Pernah Disinggahi Pendiri Muhammadiyah hingga Tokoh Komunis, Ini Fakta Menarik Ndalem Sopingen Kotagede
Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1800.
Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sekitar tahun 1800.
Pernah Disinggahi Pendiri Muhammadiyah hingga Tokoh Komunis, Ini Fakta Menarik Ndalem Sopingen Kotagede
Kawasan Kotagede di Kota Yogyakarta memiliki banyak peninggalan rumah tua yang masih berdiri kokoh hingga kini. Salah satu rumah tua itu adalah Ndalem Sopingen.
-
Siapa Nenek Ngatemi? Di antara mereka ada Nenek Ngatemi. Ia baru bisa menunaikan ibadah haji saat ia menginjak usia 99 tahun. Nenek Ngatemi berangkat haji didampingi oleh putri dan menantunya.
-
Apa itu Ndalem Yudanegara? Dibangun pada Abad ke-19, Ini Potret Klasik Rumah Adik Sri Sultan HB X yang Kental Nuansa Tradisional Jawa Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921. Dalem Yudonegaran beralamat di Jl. Ibu Ruswo, No. 35 Yogyakarta.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras. Sebanyak sembilan ABK yang terombang ambing diselamatkan oleh kapal KM Bintang Barokah yang sedang melintas.
-
Siapa yang tinggal di Ndalem Yudanegara? Pada saat ini, Dalem Yudonegaran ditempati oleh GBPH H. Yudaningrat, putera Sri Sultan HB IX dengan KRAy Hastungkoro. Dia tak lain adalah adik dari Sri Sultan HB X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan juga Raja Keraton Yogyakarta saat ini.
-
Bagaimana Ndalem Yudanegara dibangun? Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921. Sebelumnya bangunan tersebut ditempati oleh GKR. Dewi, puteri Sri Sultan HB VII dan GKR Kencono.
-
Kapan Ndalem Yudanegara dibangun? Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Seperti dikutip dari kanal YouTube tombo kangen Chanel, Ndalem Sopingen pada awalnya dibangun oleh Raden Hamat Dalem Sopingi sekitar tahun 1800. Raden Sopingi merupakan abdi dalem Keraton Yogyakarta yang menjadi juru kunci di Makam Raja-Raja Kotagede.
Dalem Sopingen berdiri di atas tanah seluar 4 hektare. Di depan rumah tua itu terdapat sebuah pendopo yang digunakan sebagai ruang publik.
Sebagai seorang abdi dalem saat itu, Raden Hamat Sopingi mempersembahkan rumahnya menjadi tempat peristirahatan dan tempat pertemuan bagi para pejabat Kerajaan Mataram yang akan berziarah ke Makam Raja-Raja Mataram Kotagede.
Pada masa Kebangkitan Nasional pada tahun 1908, bangunan rumah itu menjadi tempat rapat organisasi pergerakan nasional. Rapat itu dihadiri oleh tokoh-tokoh besar Indonesia seperti HOS Cokroaminoto sebagai Ketua Sarekat Islam, Samanhudi sebagai Pendiri Sarekat Islam, KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah, dan Ki Hajar Dewantara sebagai pimpinan Perguruan Taman Siswa.
Selain itu, para pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti Semaun, Muso, dan Alimin pernah hadir dan berpidato di Ndalem Sopingin.
Pada tahun 1984, rumah itu diwariskan oleh anak-anak keturunan Raden Sopingi. Pada tahun 1990-an, joglo tersebut menjadi ruang publik. Bagian joglo yang berada di bagian depan rumah telah dijual pada tahun tersebut.
Saat Yogyakarta dilanda gempa besar tahun 2006, banyak bagian dari Ndalem Sopingen yang mengalami kerusakan sehingga harus dilakukan renovasi. Renovasi setelah gempa dilakukan antara lain dengan mengganti kayu pada usuk-usuk, mengganti genteng kripik dengan genteng sokka, dan lantainya diganti dengan keramik.
- Golkar Usung Cucu Pendiri Muhammadiyah di Pilkada Yogyakarta
- Melihat Kirab Belasan Pusaka Keraton Surakarta, Tujuh Kerbau Bule Pimpin Arak-arakan Diikuti Ribuan Abdi Dalem
- Kisah Hidup KRT Wiroguno, Seniman Besar Keraton Yogyakarta Pencipta Ratusan Gending
- Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang
Kini Ndalem Sopingen menjadi tempat makan brongkos yang dikelola keluarga. Pada waktu-waktu tertentu bangunan ini juga digunakan sebagai sanggar melukis untuk anak-anak. Saat ini kepemilikan masing-masing bagian rumah sudah dibagikan pada keluarga. Bagian pendopo hingga ke utara menjadi milik Bapak Suprapto, bagian timur rumah milik Ibu Sujadi Pranoto, dan bagian barat rumah milik Bapak Bowo.