Peristiwa 7 Oktober: 40 Tahun Meninggalnya Bung Tomo, Begini Kisah Perjalannya
Lahir pada 3 Oktober 1920, Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 saat usianya menginjak 61 tahun. Meskipun telah tiada, namun sosok Bung Tomo masih menginspirasi bangsa Indonesia untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme di masa kini.
Sutomo merupakan salah satu pahlawan nasional yang berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo ini berperan penting dalam pertempuran Surabaya, yaitu ketika tentara Belanda kembali menyerang Indonesia beberapa bulan mengumumkan kemerdekaan.
Sekilas tentu Anda mengingat foto hitam putih legendaris, di mana Bung Tomo berdiri dengan gerakan tangan mengacungkan jari dan tatapan mata tajam. Meskipun foto tersebut diambil dengan pengarah gaya alias bukan sebenarnya, namun semangat itulah yang mencerminkan perjuangan Bung Tomo dalam menghimpun semangat rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari gempuran tentara Belanda dan Inggris yang masih berupaya menyerang.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Bagaimana warga Jateng merayakan kemenangan Timnas Indonesia? Setelah pertandingan selesai, mereka larut dalam euforia. Beberapa warga menyalakan kembang api untuk merayakan kemenangan bersejarah itu.
Selain semangat juangnya, peristiwa kematian Bung Tomo juga turut mengundang perhatian masyarakat Indonesia. Lahir pada 3 Oktober 1920, Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 saat usianya menginjak 61 tahun. Meskipun telah tiada, namun sosok Bung Tomo masih menginspirasi bangsa Indonesia untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme di masa kini.
Lalu seperti apa kisah perjalanan Bung Tomo dalam sejarah kemerdekaan Indonesia hingga peristiwa wafatnya. Melansir dari Liputan6.com, berikut kami rangkum sejarah perjalanan Bung Tomo yang penuh inspirasi bisa Anda simak.
Seorang Wartawan
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Sebelum peristiwa wafatnya Bung Tomo yang terjadi pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo meniti karier sebagai seorang wartawan. Ia aktif menulis di beberapa surat kabar dan majalah, seperti Harian Soeara Oemoem, Harian berbahasa Jawa Ekspres, Mingguan Pembela Rakyat, dan Majalah Pestaka Timoer.
Selain aktif menulis dan menjadi wartawan lepas, Bung Tomo sempat menjabat sebagai Redaktur Majalah Pembela Rakyat. Bung Tomo juga pernah menjadi wakil pemimpin redaksi Kantor Berita Pendudukan Jepang Domei dan terakhir pernah menjadi pemimpin redaksi Kantor Berita Antara Surabaya. Melalui profesinya sebagai wartawan, berbagai pemikiran kritis pun telah dilahirkan dan menginspirasi rakyat Indonesia.
Mendirikan Radio
Berkarir di bidang jurnalistik, kemudian membawa Bung Tomo pada industri radio. Bukan sebagai wartawan, tetapi Bung Tomo menjadi pendiri Radio Pemberontakan atau sering disebut juga sebagai radio gelap kepada Presiden Soekarno dan Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin. Radio ini dibangun sebagai sarana menciptakan solidaritas dan semangat juang para pemuda.
Radio ini pun akhirnya mengudara pada 15 Oktober 1945, dengan gelombang 34 meter dengan meminjam pemancar Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya. Radio Pemberontakan menyiarkan informasi dalam bahasa daerah dan bahasa Inggris setiap malam Kamis dan malam Senin. Hingga akhirnya seluruh RRI memancarkan siaran Radio Pemberontakan Bung Tomo dengan lebih luas.
Pada Pertempuran Surabaya 10 November, radio ini pun mempunyai peranan penting. Melalui siaran radio ini, Bung Tomo mengajak seluruh pemuda Surabaya di mana pun berada untuk segera kembali ke Surabaya guna melawan tentara Belanda dan Inggris yang menyerang Indonesia setelah merdeka. Dengan begitu, masyarakat Surabaya bersatu melawan Belanda dan Inggris demi kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran Surabaya
©2021 Merdeka.com/jawatimuran.disperpusip.jatimprov.go.id
Sebelum wafat pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo menjadi sosok penting dalam Pertempuran Surabaya yang terjadi pada 10 November 1945. Dalam pertempuran ini, Bung Tomo membangkitkan semangat rakyat dan pemuda Surabaya untuk bersatu melawan tentara Belanda. Saat itu, kondisi pemerintahan pun tidak stabil karena Soekarno dan Hatta telah ditawan tentara Belanda saat berada di Yogyakarta, dengan tuntutan melanggar hukum internasional.
Bukan hanya Belanda, pada peristiwa itu Surabaya juga digempur habis-habisan oleh tentara pasukan Inggris. Saat itulah, Bung Tomo berorasi melalui siaran radionya untuk membakar semangat rakyat, bersatu melawan tentara Inggris.
Meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran tersebut, namun akhirnya masyarakat Surabaya berhasil mengusir tentara Inggris dari Indonesia. Ini menjadi salah satu peristiwa sejarah penting yang masih diingat hingga sekarang.
Wafat di Usia 61 Tahun
Sosok Bung Tomo memang menularkan semangat juang tinggi dari setiap upayanya mempertahankan kemerdekaan RI. Hingga pada akhirnya sosok yang lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920 ini menjemput ajalnya di Padang Arafah, Arab Saudi ketika sedang menunaikan ibadah haji. Peristiwa wafatnya Bung Tomo pada 7 Oktober 1981 ini pun menyisakan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena kehilangan salah satu sosok inspiratif yang penuh dengan semangat.
Meskipun begitu, Bung Tomo mendapatkan gelar pahlawan dari pemerintah pada 9 November 2007 setelah didesak oleh Gerakan Pemuda Ansor dan Fraksi Partai Golkar. Gelar ini pun patut disematkan pada sosok Bung Tomo, melihat berbagai upaya perjuangan yang dilakukan untuk membela negara dan bangsa Indonesia.
Bukan hanya itu, kini semangatnya masih terus diingat dan diabadikan di Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November. Dengan semangat ini, diharapkan kaum pemuda Indonesia bisa meneruskan perjuangannya untuk menjadi bangsa yang cerdas, beradab, dan berbudi luhur.