Mengenal Upacara Adat Suran Mbah Demang, Bentuk Pelestarian Nilai-Nilai Leluhur Masa Lalu
Tradisi Suran Mbah Demang dilaksanakan setiap tanggal 7 Sura penanggalan Jawa
Tradisi Suran Mbah Demang dilaksanakan setiap tanggal 7 Sura penanggalan Jawa
Mengenal Upacara Adat Suran Mbah Demang, Bentuk Pelestarian Nilai-Nilai Leluhur Masa Lalu
Cokrodikromo adalah anak salah seorang pemuka masyarakat yang saat kecil dinamakan Asrah. Tidak seperti anak pemuka masyarakat pada umumnya, Asrah memiliki perilaku yang nakal dan mendatangkan malu pada keluarganya.
Karena keluarganya tak kuat lagi mendidiknya, ia dititipkan kepada Demang Dawangan, seorang pejabat pemerintahan yang dikenal memiliki sikap tegas. Di bawah didikan Demang Dawangan, Asrah ditugaskan untuk menggembala itik dan mencari kayu bakar ketika pulang.
-
Bagaimana orang Malandang menjaga tradisi tersebut? Tak Boleh Ucapkan Kata 'Salam' Diungkap tokoh adat setempat, Komar, dilarangnya menyebut kata 'Salam' sebenarnya merupakan upaya untuk menjaga sopan santun dan rasa hormat terhadap sesepuh dusun yakni Raden Agus Salam.
-
Bagaimana cara melestarikan tradisi Momong Pedet? 'Saya harap para bapak ibu yang tergabung dalam kelompok ternak Andini Mulyo bisa setiap tahunnya melaksanakan tradisi.
-
Apa tradisi leluhur yang masih dijalankan di Lebak Bitung? Warga di Kampung Lebak Bitung di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, masih menjaga adat dan tradisi para pendahulunya di masa lampau.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Apa itu Tradisi Adang? Tradisi ini diartikan sebagai memasak bersama yang terkadang diiringi ritus-ritus untuk nenek moyang. Biasanya adang diadakan untuk membantu warga yang tengah melakukan hajatan.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
Saat sudah beranjak dewasa, Demang Dawangan menyuruh Asrah untuk bertapa selama sebulan. Laku tapa brata itu membawa Asrah pada orang-orang bijak yang mengajarinya arti sejati hidup dan memberinya sebuah kitab.
Pada batas antara hidup dan mati setelah sebulan bertapa, Ki Demang Dawangan meneteskan cairan kanji ke mulut Asrah hingga ia kembali sadar. Dengan sisa-sisa kekuatan, Asrah mencari kitab yang ia terima ketika bertapa. Pada akhirnya ia ditemukan di pinggir Kali Bedog.
Asrah menjadi orang yang sakti mandraguna setelah bertapa. Ia kemudian diangkat menjadi mandor di perkebunan tebu. Dia dipercaya menjadi Demang pabrik gula di daerah Demak Ijo. Ia pun berganti nama menjadi Demang Cokrodikromo.
Selama sisa hidupnya, Demang Cokrodikromo tetap melakukan laku prihatin dengan tidak makan garam. Ia juga melakukan laku tapa bisu mengelilingi rumahnya dan hanya mandi setahun sekali pada setiap tanggal 7 Sura tengah malam.
Selain itu, Demang Cokrodikromo juga selalu memberi hidangan pada yang datang berupa kendi berwarna hijau, nasi yang dibungkus daun pisang dengan lauk ketan tholo dan aneka sayur. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal tradisi Suran Mbah Demang.
Dikutip dari Slemankab.go.id, tradisi Suran Mbah Demang dilaksanakan setiap tanggal 7 Sura penanggalan Jawa. Acara ini diawali dengan pembagian kendi hijau kepada pengunjung di sekitar pendapa Mbah Demang. Acara kemudian dilanjutkan dengan tahlil di pendapa dan nyekar ke makam Mbah Demang pada sore harinya.
Sementara prosesi inti dimulai malam hari sekitar pukul 21.00. Pada acara inti ini, dilaksanakan kirab dari Padepokan Patran Eyang Ki Juru Permono, seorang ahli nujum Kerajaan Mataram, menuju Pendopo Mbah Demang.
Yang dikirab antara lain pusaka Kyai Blencong, Bende, tombak dan kitab Ambeyo, serta foto Mbah Demang Cokrodikromo dan foto Eyang Ki Juru Permono.
Kirab selesai sekitar pukul 23.00. Setelah itu prosesi dilanjutkan dengan Salawatan di pendopo dan mandi jamas Trah Mbah Demang di sumur petilasan Mbah Demang.
Seluruh rangkaian acara itu diselenggarakan di kediaman Mbah Demang, yaitu di Banyuraden, Gamping, Sleman. Saat acara itu berlangsung, biasanya akan ada ratusan pedagang musiman yang berjualan di sana.
Pada Suran Mbah Demang tahun 2024 ini, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo berkesempatan hadir. Acara yang dilaksanakan pada 13 Juli lalu dimeriahkan oleh kirab dari 7 kelompok bregada dari seluruh padukuhan di Kalurahan Banyuraden dan 8 kelompok kesenian serta ogoh-ogoh.
Dalam kesempatan itu, Kustini mengajak seluruh masyarakat untuk melestarikan peninggalan dan tradisi leluhur yang diwariskan Ki Demang Cokrodikromo.
“Saya mengajak seluruh masyarakat Banyuraden untuk meneladeni nilai leluhur yang diwariskan Ki Demang. Upacara adat ini juga bisa menjadi pengingat bagi masyarakat Banyuraden dan sekitarnya akan tradisi leluhur yang harus dilestarikan,” ujar Kustini.