Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat secara tidak sengaja

Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat secara tidak sengaja
Foto: YouTube Sangirankita

Mengenal Kirab Fosil Manyarejo, Bentuk Nyata Pelestarian Warga terhadap Warisan Purbakala Situs Sangiran
Sangiran merupakan sebuah situs warisan dunia yang sudah diakui UNESCO. Maka tak heran, pemerintah Republik Indonesia berupaya serius menjaga situs ini. Tak hanya pemerintah, masyarakat setempat pun juga ikut menjaga kelestarian situs Sangiran.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengadakan acara budaya yang dinamakan “Kirab Fosil Manyarejo”. Acara budaya itu diselenggarakan oleh masyarakat Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Dalam acara kirab tersebut, para sesepuh desa setempat membawa beberapa sampel fosil di Sangiran yang kemudian diletakkan ke dalam nampan yang terbuat dari bambu.
Fosil-fosil dari tempat lain juga dikumpulkan dari tempat berbeda dan dimasukkan pula dalam nampan yang lain.
Setelah beberapa nampan berisi fosil terkumpul, kemudian nampan itu diarak keliling desa. Arak-arakan itu sebenarnya tidak berlangsung meriah.
Para pesertanya hanya terdiri dari bapak-bapak yang mengenakan pakaian adat Jawa, ibu-ibu yang mengikutinya dari belakang, serta para anak sekolah didampingi oleh guru-guru mereka.

Setelah itu mereka mengadakan upacara sebentar di halaman museum Sangiran Klaster Bukuran. Baru kemudian acara serah terima fosil dari pihak warga kepada pihak pengelola Museum Sangiran.
Rute kirab fosil ini terbagi menjadi dua tempat. Pertama yaitu dari Rumah Joglo Mbah Tugi yang merupakan pusat kegiatan festival budaya dan dari tempat ekskavasi di Manyarejo. Kirab dilakukan dengan berjalan mengitari desa hingga kemudian berakhir di Museum Manusia Purba Klaster Bukuran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Sragen.

Fosil-fosil yang dikirab merupakan hasil penemuan dari masyarakat setempat antara lain fosil gigi dan gading. Biasanya hasil temuan oleh masyarakat itu merupakan ketidaksengajaan.

Mereka menemukan fosil itu saat kegiatan bertani atau berkebun. Setelah itu, fosil-fosil tersebut akan ditindak lebih lanjut oleh Badan Pelestari Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
Dikutip dari Goodnewsfromindonesia.id, acara tersebut digelar untuk menarik kunjungan wisatawan dan memajukan kawasan Situs Sangiran. Acara itu juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan hasil temuan fosil yang masih sangat memungkinkan adanya penemuan baru. Apalagi Situs Sangiran sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dan sayang apabila keberadaannya dibiarkan begitu saja.