Perjuangan Mantan PMI Rintis Usaha, Rela Berkali-Kali Kerja di Korea demi Dapat Modal
Tak ada kesuksesan yang diperoleh tanpa kerja keras. Kata-kata inilah yang sepertinya diyakini benar oleh Bambang Sutrisno. Mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) itu tengah mengembangkan bisnis makanan olahan mentah dengan merek “Cap Jempol”.
Tak ada kesuksesan yang diperoleh tanpa kerja keras. Kata-kata inilah yang sepertinya diyakini benar oleh Bambang Sutrisno (40). Mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) itu tengah mengembangkan bisnis makanan olahan mentah dengan merek “Cap Jempol”.
Kini ia bisa mengembangkan bisnisnya hingga mempekerjakan 30 orang pada pabrik kecilnya di Dusun Sembuh Wetan, Kelurahan Sidokarto, Godean, Sleman.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Apa yang dimaksud dengan UMKM? Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor penting yang turut mendukung perekonomian suatu negara.
-
Apa itu UMKM? UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis usaha kecil yang dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal terbatas, tetapi memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
-
Apa yang terbakar di KM Umsini? Sumber api pertama kali diketahui pada pukul 04.20 WITA yang diduga berasal dari motor bantu yang ada di ruang mesin.
-
Apa yang ditawarkan oleh DPLK BRI kepada UMKM? DPLK BRI Ajak UMKM Persiapkan Dana Pensiun BRI dengan menyelenggarakan kelas edukasi “UMKM Pun Bisa Punya Pensiun” dalam pojok investasi di acara Pesta Rakyat Simpedes (PRS) BRI di Pandaan, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
-
Siapa saja yang terlibat dalam UMKM? Usaha ini dijalankan oleh perorangan, keluarga, atau kelompok kecil yang memiliki modal terbatas dan dikelola secara mandiri.
Produk utamanya adalah kuit lumpia. Selain itu ia masih punya produk makanan olahan mentah seperti galantin ayam, rolade ayam, mi telur, jamur tarim, dan produk olahan lainnya.
Awal Mula Merintis Usaha
©2023 Merdeka.com/Shani Rasyid
Sejak remaja, Bambang sudah terlatih berwirausaha. Saat masih duduk di bangku SMA, ia sudah berjualan tas bekas. Waktu kuliah, Bambang membuka warung kelontong. Setelah menikah lanjut berjualan donat keliling.
Dari usahanya yang telah dijalani sekian lama, Bambang mulai sadar bahwa kalau ia bertahan dengan kondisi yang seperti itu tanpa modal besar, usahanya tidak akan pernah tumbuh cepat.
“Saya harus akselerasi. Biar cepat harus punya modal banyak. Mau pinjam bank, tapi risikonya tinggi. Cari modal yang tidak berisiko dan tanpa jaminan apa? Ya jadi PMI,” jelasnya.
Bekerja di Korea
©2023 Merdeka.com/Shani Rasyid
Mulai saat itulah Bambang mencoba peruntungan jadi PMI. Berbagai negara ia coba daftar mulai dari Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Korea Selatan. Pada akhirnya Bambang diterima bekerja di Korea Selatan.
Di Negeri Korea ia bekerja pada sebuah perusahaan kecil yang karyawannya hanya 5-10 orang. Namun karena kecilnya jumlah karyawan itu, Bambang jadi punya banyak kesempatan hal belajar hal-hal baru. Ia pun benar-benar merasakan seperti apa dididik etos kerja orang Korea.
“Di sana kami dilatih kerja dengan budaya mereka, budaya Korea. Kami dibentuk untuk menjadi tenaga kerja yang disiplin, kerja keras, dan loyal. Selain itu saya juga mempelajari bagaimana orang Korea mengelola perusahaan. Di sini saya terapkan sistemnya. Saya tiru, amati, modifikasi,” kata Bambang.
Setelah tiga tahun di Korea, Bambang pulang ke Indonesia dan merintis usaha pembenihan gurami. Ia membeli berhektare-hektare tanah untuk dibuat kolam. Namun usahanya itu tidak berjalan lancar. Belum sempat usahanya berkembang, modalnya sudah habis. Terpaksa ia kembali ke Korea untuk bekerja mengumpulkan modal.
Bambang kembali bekerja tiga tahun lagi untuk mengumpulkan modal. Sekembalinya ke Indonesia, ia mulai berbisnis produk makanan olahan yang ia geluti hingga sekarang. Dengan modal yang besar, bisnisnya bisa berkembang.
Tak Pernah Berhenti Belajar
©2023 Merdeka.com/Shani Rasyid
Bambang mempekerjakan para anak muda di sekitar rumahnya yang putus sekolah, mereka yang punya masalah keluarga, serta ada titipan juga dari dinas sosial. Seiring dengan jumlah karyawan yang terus bertambah, omzetnya juga bertambah. Setiap karyawan itu terbagi ke dalam tugasnya masing-masing.
“Ada tim manajemen, ada tim akuntansi, ada tim jawab WA, tim konten kreator, ada juga tim yang bertugas untuk memasak makanan bagi para karyawan. Bahkan kami juga punya mess karyawan di sini,” ujar Bambang.
Walaupun usahanya telah maju, namun Bambang tak mau berhenti belajar. Pada pertengahan Bulan Mei lalu, ia termasuk yang terpilih untuk mengikuti program Brincubator.
Di sana ia dan para pengusaha lain mengikuti program pelatihan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) agar usaha mereka bisa semakin berkembang. Ia pun tak sungkan untuk saling berbagi pengalaman dengan para peserta yang notabene masih pemula dalam menekuni dunia usaha.
“Kayak Pak Hadi, dia punya produk saya bantu jualkan. Kita harus bersinergi. Sekarang itu zamannya Avenger. Bukan zamannya Superman. Sudah tim, bukan lagi sendirian,” kata Bambang.
Dalam akhir kesempatan itu, Bambang mengatakan bahwa dalam menjalankan usaha, seseorang harus punya sikap pantang menyerah. Terlebih kalau usahanya bangkrut di tengah jalan. Seperti halnya sebagai mantan PMI, ia selalu dididik bagaimana etos kerja yang keras di negeri rantau.
“Kita itu pantang menyerah. Biasa jatuh bangun, biasa dimaki-maki, biasa kecewa, biasa sakit hati. Jadi kalau usaha kami bangkrut, ya bangkit. Kerja keras lagi. Kita dididik di luar negeri untuk jadi fighter, jadi petarung,” pungkas Bambang.