pada 10 September, yang mana mahasiswa yang menuntut agar pembahasan RUU PKB dihentikan, kerap mendapatkan aksi kekerasan dari aparat.
Selain meminta penghentian pembahasan RUU PKB, para demonstran juga menuntut pencabutan UU Keadaan Bahaya yang sudah berlaku sejak 1958. Sebab, UU ini dianggap jadi alat represif TNI di berbagai wilayah.
Puncak aksi demonstrasi penolakan RUU PKB tersebut terjadi pada 24 September 1999. Unjuk rasa ini mengakibatkan ratusan mahasiswa luka-luka dan menewaskan seorang mahasiswa UI bernama Yap Yun Hap.
Kronologi Tewasnya Mahasiswa UI Yap Yun Hap
©2013 merdeka.com/muhammad luthfi rahman
Hari Jumat, 24 September 1999, pukul 11.00 WIB, Yap Yun Hap menyaksikan berita di televisi terkait banyaknya korban luka dan meninggal akibat aksi demonstrasi yang menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang dibahas pemerintah dan DPR.
Mendengar aksi demonstrasi yang memakan korban jiwa tersebut, tak menyurutkan Yun Hap untuk kembali unjuk rasa. Sebenarnya ia sampat dilarang mengikuti demonstrasi oleh ibunya. Namun, ia tetap berangkat demo bersama kawan-kawan mahasiswa yang lain.
Sesampainya di lokasi unjuk rasa, rentetan peluru diberondong oleh aparat sekitar pukul 20.45 WIB hingga 20.50 WIB. Saat itu, Yun Hap bersama ratusan mahasiswa lainnya tengah berkumpul di sekitar Universitas Atmajaya. Tiba-tiba dari arah fly over Casablanca datang delapan truk berisi aparat keamanan dan membuat mahasiswa kocar-kacir akibat rentetan peluru yang ditembakan.
Tak pelak, kejadian tersebut membuat warga dan mahasiswa berhamburan menyebar ke berbagai arah untuk menyelamatkan diri. Namun nahas, Yun Hap yang saat itu tengah makan nasi pemberian masyarakat harus terkapar. Ia tertembak timah panas secara membabi buta hingga menembus punggungnya. Hal ini yang kemudian menyebabkan Yap Yun Hap meninggal dunia.
Kasus Pelanggaran HAM Berat di Indonesia
Peristiwa tewasnya Yap Yun Hap tentu menjadi duka mendalam bagi masyarakat Indonesia, khususnya para aktivis dan mahasiswa. Para mahasiswa mengutuk keras aksi yang dilakukan oleh ABRI yang terus menggunakan cara-cara represif untuk menangani aksi unjuk rasa.
Upaya keluarga korban mencari keadilan dalam kasus ini tampaknya menemui jalan panjang. Meski dulu pernah diusut oleh Tim Pencari Fakta Independen (TPFI) dan bahkan Pansus Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II (TTS) pada 2000, tapi tujuh fraksi di DPR menyatakan tidak terjadi pelanggaran HAM berat. Tentu saja, hal ini sangat mengecewakan masyarakat, terutama keluarga korban dan aktivis.
Sampai detik ini, kasus tewasnya Yap Yun Hap masih belum terungkap. Berulang kali keluarga korban mencari keadilan untuk anak-anaknya, tetapi sepertinya pemerintah enggan untuk mengusut tuntas kasus ini.