Tolak Bala Tradisi Jathilan dalam Ritual Sudo Molo 1 Suro Warga Lereng Lawu
Aneka perayan Tahun Baru Islam digelar secara terbatas. Begitupula tradisi Sudo Molo yang menghadirkan kesenian Jathilan atau Kuda Lumping di Lereng Lawu ini. Sudo Molo kali ini berfokus pada ritual untuk menghilangkan musibah Covid-19
Berbagai ritual peringatan Tahun Baru Islam selalu rutin digelar tiap tahunnya. Tak ketinggalan yang dilakukan masyarakat Lereng Lawu ini. Mereka menggelar ritual Sudo Molo dengan iringan kesenian tari Jathilan. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Sudo Molo digelar secara terbatas di desa Ngetrep, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Selalu dilaksanakan dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam yang bertepatan pada Bulan Suro penanggalan Jawa.
Siapa sangka, Jathilan merupakan jenis tari tradisional yang paling tua di Pulau Jawa. Berbagai jenis perayaan turut menghadirkan jathilan sebagai tradisi maupun hiburan mempererat persaudaraan. Tari Jathilan juga menggambarkan semangat untuk menumpas musuh dan keburukan. Hal ini diterapkan pada ritual Sudo Molo atau tolak bala untuk mengusir pageblug pandemi Covid-19.
-
Apa yang dirayakan pada Tahun Baru Islam? Tahun Baru Islam menjadi waktu umat Muslim merenung dan memperbaharui komitmen terhadap ajaran Islam.
-
Bagaimana cara merayakan tahun baru Islam? Bulan Muharam memang penuh dengan berkah, Mari kita sambut Tahun Baru Hijriah.
-
Bagaimana cara menyambut tahun baru Islam? Selamat tahun baru Islam 2023. Marilah kita menyambut 1 Muharram 1445 Hijriah dengan penuh keindahan dan harapan yang lebih baik.
-
Bagaimana umat Muslim merayakan Tahun Baru Islam? Banyak yang memanfaatkan momen ini untuk memperdalam pemahaman mereka tentang agama, memperbanyak ibadah, serta meningkatkan amal dan kebaikan terhadap sesama. Di berbagai belahan dunia, umat Muslim berkumpul untuk merayakan momen ini dengan berbagai kegiatan, seperti pengajian, ceramah, dan doa bersama.
-
Bagaimana umat muslim biasanya merayakan Tahun Baru Islam? Dalam momen yang penuh makna ini, umat Muslim sering mengucapkan kata-kata dan doa sebagai bentuk refleksi, harapan, dan ucapan selamat kepada sesama.
-
Apa yang dimaksud dengan Tahun Baru Islam? "Tahun baru Islam adalah saat kita merenungkan kesalahan masa lalu dan berkomitmen untuk menjadi lebih baik di masa depan."
Tari Jathilan punya sejarah panjang menemani rakyat Jawa dalam membela tanah air. Keberadaanya begitu melekat pada masyarakat hingga menjadi ikon yang khas.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Jathilan dalam peringatan Sudo Molo 1 Suro lebih difungsikan sebagai ajang penyemangat dan memeriahkan ritual Sudo Molo. Ritual ini dilakukan dengan mengarak pusaka dan sesaji hasil bumi Lereng Lawu. Sebuah gunungan dan umbul-umbul tak ketinggalan diarak keliling desa.
Aneka sayuran mulai dari kubis, sawi, wortel, kacang buncis, hingga cabai tersusun rapi. Mayoritas isi gunungan ialah sayuran, mengingat masyarakat di Ngargoyoso mayoritasnya bercocok tanam dan mengandalkan komoditas sayur-mayur.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Untaian janur kuing indah mengiringi perjalanan selama arak-arakan. Rasa semangat kekeluargaan tergambar selama prosesi Sudo Molo berlangsung. Ritual ini juga menjadi wujud untuk mengurangi penderitaan masyarakat agar mendapatkan hasil panen dan kemakmuran yang melimpah. Sesuai dengan namanya Sudo yang berarti mengurangi dan Mala berarti penderitaan.
Seluruh prosesi ritual ini selalu menerapkan protokol kesehatan. Pesertanya diwajibkan memakai masker perwujudan memutus penyebaran Covid-19. Pementasan Jathilan menjadi puncak acara dalam ritual Sudo Molo.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Dalam tari Jathilan terdapat satu orang pemimpin yang biasanya memerankan warok atau reog. Gerakannya begitu gesit dan lincah sesuai dengan namanya. Diambil dari kalimat jawa “jarane jan thil-thilan” yang berarti kudanya benar-benar menari tak beraturan. Tak jarang dalam kesenian Jathilan para pemain mengalami kesurupan dan hilang kesadaran. Terlarut bersama iringan instrumen gamelan yang bernada tinggi.
Tidak ada literasi secara pasti kapan terciptanya tari Jathilan. Hal tersebut melahirkan berbagai versi cerita awal mula Jathilan. Mulai dari masa Sunan Kalijaga, Kerajaan Mataram, hingga ketangkasan berkuda Pangeran Diponegoro. Namun semua ceritanya bermuara pada fungsi dan wujud kesenian yang mengandung makna peperangan.
Kesenian jaranan menggunakan kuda dari anyaman bambu atau kepang. Pemainya juga berkelompok bak prajurit yang siap bertempur. Dahulu, Jathilan digunakan sebagai sarana hiburan rakyat dan ajang menunjukkan jati diri rakyat Jawa yang juga punya kekuatan militer untuk berperang.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Para pemain Jathilan yang sudah melalui pemeriksaan kesehatan. Antara pemain dan penonton diberikan pembatas berupa pagar bambu. Layaknya arena pertandingan untuk memberikan kenyamanan dan tidak menimbulkan kerumunan pengunjung.
Saat membawakan tarian Jathilan atau Kuda Lumping, sang pemimpin atau pawang akan membuat penari mengalami kerasukan roh. Di lain ritual dan pagelaran bahkan berbagai atraksi membahayakan kerap dilakukan. Penari kuda bahkan mampu mengunyah pecahan kaca hingga melalap bara api yang menyala. Namun semua terjadi dalam pengawasan pawang. Selepasnya mereka sadar dan tanpa merasakan kesakitan sebelumnya.
(mdk/Ibr)