Perpaduan dari Tiga Budaya, Ini 4 Fakta Sejarah Kalender Jawa
Sistem penanggalan ini memiliki dua siklus hari, yaitu siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran.
Kalender Jawa merupakan sebuah sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram serta kerajaan pecahan lain yang mendapatkan pengaruhnya. Sistem penanggalan ini pertama kali dicetuskan oleh Sultan Agung Hanyokrokusuma pada 1633 Masehi.
Sejak tahun itu, sistem penanggalan itu berlaku di seluruh Pulau Jawa terkecuali di wilayah Banten, Batavia, dan Banyuwangi. Sistem penanggalan ini memiliki dua siklus hari, yaitu siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Uniknya, sistem penanggalan ini memadukan 3 sistem penanggalan dari budaya yang berbeda. Yakni perpaduan sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sistem penanggalan Julian yang berasal dari budaya barat. Berikut selengkapnya:
Menggabungkan Kalender Hindu dengan Kalender Islam
©2018 dream.co.id
Dilansir dari Wikipedia, pada 1633 Masehi (1555 Saka) Sultan Agung berusaha menanamkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Salah satu caranya dengan mengeluarkan ketetapan untuk mengganti penanggalan Saka yang berbasis pada perputaran Matahari dengan kalender Islam yang berbasis pada perputaran Bulan.
Meski pada akhirnya menggunakan sistem perputaran bulan seperti halnya kalender Islam (Kalender Hijriyah), namun angka tahun pada kalender Saka tetap diteruskan. Sehingga tahun 1555 Saka pada waktu itu angkanya diteruskan dan diganti dengan tahun 1555 Jawa.
Siklus 120 Tahun
©2020 Merdeka.com/Arie Sunaryo
Meski pada dasarnya sistem penanggalan Kalender Jawa mengikuti sistem Kalender Hijriyah, namun di antara keduanya ada sedikit perbedaan. Kalender Jawa memiliki 3 tahun kabisat setiap 1 windu (8 tahun) sedangkan kalender Islam memiliki 11 tahun kabisat setiao 30 tahun.
Dampak dari perbedaan sistem ini akan tampak setiap 120 tahun sekali di mana ada satu hari yang harus dibuang agar perhitungan Kalender Jawa tetap sama dengan Kalender Hijriyah. Siklus 120 tahun sekali ini dikenal dengan nama “Siklus Kurup”.
Walau begitu antara Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta sempat tidak kompak untuk membuang satu hari itu. Sebagai contoh, Kraton Surakarta sudah membuang satu hari pada tahun 1675 Jawa/1748 Masehi walaupun perhitungan saat itu baru berjalan 74 tahun.
Pada waktu itu Pakubuwana V memutuskan hal tersebut karena dia merasa penanggalan Jawa sebenarnya sudah tertinggal 1 hari dari Kalender Hijriyah. Sistem ini baru diikuti Kraton Yogyakarta atas perintah Sultan Hamengkubuwana VI pada tahun 1749 Jawa/1866 Masehi.
Daftar Bulan pada Kalender Jawa
Penamaan nama bulan pada Kalender Jawa sebagian menyesuaikan nama bulan pada Kalender Hijriyah. Namun ada pula nama bulan yang diambil dari Bahasa Sansekerta seperti Bulan Sura, Pasa, dan Sela serta nama yang diambil dari Bahasa Jawa dan Melayu seperti Bulan Apit dan Besar.
Kendati demikian pada tahun 1856 Masehi dibuatlah bulan-bulan musim yang berpatokan pada Kalender Gregorian. Sistem ini dikenal dengan nama “pranata mangsa” yang diresmikan oleh Sunan Pakubuwana VII. Sistem penanggalan ini dibuat karena patokan Kalender Hijriyah dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani untuk bercocok tanam.
Weton Jawa
Seiring dengan penggunaan kalender Jawa, maka lahirlah weton Jawa. Dilansir dari Brilio.net, Weton Jawa dianggap bisa mengetahui kepribadian seseorang beserta ramalan masa depannya.
Weton Jawa juga digunakan untuk menentukan acara-acara sakral yang akan dilakukan seseorang seperti lamaran, hari pernikahan, khitan, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, orang yang lahir pada hari Pasaran Pahing akan tega mengkhianati temannya sendiri. Sementara orang yang lahir pada hari Pasaran Pon adalah orang bijaksana dan suka menasihati orang lain.