Peristiwa 28 September: Peringatan Hari Kereta Api Indonesia, Begini Sejarahnya
Ternyata, perkembangan kereta api Indonesia yang kini semakin maju tidak lepas dari sejarahnya yang cukup panjang. Mulai dari pembangunan jalur kereta api pertama pada tahun 1864 hingga pada 28 September 1946, Indonesia kembali mengambil alih Kantor Pusat Kereta Api dari penguasaan Jepang.
Seperti diketahui, berbagai macam alat transportasi yang ada kini merupakan salah satu bukti bahwa kehidupan manusia selalu bergerak ke arah yang lebih baik. Di mana ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dalam menciptakan berbagai alat dan inovasi baru yang dapat membantu pekerjaan manusia.
Jika masyarakat zaman dahulu menggunakan hewan sebagai alat transportasi, kemudian dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mengembangkan berbagai alat transportasi dengan keunggulan yang lebih maju. Sebut saja sepeda, kemudian sepeda motor, hingga mobil. Bukan hanya itu, manusia juga mengembangkan alat transportasi umum yang dapat memuat lebih banyak orang. Seperti bus, kereta, kapal, dan pesawat.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Dari berbagai jenis transportasi umum, kereta api termasuk salah satu transportasi favorit pilihan masyarakat. Bahkan sejak kereta api bertenaga listrik mulai beroperasi, semakin banyak masyarakat yang memilih kereta api untuk mobilitas sehari-hari.
Ternyata, perkembangan kereta api Indonesia yang kini semakin maju tidak lepas dari sejarahnya yang cukup panjang. Mulai dari pembangunan jalur kereta api pertama pada tahun 1864 hingga pada 28 September 1946, Indonesia kembali mengambil alih Kantor Pusat Kereta Api dari penguasaan Jepang. Kemudian pada 28 September ini ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia yang diperingati hingga sekarang.
Melansir dari situs KAI, berikut kami merangkum sejarah peristiwa 28 September yang diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia, bisa Anda simak.
Pembangunan Jalur Kereta Api Pertama
©2021 Merdeka.com/kai.id
Sejarah 28 September yang diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia bermula dari program pembangunan jalur kereta api pertama yang dilakukan pada 17 Juni 1864. Pada saat itu, Indonesia yang masih di bawah kekuasaan pemerintah Belanda mulai membangun jalur kereta api pertama dari Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen.
Proyek ini dibawahi langsung oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele. Dalam pelaksanaannya, pembangunan ini dilakukan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang menggunakan lebar sepur 1435 mm. Ini menjadi proyek kereta api pertama yang menjadi cikal bakal pengembangan jalur kereta api selanjutnya.
Pembangunan Rute Kereta Api Lebih Luas
Sejarah 28 September yang kini diperingati sebagai Hari Kereta api Indonesia pun berlanjut. Pada 8 April 1875, pemerintah Belanda melanjutkan proses pembangunan jalur kereta api yang lebih luas.
Kali ini, jalur kereta api dibangun dengan rute pertama SS, yaitu meliputi Surabaya - Pasuruan – Malang. Pembangunan jalur kereta yang telah dilakukan oleh perusahaan NISM ini dinilai sukses, kemudian investor swasta terdorong untuk membangun jalur kereta api lain.
Seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Pembangunan Jalur Kereta Api di Luar Jawa
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Perluasan pembangunan jalur kereta api Indonesia tidak hanya dilakukan di Pulau Jawa, tetapi juga diterapkan di beberapa daerah lain di luar Pulau Jawa. Dalam hal ini, pemerintah Belanda membangun jalur kereta api di Aceh pada tahun 1876, Sumatera Utara 1889, Sulawesi 1891, Sumatera Selatan, 1914, dan Sulawesi pada 1922.
Sedangkan di wilayah lainnya seperti Kalimantan, Bali, dan Lombok baru dilakukan studi kemungkinan pemasangan rel saja, belum dilakukan pembangunan. Kemudian pada akhir tahun 1928, Indonesia telah mempunyai jalur kereta api dan trem sepanjang 7.464 km dengan panjang 4.089 km milik pemerintah dan 3.375 km milik swasta. Ini juga termasuk catatan penting dalam sejarah Hari Kereta Api Indonesia yang kini menjadi moda transportasi umum favorit masyarakat.
Perkeretaapian Indonesia Diambil Alih oleh Kekuasaan Jepang
Sayangnya, pencapaian pembangunan jalur kereta api di Indonesia masih dibayangi oleh kekuasaan bangsa asing. Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, maka sejak itu pula perkeretaapian Indonesia dikuasai oleh pemerintah Jepang berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Bukan sebagai transportasi umum yang dapat digunakan masyarakat Indonesia, selama pemerintahan Jepang, kereta api hanya digunakan untuk kepentingan perang. Namun selama pemerintahan Jepang pula, jalur kereta api dikembangkan di beberapa wilayah seperti lintas Saketi – Bayah dan Muaro – Pekanbaru.
Kedua jalur ini digunakan untuk mengangkut hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mein perang Jepang. Selain itu, Jepang juga sempat melakukan pembongkaran rel sepanjang 273 km untuk diangkut ke Burma guna pengembangan kereta api di negara tersebut.
Pengambilalihan Stasiun dan Kantor Pusat Setelah Merdeka
https://kai.id/ ©2020 Merdeka.com
Setelah pemindahtanganan dari Belanda ke pihak Jepang, bangsa Indonesia tidak diam begitu saja. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengambil kembali aset perkeretaapian setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Baru pada 28 September 1945, bangsa Indonesia berhasil mengambil alih Kantor Pusat Kereta Api di Bandung yang kemudian tanggal ini dijadikan peringatan Hari Kereta Api Indonesia. Pada saat itu pula, Indonesia membentuk Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Namun sayangnya, saat Belanda kembali menguasai Indonesia pada tahun 1946, perkeretaapian Indonesia kembali dalam pengelolaannya.
Perjanjian Konferensi Meja Bundar
Meskipun Indonesia berhasil mengambil alih perkeretaapian pada 28 September 1945, namun konflik ini baru berakhir tuntas setelah dilakukan Konferensi Meja Bundar pada Desember 1949. Konferensi ini membahas ase-aset milik pemerintah Belanda, yang hasilnya DKARI dan SS/VS digabung menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Kemudian pada 26 Mei, DKA diganti nama menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).
Selanjutnya, pada tahun 1971 pemerintah Indonesia mengubah PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991.
Kemudian pada tahun 1998, Perumka diubah lagi menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api (Persero). Baru tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero) berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan menggunakan logo baru.